> >

Putin Sebut Arogansi Barat Berisiko Ciptakan Konflik Global, Ungkap Pasukan Rusia Siap Perang

Kompas dunia | 10 Mei 2024, 12:35 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri Hari Kemenangan di Lapangan Merah, Moskow, Kamis (9/5/2024). (Sumber: AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut arogansi Barat berisiko menciptakan konflik global.

Ia pun mengungkapkan pasukan Rusia sudah siap perang jika akhirnya pertempuran meletus.

Hal tersebut diungkapkan Putin, Kamis (9/5/2024), dalam pidato-nya pada peringatan Hari Kemenangan, yang memperingati kemenangan Uni Soviet atas Jerman di Perang Dunia II.

Baca Juga: Vladimir Putin Resmi Dilantik Jadi Presiden Rusia untuk yang Kelima Kalinya

Pada pidato di Lapangan Merah, Moskow di hadapan ribuan tentara yang mengenakan seragam upacara, Putin mengatakan elite Barat telah lupa atas peranan Uni Soviet dalam mengalahkan Nazisme.

Ia pun menegaskan bahwa Barat kini telah memicu konflik di seluruh dunia.

“Kita tahu apa akibat dari ambisi yang berlebihan tersebut. Rusia akan melakukan segalanya untuk mencegah bentrokan global,” ujarnya dilansir dari Al-Jazeera.

“Tetapi pada saat yang sama, kami tak akan membiarkan siapa pun mengancam kami. Pasukan strategis kami selalu dalam kondisi siap tempur,” kata Putin.

Hari Kemenangan menjadi hari libur paling penting di Rusia karena Putin menempatkan negaranya pada posisi yang kuat dalam pertempuran.

Putin telah berulang kali menggambarkan serangan Rusia ke Ukraina pada 2022, sebagai perang eksistensial melawan Nazisme.

Baca Juga: Netanyahu Cuek dengan Ancaman AS Jika Israel Serang Rafah, Merasa Siap Meski Tanpa Senjata

Presiden Rusia juga meningkatkan retorika nuklirnya, pada kesempatan itu.

Pada awal pekan ini, Putin telah memerintahkan militer Rusia untuk mengadakan latihan senjata nuklir yang melibatkan angkatan laut dan pasukan yang berbasis di dekat Ukraina.

Tahun lalu, Rusia mencabut ratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komperehensif (CTBT), dan menarik diri dari perjanjian pengurangan senjata utama dengan Amerika Serikat (AS).

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU