> >

Pemimpin Negara yang Tewas dan Selamat dalam Kecelakaan Udara sejak 1936, Ada yang Menuju Jakarta

Kompas dunia | 20 Mei 2024, 16:05 WIB
Pesawat C-47 jatuh di Gunung Manunggal, Cebu, Filipina, pada 17 Maret 1957, menewaskan Presiden Ramon Magsaysay dan 24 lainnya. Satu-satunya yang selamat, reporter Nestor Mata dari Philippine Herald. (Sumber: Philippine Presidential Museum and Library)

JAKARTA, KOMPAS TV - Kecelakaan helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi, Minggu (19/5/2024), menarik perhatian pada berbagai insiden serupa di mana kepala negara atau pemerintahan selamat atau kehilangan nyawa mereka.

Inilah daftar kecelakaan helikopter dan pesawat yang melibatkan kepala negara dan pemerintahan sejak 1936. Ada yang selamat, banyak pula yang tewas.

Pada 9 Desember 1936, Perdana Menteri Swedia Arvid Lindman tewas ketika pesawat Douglas DC-2 yang dinaikinya menabrak rumah-rumah di dekat Bandara Croydon, London, dalam kabut tebal sesaat setelah lepas landas.

Pada 7 September 1940, Presiden Paraguay Marsekal Jose Felix Estigarribia tewas dalam kecelakaan pesawat.

Pada 4 Juli 1943, tentara dan negarawan Polandia, Wladyslaw Sikorski, yang memimpin pemerintahan Polandia di pengasingan selama Perang Dunia II, tewas ketika pesawatnya jatuh di Gibraltar.

Pada 17 Maret 1957, pesawat C-47 Skytrain jatuh di lereng Gunung Manunggal di Pulau Cebu, Filipina. Kecelakaan ini menewaskan 25 dari 26 penumpang, termasuk Presiden Filipina saat itu, Ramon Magsaysay. Beberapa pejabat tinggi pemerintah Filipina, pejabat militer, dan jurnalis juga tewas. Satu-satunya yang selamat adalah reporter Philippine Herald, Nestor Mata.

Pada 16 Juni 1958, Presiden Interim Brasil Nereu Ramos tewas ketika pesawat milik Cruzeiro Airlines jatuh.

Pada 29 Maret 1959, Presiden Republik Afrika Tengah dan pahlawan kemerdekaan, Barthelemy Boganda, tewas setelah pesawatnya jatuh.

Baca Juga: Media Iran Sebut Presiden Ebrahim Raisi dan Menlu Hossein Amir Abdollahian Tewas: Mereka Martir

Lokasi jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menlu Amir-Abdollahian. Kecelakaan helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi, Minggu (19/5/2024), menarik perhatian pada berbagai insiden serupa di mana kepala negara atau pemerintahan selamat atau kehilangan nyawa mereka. (Sumber: Anadolu)

Pada 18 September 1961, pesawat Sekretaris Jenderal PBB Dag Hammarskjold, yang sedang bertugas menengahi perdamaian di Kongo, jatuh di Zambia. Enam belas orang, termasuk Hammarskjold, tewas dalam kecelakaan itu.

Pada 13 April 1966, Presiden Irak Abdul Salam Arif tewas dalam kecelakaan helikopter. Arif naik ke tampuk kekuasaan melalui kudeta pada Februari 1963.

Pada 27 April 1969, Presiden Bolivia Rene Barrientos tewas ketika helikopternya jatuh di kota Cochabamba.

Pada 18 Januari 1977, pesawat Learjet 25 yang membawa Perdana Menteri Yugoslavia Dzemal Bijedic menabrak Gunung Inac dekat Kota Kresevo di Bosnia dan Herzegovina. Bijedic, istrinya, dan enam orang lainnya tewas dalam kecelakaan itu.

Pada 27 Mei 1979, pesawat yang membawa Perdana Menteri Mauritania Ahmed Ould Bouceif, yang hendak menghadiri pertemuan puncak Afrika, jatuh di lepas pantai Dakar. Bouceif tewas dalam kecelakaan itu.

Pada 4 Desember 1980, Perdana Menteri Portugal Francisco Sa Carneiro dan Menteri Pertahanan Adelino Amaro da Costa tewas ketika pesawat mereka jatuh di Lisbon sesaat setelah lepas landas.

Pada 24 Mei 1981, Presiden Ekuador Jaime Roldos Aguilera dan Menteri Pertahanan Mayjen Marco Subia Martinez tewas ketika pesawat mereka jatuh dekat perbatasan Peru.

Pada 31 Juli 1981, Presiden Panama Omar Torrijos tewas ketika pesawat kecil yang ia tumpangi jatuh ke dalam hutan. 

Baca Juga: AS Ungkap Tak Ada Kecurangan dari Jatuhnya Helikopter Presiden Iran, Joe Biden Belum Berkomentar

Puing-puing pesawat yang membawa Presiden Mozambik dan para pejabat pemerintah jatuh, menewaskan 33 orang termasuk Presiden Samora Machel. Pilot dinyatakan bersalah setelah penyelidikan. (Sumber: Samora Machel Monument and Museum)

Pada 1 Juni 1987, Perdana Menteri Lebanon Rashid Karami tewas ketika bom meledak di helikopter yang ia tumpangi menuju Beirut. Bom seberat sekitar 300 gram ditempatkan di belakang kursinya dan diledakkan tak lama setelah lepas landas. Hanya Karami yang tewas dalam kecelakaan itu.

Pada 17 Agustus 1988, pesawat militer C-130 yang membawa Presiden Pakistan Zia-ul-Haq, lima jenderalnya, dan Duta Besar AS Arnold Lewis Raphel, jatuh di dekat Bahawalpur, sekitar 530 kilometer selatan Islamabad. Tidak ada yang selamat. Penyelidik fokus pada kemungkinan sabotase.

Pada 6 April 1994, pesawat yang membawa Presiden Burundi Cyprien Ntaryamira dan Presiden Rwanda Juvenal Habyarimana ditembak jatuh di dekat Bandara Kigali. Tidak ada yang selamat dari pesawat itu.

Pada 26 Februari 2004, pesawat yang membawa Boris Trajkovski, Presiden kedua Makedonia, dan delegasinya jatuh di dekat Kota Mostar di Bosnia dan Herzegovina. Delapan orang, termasuk Trajkovski dan penasihatnya, tewas dalam kecelakaan itu. Komisi internasional yang menyelidiki kecelakaan itu menyatakan kecelakaan tersebut disebabkan oleh "kesalahan pilot."

Pada 10 April 2010, pesawat Tupolev 154 yang membawa 96 orang termasuk Presiden Polandia Lech Kaczynski dan istrinya tiba di Bandara Smolensk, Rusia, untuk menghadiri upacara memperingati Pembantaian Katyn, di mana sekitar 22.000 orang Polandia dieksekusi selama periode Stalin. Saat mendarat, pesawat itu jatuh di area hutan. Tidak ada yang selamat.

Pada 5 Februari 2024, helikopter Robinson R-66 yang membawa mantan Presiden Chili Sebastian Pinera dan rombongannya jatuh ke Danau Ranco di wilayah Los Rios. Helikopter jatuh tak lama setelah lepas landas karena hujan lebat dan kabut tebal. Tiga orang berhasil melompat ke danau dan mencapai pantai. Pinera meninggal karena tidak bisa melepas sabuk pengamannya.

Baca Juga: Israel Yakin Presiden Iran Ebrahim Raisi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter, Bantah Terlibat

Pada 18 September 1961, pesawat penumpang DC-6 milik Transair Sweden, yang dioperasikan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, jatuh di dekat Ndola, Rhodesia Utara (sekarang Zambia). Kecelakaan tersebut menyebabkan kematian semua orang di dalam pesawat, termasuk Dag Hammarskjöld, sekretaris jenderal kedua PBB, dan 15 orang lainnya. (Sumber: Lars Söderström / Airliners)

Kepala Negara yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat atau Helikopter

Pada 11 April 1955, Perdana Menteri China Zhou Enlai selamat dari upaya pembunuhan di pesawat Air India yang ia sewa untuk perjalanan ke Jakarta, Indonesia. Zhou, yang mengubah rencana perjalanannya pada menit terakhir setelah mendapat pemberitahuan, tidak naik pesawat tersebut. Pesawat jatuh ke Laut China Selatan setelah bom meledak. Sebelas penumpang tewas dan tiga orang selamat.

Pada 17 Februari 1959, Adnan Menderes, Perdana Menteri kesembilan Türkiye atau Turki, berada 4,5 kilometer dari Bandara Gatwick di London, tempat ia pergi untuk menandatangani perjanjian mengenai Siprus antara Turki, Inggris, dan Yunani. Ia selamat ketika pesawatnya jatuh. Dalam kecelakaan itu, 14 orang termasuk Direktur Jenderal Anadolu saat itu, Serif Arzik, tewas. Sementara tujuh orang, termasuk kru dan penumpang, terluka.

Pada 9 Februari 1977, mantan Ratu Yordania Alia Toukan tewas dalam kecelakaan helikopter di kota Tafila. Suaminya, Raja Hussein bin Talal, selamat dari kecelakaan itu. Menteri Kesehatan Yordania saat itu, Mohammed al-Beshir, tewas dalam kecelakaan yang terjadi akibat badai hujan lebat.

Pada Juni 1994, Raja Charles III dari Inggris, yang saat itu adalah Pangeran Wales, kehilangan kendali atas pesawat yang ia terbangkan karena angin kencang, menyebabkan pesawat jatuh. Meskipun tidak ada yang terluka dalam insiden itu, kerugian lebih dari $1 juta terjadi.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu / Kompas TV


TERBARU