Yen Jepang Sempat Anjlok ke Level Terendah Sejak 1990 terhadap Dolar AS dan Terus Dihantam
Kompas dunia | 30 April 2024, 05:51 WIBNEW YORK, KOMPAS TV - Aksi pasar keuangan dunia sedang mempermainkan Yen Jepang. Nilai mata uang Jepang ini sempat anjlok tajam hingga untuk sesaat pada Senin (29/4/2024) dan perlu 160 yen untuk membeli 1 dollar Amerika Serikat (AS)..
Beberapa tahun yang lalu, perlu sekitar 100 yen lebih untuk membeli satu dolar AS. Yen melemah sedemikian rupa sehingga kembali ke level tahun 1990, tidak lama setelah "ekonomi gelembung" Jepang meledak saat itu.
Setelah sejenak menyentuh level 160 yen dalam jam perdagangan malam bagi pedagang di New York, nilai satu dolar segera kembali ke 156 yen pada tengah hari Senin di Pantai Timur.
Pergerakan tiba-tiba seperti itu dapat terjadi di pasar valuta asing, yang dapat sangat fluktuatif. Pedagang mungkin juga menjadi cemas karena libur di Jepang yang membuat bursa sahamnya tutup.
Tetapi kecepatan dan tingkat perubahan Yen memunculkan spekulasi apakah pejabat Jepang sedang melakukan langkah-langkah untuk menjaga nilai mata uang mereka.
Yen lama berada di bawah tekanan karena Bank of Japan menjaga tingkat suku bunga sangat rendah untuk mendorong lebih banyak inflasi dalam ekonominya. Baru bulan lalu bank tersebut mengakhiri kebijakannya untuk menjaga tingkat suku bunganya di bawah nol.
Baca Juga: Jepang Catat Defisit Neraca Perdagangan untuk Tiga Tahun Berturut-turut Meski Ekspor Membaik
Keputusan terbaru Bank of Japan tentang suku bunga datang pada Jumat (26/4) pekan lalu, ketika mereka menjaga suku bunga tetap. Hal itu membantu memicu lemahnya yen kali ini.
Pasar mungkin bereaksi terhadap kurangnya komitmen Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat, dan Yen mungkin tetap berada di bawah tekanan hingga kuartal ketiga tahun ini, demikian dikatakan para strategis di Bank of America dalam laporan riset global BofA.
Hal itu sebagian karena kekuatan ekonomi AS yang tetap solid. Dengan inflasi dan ekonomi masih lebih tinggi dari perkiraan, harapan semakin meningkat bagi Federal Reserve untuk menjaga tingkat suku bunga utamanya tinggi untuk sementara waktu. Hal itu membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat tinggi dan menempatkan tekanan ke atas nilai dolar AS.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press