> >

Biden Akhirnya Akui Israel Gunakan Bom AS untuk Bunuh Warga Sipil di Gaza

Kompas dunia | 9 Mei 2024, 14:36 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara sebelum menandatangani paket bantuan bagi Ukraina, Israel, dan Taiwan senilai total USD 95 miliar atau setara Rp1.539 triliun di Gedung Putih, Washington, AS, Rabu (24/4/2024). (Sumber: AP Photo/Evan Vucci)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui bom-bom kiriman Washington digunakan Israel untuk membunuh warga sipil.

Hal tersebut disampaikan Biden ketika menjelaskan alasannya menangguhkan pengiriman bom ke Israel.

AS sendiri menangguhkan pengiriman 1.800 bom 900 kg dan 1.700 bom 225 kg ke Israel menyusul serangan ke Rafah, daerah paling selatan Gaza yang dipadati pengungsi.

Washington khawatir Israel akan meluncurkan serangan besar-besaran ke Rafah.

"Itu (serangan ke Rafah) sangat keliru. Kami tidak akan mengirimkan senjata dan peluru artileri (ke Israel)," kata Biden, Rabu (8/5/2024), dalam siaran CNN via Al Jazeera.

Baca Juga: AS Tangguhkan Pengiriman Bom ke Israel, Pentagon: Posisi Kami Jelas, Jangan Serang Rafah

Dia menyampaikan, kebijakan ini tidak menandakan Washington mengubah kebijakan luar negeri yang membela Israel.

Namun, Biden mengaku enggan bom AS digunakan Israel untuk menyerang daerah padat penduduk.

"Warga sipil terbunuh di Gaza sebagai konsekuensi dari bom-bom tersebut dan hal lain saat mereka (Israel) bertindak di daerah padat penduduk," katanya.

Di lain pihak, Utusan Tetap Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Gilad Erdan mengecam kebijakan Gedung Putih yang menangguhkan pengirikman bom.

Erdan bahkan mengatakan Biden tidak bisa dianggap mitra untuk menghancurkan Hamas.

"(Biden) tidak bisa mengatakan dia mitra kami dalam tujuan menghancurkan Hamas jika di sisi lain menunda tindakan untuk menghancurkan Hamas," kata Erdan.

Pasukan Israel diketahui mengebom rumah-rumah di Rafah sejak awal pekan ini. Menurut laporan PBB, sebanyak 109 orang Palestina terbunuh di Gaza antara Senin (6/5) dan Rabu (8/5).

Banyak anak-anak dan perempuan dilaporkan terbunuh dalam serangan udara Israel ke rumah-rumah penduduk di Rafah.

Pasukan darat Israel pun memasuki sisi timur Rafah dan menutup perbatasan dengan Mesir.

Peneliti di Institute for Policy Studies, Phyllis Bennis, menilai tindakan Biden menangguhkan pengiriman senjata ke Israel sebagai dampak protes masif yang digelar di AS beberapa pekan belakangan.

Akan tetapi, Bennis menyebut penangguhan pengiriman bom tidak cukup untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Gaza.

Ia menyebut gencatan senjata segera tetap dibutuhkan untuk mengakhiri terbunuhnya warga sipil di Gaza.

"Ini adalah langkah yang penting. Ini menunjukkan bagaimana gerakan (protes), tuntutan gencatan senjata berdampak ke Gedung Putih," kata Bennis.

"Namun, jelas bahwa tuntutan gencatan senjata tidak terpenuhi dengan tindakan ini. Ini penting karena ini bukanlah hal kecil. Mungkin ada satu nyawa yang diselamatkan dengan satu bom (yang tidak dikirim)."

Baca Juga: Perundingan Gencatan Senjata Gaza Tampak Suram, Raja Yordania Temui Joe Biden di Gedung Putih

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Al Jazeera


TERBARU