> >

Perang Saudara Myanmar: Pemberontak Klaim Sukses Luncurkan Serangan Drone ke Ibu Kota

Kompas dunia | 4 April 2024, 22:35 WIB
Panglima Tertinggi Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing memimpin parade tentara pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. (Sumber: AP Photo)

NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Sayap militer dari Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG) mengklaim berhasil meluncurkan serangan drone ke ibu kota Naypyidaw pada pekan ini. Pada Kamis (4/4/2024), NUG melaporkan pasukan khusus dari Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar berhasil menyerang bandara dan markas militer di Naypyidaw.

NUG merupakan kelompok pemberontak yang mengkaim sebagai pemerintah sah Myanmar. Sedangkan Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar terbentuk dari berbagai kelompok pemberontak daerah, sebagian di antaranya menginginkan kemerdekaan dari Myanmar atau otonomi.

Baca Juga: Anggota Yakuza Jepang Terlibat Penjualan Bahan Nuklir dari Myanmar, Terancam Penjara Seumur Hidup

Pihak NUG mengklaim terdapat korban manusia akibat serangan ini. Namun, junta Myanmar mengklaim serangan drone berhasil digagalkan dan tidak ada korban jiwa.

Junta Myanmar merilis foto-foto yang menunjukkan drone yang ditembak jatuh. Totalnya, junta menyebut terdapat tujuh drone yang ditembak jatuh.

Detail klaim dari kedua pihak mengenai serangan ini tidak bisa diverifikasi secara independen. Sejumlah warga dekat bandara yang dihubungi Associated Press mengaku tidak tahu bahwa ada serangan.

Unit Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini adalah Kloud Team alias Shar Htoo Waw. Kelompok ini memiliki spesialisasi dalam bidang peperangan drone.

Kloud Team mengaku mengincar rumah pemimpin junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, markas militer, dan pangkalan udara dalam serangan ini.

Myanmar sendiri terjerumus dalam perang saudara usai kudeta militer yang memakzulkan pemerintah Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 lalu. Sekitar 2,4 juta orang terpaksa mengungsi akibat konflik sejak kudeta.

Kendati unggul dalam jumlah pasukan dan persenjataan, junta tidak bisa meredam pemberontakan bersenjata. Militer Myanmar pun kerap meluncurkan serangan ke daerah yang diperebutkan, seringkali menimbulkan korban sipil.

Junta juga dilaporkan kewalahan menghadapi perkembangan pemberontak belakangan ini. Pada Oktober 2023 lalu, sebuah aliansi pemberontak berbasis etnis sukses merebut daerah-daerah dan pangkalan militer di sepanjang perbatasan Myanmar-China.

Baca Juga: Siapakah Warga Rohingya? Korban Genosida Myanmar, Minoritas Paling Dipersekusi di Dunia

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU