> >

Netanyahu Disebut Berniat Seret Barat ke dalam Perang Timur Tengah

Kompas dunia | 17 April 2024, 12:50 WIB
Menyusul serangan ratusan rudal dan drone Iran ke Israel, Minggu (14/4/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan melakukan pembicaraan melalui telepon dengan sekutu terdekatnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. (Sumber: Kantor PM Israel via X)

TEHERAN, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu disebut berusaha menjebak negara-negara Barat untuk masuk ke dalam perang besar-besaran di Timur Tengah yang nantinya bakal menimbulkan konsekuensi serius bagi dunia.

Pandangan tersebut dikemukakan oleh diplomat Seyed Mehdi Hosseini Matin usai Iran melancarkan serangan udara kepada Israel pada akhir pekan lalu.

Matin menilai, jika Israel membalas serangan Iran, maka Iran akan melakukan serangan lagi yang lebih kuat, lebih besar, dan tanpa peringatan terlebih dulu.

“Respons terhadap kesalahan Zionis berikutnya tidak akan memakan waktu 12 hari. Hal ini akan diputuskan segera setelah kita melihat apa yang telah dilakukan oleh rezim musuh. Ini akan terjadi segera, dan tanpa peringatan. Ini akan menjadi lebih kuat dan lebih parah,” kata Matin dikutip dari The Guardian.

Saat ini, sejumlah negara Barat tengah berupaya agar tidak terjadi perang besar-besaran di Timur Tengah dengan meminta Iran dan Israel untuk tetap tenang.

Meski begitu, baik Amerika Serikat (AS) maupun Uni Eropa mengisyaratkan akan menjatuhkan sanksi kepada Iran atas serangannya terhadap Israel itu.

Lebih lanjut, Matin, yang menjabat sebagai diplomat senior Iran di Inggris sejak Februari 2022, membantah bahwa Iran melakukan kesalahan strategis dengan menyerang pangkalan militer Israel.

Pasalnya, serangan tersebut justru dinilai membuat perang di Gaza membesar ke konflik regional yang lebih luas.

Namun Matin berpendapat narasi tersebut merupakan upaya Israel untuk menjebak negara-negara Barat terseret ke dalam konflik Timur Tengah.

Padahal saat ini, Barat telah kehilangan kredibilitasnya di Timur Tengah yang pada akhirnya akan membuat AS meninggalkan kawasan tersebut, dan perdamaian hanya bisa dicapai oleh kekuatan-kekuatan regional saja.

Baca Juga: Menhan Israel Bilang Iran Tidak Memiliki Kemampuan untuk Menghalangi Militer Israel

“Ini adalah kesempatan bagus bagi negara-negara Barat untuk menunjukkan bahwa mereka adalah aktor yang rasional, dan mereka tidak akan terjebak oleh Netanyahu dan tujuannya, yaitu untuk tetap berkuasa selama dia benar-benar bisa tetap berkuasa,” kata dia.

Matin menegaskan bahwa sebelum serangan terhadap Israel, Iran telah meminta para pejabat Barat, termasuk Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron untuk mendukung pernyataan Dewan Keamanan PBB yang mengutuk Israel karena menyerang konsulat Iran di Damaskus. Mereka juga meminta negara-negara Barat untuk segera mendukung gencatan senjata di Gaza, katanya.

Matin mengungkapkan bahwa Cameron menolak permintaan Iran tersebut pekan lalu, meskipun pekan ini ia mengakui bahwa Inggris akan menanggapi dengan sangat tegas jika kekuatan musuh menghancurkan konsulat Inggris.

“Seperti yang dikatakan Cameron, setiap negara mempunyai hak untuk mempertahankan diri terhadap pelanggaran hukum diplomatik dan internasional," kata dia.

Matin juga membantah klaim Cameron yang menyebut mungkin ada ribuan korban sipil jika serangan massal drone dan rudal Iran berhasil menembus pertahanan Israel dan sekutunya.

“Pasukan Iran tidak akan menargetkan lokasi berpenduduk mana pun untuk mencegah jatuhnya korban jiwa, juga tidak menyerang gedung dan pusat pemerintahan," lanjutnya.

"Itu adalah operasi pertahanan sah yang dilakukan dengan cara yang memberikan peringatan besar. Sekarang, saya dapat mengatakan bahwa misi tersebut telah tercapai. Dan itu saja."

"Itulah yang telah kami umumkan secara terbuka, bahwa misi tersebut telah selesai," ujarnya.

Matin kemudian menjelaskan bahwa serangan Iran itu sebagai unjuk kekuatan militer agar tidak ada negara lain yang berani mengancam keamanan Iran.

“Saat ini, tidak ada seorang pun yang dapat membayangkan bahwa Iran adalah Iran yang menjadi korban perang Iran-Irak. Iran sekarang menjadi negara adidaya regional,” ucapnya. 

Baca Juga: Peringatan Presiden Iran ke Israel Jika Balas Serangan Sabtu 13 April

 

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Guardian


TERBARU