Erdogan Bertemu Pemimpin Hamas di Istanbul, Serukan Palestina Bersatu di Tengah Serangan Israel
Kompas dunia | 21 April 2024, 11:42 WIBISTANBUL, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan agar masyarakat Palestina bersatu di tengah serangan Israel ke Jalur Gaza.
Hal tersebut disampaikan Erdogan usai bertemu dengan Kepala Politibiro Hamas Ismail Haniyeh di Istanbul, Turki, Sabtu (20/4/2024).
Palestina saat ini terbagi dalam dua pemerintahan, yakni Hamas di Jalur Gaza dan Fatah atau Otoritas Palestina di Tepi Barat.
"Vital bagi masyarakat Palestina untuk bertindak selama proses ini. Respons terkuat terhadap Israel dan satu-satunya jalur kemenangan adalah persatuan dan integritas," kata Erdogan dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Erdogan: Israel Lampaui Kejahatan Nazi dan Hitler Karena Bunuh 14.000 Anak Tak Bersalah di Gaza
Sejak awal serangan Israel ke Gaza, pemerintah Turki diketahui berulangkali mengecam tindakan Tel Aviv.
Pada November 2023 lalu, Turki pun menarik duta besarnya dari Israel karena krisis kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Erdogan mengingatkan para pihak agar tidak mengalihkan perhatian dari Gaza seiring eskalasi Iran dan Israel.
Menurutnya, eskalasi Iran-Israel yang memicu kekhawatiran terkait konflik regional seharusnya tidak mengalihkan perhatian internasional dari Gaza.
"Bahkan jika hanya tersisa saya sendiri, Tayyip Erdogan, saya akan terus mempertahankan perjuangan Palestina dan menyuarakan masyarakat Palestina yang tertindas selama Tuhan memberi saya hidup," kata Erdogan.
Hamas diketahui membuka kantor di Turki sejak 2011 silam. Haniyeh pun dilaporkan kerap berkunjung ke Turki.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan juga dilaporkan bertemu Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry.
Keduanya membahas kelaparan di Gaza dan menuntut Israel membuka seluruh titik penyeberangan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
"Kami menuntut enam penyeberangan Israel di Gaza dibuka untuk bantuan kemanusiaan," kata Shoukry usai pertemuan.
Kedua Menlu tersebut juga menyebut Israel melanggar hukum internasional jika tidak membuka titik penyeberangan.
Keduanya pun mendesak Iran dan Israel menahan diri agar tidak memicu konflik regional.
Baca Juga: Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB usai Diveto Amerika Serikat
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV