Israel Merangsek Lebih Dalam ke Rafah, Klaim Bertempur Melawan Hamas di Gaza Utara
Kompas dunia | 13 Mei 2024, 05:45 WIBRAFAH, KOMPAS TV - Pasukan Israel menerobos lebih dalam ke kota selatan Gaza, Rafah, pada Minggu (12/5/2024), dan bertempur melawan Hamas di bagian-bagian yang hancur di utara yang disebut militer Israel dibersihkan beberapa bulan yang lalu tetapi di mana Hamas berhasil mengkonsolidasi kekuatan.
Rafah dianggap sebagai benteng terakhir Hamas dan tempat perlindungan terakhir di Gaza untuk lebih dari satu juta warga sipil. Sebanyak 300.000 warga Palestina melarikan diri dari kota itu setelah perintah evakuasi dari Israel, yang mengatakan invasi harus dilakukan untuk membongkar Hamas dan mengembalikan puluhan sandera yang diambil dalam serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang.
Mesir mengeluarkan keberatan terkuatnya terhadap serangan Rafah, mengatakan mereka bermaksud untuk secara resmi mendukung kasus Afrika Selatan di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, namun dibantah oleh Israel.
Pernyataan kementerian luar negeri Mesir mengatakan bahwa memburuknya tingkat serangan Israel terhadap warga sipil Palestina.
Komisioner Tinggi HAM PBB, Volker Turk, mengatakan tidak bisa melihat bagaimana invasi skala penuh ke Rafah sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengulangi penolakannya terhadap serangan militer besar-besaran di Rafah, dan mengatakan kepada CBS bahwa Israel akan ditinggalkan sendirian menghadapi pemberontakan yang berkelanjutan tanpa rencana keluar dari Gaza dan pascaperang.
Gaza dibuat tanpa pemerintahan yang berfungsi, menyebabkan runtuhnya ketertiban umum dan memungkinkan sayap bersenjata Hamas untuk mengkosolidasi diri bahkan di daerah yang paling parah terkena dampak. Pada hari Minggu, Hamas mengungkap serangan terhadap tentara Israel di Rafah dan dekat Kota Gaza.
Israel belum menawarkan rencana rinci skema pemerintahan pascaperang di Gaza, hanya mengatakan mereka akan mempertahankan kendali keamanan terbuka atas enklaf yang berpopulasi sekitar 2,3 juta warga Palestina.
Baca Juga: Tak Peduli Ancaman AS, Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah
Pembicaraan yang dimediasi secara internasional mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera tampaknya berada di titik buntu. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pidato Memorial Day berjanji untuk terus berjuang sampai kemenangan untuk mengenang mereka yang tewas dalam perang.
Netanyahu menolak rencana pascaperang usulan Amerika Serikat untuk Otoritas Palestina, yang saat ini mengelola sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, untuk mengelola Gaza dengan dukungan dari negara-negara Arab dan Muslim.
Rencana-rencana itu bergantung pada kemajuan menuju pembentukan negara Palestina, yang pemerintah Israel menentang.
Warga Palestina melaporkan pengeboman Israel yang berat semalam di kamp pengungsi urban Jabaliya dan daerah lain di Gaza utara, yang diisolasi oleh pasukan Israel selama berbulan-bulan. Pejabat PBB mengatakan ada "kelaparan parah" di sana.
Para penduduk mengatakan pesawat tempur dan artileri Israel menyerang di seluruh kamp dan daerah Zeitoun di timur Kota Gaza, di mana pasukan bertempur melawan Hamas selama lebih dari seminggu. Mereka meminta puluhan ribu orang untuk pindah ke daerah terdekat.
"Ini adalah malam yang sangat sulit," kata Abdel-Kareem Radwan, 48 tahun, dari Jabaliya. Dia mengatakan warga bisa mendengar suara pemboman yang intens dan konstan sejak tengah hari Sabtu (11/5) kemarin.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press