> >

Gelombang Panas Ekstrem di Asia dan Timur Tengah Dipicu Perubahan Iklim yang Disebabkan Manusia

Kompas dunia | 15 Mei 2024, 11:47 WIB
Seorang pedagang pinggir jalan mencari tempat berteduh di bawah payung dari gelombang panas di Bengaluru, India, 2 Mei 2024. (Sumber: Xinhua Stringer)

KOMPAS.TV – Gelombang panas yang melanda Asia dan Timur Tengah pada akhir April lalu, yang menyerupai panas ekstrem tahun sebelumnya dan bahkan ditemukan 45 kali lebih kuat di beberapa wilayah, terjadi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Suhu ekstrem dirasakan di berbagai wilayah Asia, mulai dari Gaza di barat hingga Filipina di tenggara. 

Banyak daerah mengalami suhu di atas 40 derajat Celsius selama beberapa hari berturut-turut, memicu berbagai dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.

Dalam studi yang dirilis oleh kelompok ilmuwan World Weather Attribution menggunakan model iklim untuk menentukan peran perubahan iklim dalam kejadian cuaca ekstrem, mengungkapkan bahwa panas ekstrem yang terjadi di Filipina tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim yang disebabkan manusia. 

Sementara di Timur Tengah, perubahan iklim meningkatkan probabilitas suhu panas hingga lima kali lipat.

Dampak gelombang panas ini terasa hingga ke berbagai sektor. Setidaknya 28 kematian terkait panas dilaporkan di Bangladesh, lima di India, dan tiga di Gaza. Laporan juga mencatat peningkatan kematian terkait panas di Thailand dan Filipina.

Sektor pertanian juga terkena dampaknya seperti kerusakan tanaman dan penurunan hasil panen, sementara di sektor pendidikan, liburan sekolah diperpanjang dan sekolah ditutup, mempengaruhi ribuan siswa.

“Orang-orang menderita dan meninggal ketika suhu di Asia melonjak pada bulan April,” kata Friederike Otto, penulis studi dan ilmuwan iklim di Imperial College di London dikutip dari Associated Press.

Baca Juga: Gelombang Panas Tewaskan 2 Orang di India, Sekolah dan Kampus Ditutup Sementara

“Jika manusia terus menggunakan bahan bakar fosil, iklim akan terus menghangat, dan orang-orang yang rentan akan terus meninggal.”

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU