Ini Sebenarnya Pengumuman Irlandia, Norwegia, dan Spanyol soal Negara Palestina, Menurut Media Barat
Kompas dunia | 24 Mei 2024, 01:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Spanyol, Norwegia, dan Irlandia pada Rabu (21/5/2024) mengumumkan mereka akan mengakui negara Palestina pada 28 Mei dan mendesak negara-negara Eropa lainnya untuk mengikuti langkah mereka.
Ketiga negara tersebut berharap keputusan mereka akan mempercepat upaya untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas di Gaza, yang kini telah berlangsung selama delapan bulan.
Berikut adalah beberapa elemen kunci dan penting terkait keputusan tersebut.
Rincian Pengumuman Irlandia, Norwegia, dan Spanyol
Ketiga negara mengakui negara Palestina dengan batas sebelum tahun 1967, Yerusalem ibu kota Israel maupun Palestina.
Namun, mereka juga mengakui batas-batas tersebut mungkin berubah dalam pembicaraan di masa depan untuk mencapai penyelesaian akhir.
Irlandia mengatakan akan meningkatkan status kantornya di Tepi Barat menjadi kedutaan penuh dan misi Palestina di Irlandia juga akan ditawarkan status kedutaan penuh.
Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, menekankan pengakuan negara Palestina tidak mengurangi keyakinan Irlandia akan hak Israel untuk hidup dalam damai dan keamanan, posisi yang menurutnya tidak bisa ditawar.
Baca Juga: Norwegia, Irlandia dan Spanyol Akan Secara Resmi Mengakui Negara Palestina
Negara Lain yang Mengakui Palestina sebagai Negara
Sekitar 144 dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui Palestina sebagai negara, termasuk super mayoritas negara-negara belahan selatan, Rusia, China, dan India. Namun, hanya beberapa dari 27 anggota Uni Eropa yang melakukannya, kebanyakan negara bekas komunis serta Swedia dan Siprus.
Negara lain yang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah ini termasuk Inggris, Australia, Malta, dan Slovenia.
Pentingnya Pengakuan bahwa Palestina adalah Sebuah Negara
Keputusan untuk mengakui negara Palestina oleh tiga negara besar Eropa ini sebagian besar bersifat simbolis, tetapi membuat Israel tampak lebih terisolasi di panggung internasional.
Alon Liel, mantan direktur jenderal kementerian luar negeri Israel, mengatakan hal ini juga dapat memengaruhi opini publik di Israel karena negara-negara ini dipandang oleh banyak orang sebagai model diplomatik.
Ini juga bisa menjadi penting jika, seperti yang diharapkan ketiga negara ini, negara-negara lain mengikuti untuk mengakui negara Palestina.
Reaksi Israel dan Palestina
Israel bereaksi dengan marah dan segera menarik duta besarnya dari ketiga negara tersebut serta memanggil perwakilan mereka di Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pengakuan semacam itu secara efektif memberikan penghargaan kepada Hamas, yang menguasai Gaza, atas kekerasannya.
Perang di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika personel Hamas menerobos perbatasan selatan Israel dan melakukan serangan paling berdarah dalam sejarah 75 tahun negara itu.
Netanyahu berulang kali menolak konsep "solusi dua negara" dan mengatakan pengakuan semacam itu tidak akan membawa perdamaian maupun mengubah tekadnya untuk memberantas Hamas.
Otoritas Palestina, yang memiliki kendali terbatas di Tepi Barat, dan Hamas menyambut baik pengakuan oleh Spanyol, Norwegia, dan Irlandia.
Baca Juga: PM Norwegia Beri Sinyal Negara Eropa Lain Akan Ikut Akui Kedaulatan Palestina
Reaksi Amerika Serikat
Amerika Serikat mendukung solusi dua negara, tetapi mengatakan hal ini hanya bisa dicapai melalui dialog langsung antara kedua pihak dan bukan melalui pengakuan sepihak negara Palestina oleh negara-negara lain.
Bulan lalu, Amerika Serikat secara efektif memveto upaya pengakuan negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menolak keanggotaan penuh Palestina dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan.
Sikap Negara Eropa Lainnya
Spanyol, Norwegia, dan Irlandia telah menghabiskan berbulan-bulan melobi anggota Uni Eropa untuk bergabung dengan mereka dalam pengumuman ini, tetapi masalah ini masih memecah beberapa negara terbesar di blok tersebut.
Prancis mengatakan pengakuan negara Palestina tidaklah "tabu" bagi Paris, tetapi saat ini bukan waktu yang tepat. Jerman menekankan tujuan jangka panjangnya adalah solusi dua negara, tetapi, seperti AS, mengatakan hal itu hanya bisa datang melalui dialog.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times