> >

Laporan PBB: 282 Juta Orang Alami Kelaparan Akut Tahun 2023, Kelaparan Terburuk Terjadi di Gaza

Kompas dunia | 26 April 2024, 08:05 WIB
Warga Palestina antri untuk makan di Rafah, Jalur Gaza, Jumat, 16 Februari 2024. Menurut Laporan Global tentang Krisis Pangan yang dirilis Rabu, 24 April, hampir 282 juta orang di 59 negara menderita kelaparan akut pada tahun 2023 (Sumber: AP Photo)

NEW YORK, KOMPAS TV - Hampir 282 juta orang di 59 negara menderita kelaparan akut pada tahun 2023, dengan Gaza yang dilanda perang menjadi wilayah dengan jumlah orang yang paling banyak menghadapi kelaparan. Hal ini diungkap Laporan Global tentang Krisis Pangan yang dirilis pada Rabu (24/4/2024).

Laporan PBB tersebut menyatakan 24 juta orang lebih mengalami kekurangan makanan secara akut dibandingkan tahun 2022, karena memburuknya keamanan pangan, terutama di Jalur Gaza dan Sudan. Jumlah negara yang mengalami krisis pangan yang dipantau juga telah diperluas.

Máximo Torero, ekonom utama Organisasi Pangan dan Pertanian PBB FAO mengatakan 705.000 orang di lima negara berada pada Fase 5, tingkat tertinggi, dalam skala kelaparan yang ditentukan oleh para ahli internasional, jumlah tertinggi sejak laporan global dimulai pada tahun 2016 dan empat kali lipat jumlah pada tahun tersebut.

Lebih dari 80% dari mereka yang menghadapi kelaparan mendesak, yaitu 577.000 orang yang berada di Gaza, katanya. Sudan Selatan, Burkina Faso, Somalia, dan Mali masing-masing memiliki ribuan orang yang juga menghadapi kelaparan mengancam jiwa.

Menurut proyeksi masa depan laporan, sekitar 1,1 juta orang di Gaza, di mana perang antara Israel dan Hamas memasuki bulan ke tujuh, dan 79.000 di Sudan Selatan diproyeksikan akan berada pada Fase 5 dan menghadapi kelaparan pada bulan Juli.

Laporan tersebut juga menyatakan konflik akan terus mendorong ketidakamanan pangan di Haiti, di mana geng-geng mengendalikan sebagian besar ibu kota.

Selain itu, meskipun fenomena El Nino mencapai puncaknya pada awal 2024, “dampak penuhnya terhadap keamanan pangan, termasuk banjir dan hujan buruk di sebagian Afrika Timur dan kekeringan di Afrika Selatan, terutama Malawi, Zambia, dan Zimbabwe, kemungkinan akan terjadi sepanjang tahun.”

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyebut laporan itu sebagai "daftar kegagalan manusia," dan "di dunia yang berlimpah, anak-anak mati kelaparan."

“Konflik yang pecah selama 12 bulan terakhir memperburuk situasi global yang mengerikan,” tulisnya dalam kata pengantar laporan itu.

Baca Juga: Kelaparan di Gaza: Oxfam Sebut Warga di Utara Hanya Konsumsi 245 Kalori per Hari

Warga Palestina mengantri untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, (21/12/2023). Menurut Laporan Global tentang Krisis Pangan yang dirilis Rabu, 24 April, hampir 282 juta orang di 59 negara menderita kelaparan akut pada tahun 2023 (Sumber: AP Photo)

Guterres menyoroti konflik di Jalur Gaza, karena enklave tersebut memiliki jumlah orang yang paling banyak menghadapi kelaparan yang mengancam jiwa.

Ada juga konflik setahun di Sudan, yang menciptakan krisis pengungsi internal terbesar di dunia “dengan dampak yang mengerikan pada kelaparan dan gizi,” tambahnya.

Menurut laporan tersebut, lebih dari 36 juta orang di 39 negara dan wilayah menghadapi keadaan darurat kelaparan akut, langkah di bawah tingkat kelaparan dalam Fase 4, dengan lebih dari sepertiga di Sudan dan Afghanistan. Ini merupakan peningkatan satu juta orang dari tahun 2022, kata laporan itu.

Arif Husain, ekonom utama Program Pangan Dunia PBB, mengatakan bahwa setiap tahun sejak 2016 jumlah orang yang mengalami kekurangan pangan akut telah meningkat, dan sekarang lebih dari dua kali lipat jumlah sebelum pandemi Covid-19.

Meskipun laporan tersebut mengamati 59 negara, katanya targetnya adalah mendapatkan data dari 73 negara di mana ada orang yang mengalami kekurangan pangan akut.

Sekretaris Jenderal Guterres menyerukan respons yang mendesak terhadap temuan laporan itu yang mengatasi penyebab mendasar kelaparan akut dan kekurangan gizi sambil mentransformasi sistem yang menyediakan makanan. Pendanaan juga tidak sejalan dengan kebutuhan, katanya.

“Kita harus memiliki pendanaan, dan kita juga harus memiliki akses,” kata Husain dari WFP, menekankan bahwa keduanya “berjalan beriringan” dan sangat penting untuk mengatasi ketidakamanan pangan akut.

Laporan tersebut adalah publikasi unggulan dari Jaringan Informasi Keamanan Pangan dan didasarkan pada kerjasama 16 mitra termasuk lembaga-lembaga PBB, badan regional dan multinasional, Uni Eropa, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, organisasi teknis, dan lain-lain.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU