Bantuan via Laut ke Gaza Dihentikan Usai Israel Bunuh 7 Pekerja Barat, Kelaparan pun Didepan Mata
Kompas dunia | 2 April 2024, 17:30 WIBDEIR AL-BALAH, KOMPAS.TV - World Central Kitchen WCK menghentikan total seluruh operasinya di sekitar Gaza dan akan segera memutuskan masa depan kerja mereka di wilayah tersebut, kata CEO World Central Kitchen, Erin Gore, Selasa (2/4/2024).
Pernyataan ini diutarakan usai tujuh staf internasional mereka berkebangsaan Barat dibunuh serangan udara Israel usai mengantarkan 100 ton bantuan dari pantai menuju Gaza.
Keputusan itu juga diambil setelah serangan udara Israel menewaskan enam pekerja bantuan internasional dari lembaga amal World Central Kitchen dan sopir staf Palestina mereka, kata kelompok bantuan tersebut pada Selasa (2/4), usai mengirimkan 100 ton makanan ke Gaza, di mana ratusan ribu warga Palestina kelaparan oleh serangan Israel terhadap Hamas.
Pembunuhan oleh serangan udara Israel itu efektif menghentikan pengiriman berikutnya sebanyak 400 ton makanan yang sudah tiba dari Siprus ke Gaza lewat laut.
Tujuh yang tewas oleh Israel berasal dari Australia, Polandia, Inggris, seorang warga negara ganda yakni Amerika Serikat (AS) dan Kanada, dan Palestina.
Konvoi tiga kapal berangkat dari pelabuhan di Siprus pada Sabtu (30/3) akhir pekan lalu, dan tiba lebih awal pada Senin (1/4) kemarin membawa sekitar 400 ton makanan dan pasokan yang diorganisir oleh WCK dan Uni Emirat Arab.
Ini menjadi pengiriman kedua setelah pengiriman pertama bulan lalu. Militer Israel terlibat dalam mengkoordinir kedua pengiriman tersebut.
Lembaga amal World Central Kitchen Sabtu lalu mengatakan kapal-kapal dan sebuah tongkang pembawa 400 ton makanan pada pengiriman kedua, membawa lebih dari 1 juta makanan dari barang-barang seperti beras, pasta, tepung, kacang-kacangan, sayuran kaleng, dan protein. Juga ada kurma, yang biasa dimakan untuk berbuka puasa selama bulan Ramadan.
Kapal pertama bulan ini mengirimkan 200 ton makanan, air, dan bantuan lainnya.
Baca Juga: Serangan Udara Israel Tewaskan Empat Pekerja Asing yang Distribusikan Makanan ke Gaza
PBB dan mitranya telah memperingatkan bahwa kelaparan bisa terjadi di utara Gaza yang hancur dan sebagian besar terisolasi, bulan April ini.
Pejabat kemanusiaan mengatakan pengiriman melalui laut dan udara tidak cukup dan bahwa Israel harus mengizinkan jauh lebih banyak bantuan melalui jalan raya. Pengadilan PBB tertinggi telah memerintahkan Israel untuk membuka lebih banyak perlintasan darat dan mengambil langkah-langkah lain untuk mengatasi krisis tersebut.
"Meskipun berkoordinasi dengan IDF, konvoi itu diserang ketika meninggalkan gudang Deir al-Balah, setelah tim membongkar lebih dari 100 ton bantuan makanan kemanusiaan yang dibawa ke Gaza melalui rute maritim," kata Erin Gore.
"Tim WCK melakukan perjalanan di zona non-konflik dengan dua mobil berlapis baja yang bertanda logo WCK dan sebuah kendaraan bukan lapis baja," ungkap lembaga amal tersebut dalam sebuah pernyataan.
"Ini bukan hanya serangan terhadap WCK, ini serangan terhadap organisasi kemanusiaan yang muncul dalam situasi paling genting di mana makanan digunakan sebagai senjata perang. Ini tidak bisa dimaafkan," tambahnya.
Jenazah korban di rumah sakit kota Gaza
Rekaman menunjukkan jenazah para korban di sebuah rumah sakit di kota Gaza tengah Deir al-Balah. Beberapa dari mereka mengenakan perlengkapan pelindung dengan logo lembaga amal. Mereka yang tewas termasuk tiga dari Inggris, satu dari Australia, satu dari Polandia, dan seorang warga ganda AS dan Kanada, menurut catatan rumah sakit.
Lembaga amal makanan yang didirikan oleh koki terkenal José Andrés mengatakan mereka memutuskan segera menghentikan operasinya di wilayah tersebut. Serangan itu merupakan kemunduran besar potensial bagi upaya pengiriman bantuan melalui laut karena Israel sangat membatasi akses ke utara Gaza, di mana para ahli mengatakan kelaparan akan segera terjadi.
Baca Juga: Serangan Israel atas Konsulat Iran di Suriah Tewaskan Dua Jenderal, Teheran Diyakini Siap Membalas
Amerika Serikat mempromosikan rute laut sebagai cara baru untuk mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke utara Gaza, di mana PBB mengatakan sebagian besar penduduk berada di ambang kelaparan, sebagian besar terputus dari wilayah lain oleh pasukan Israel.
Israel telah melarang UNRWA, agensi utama PBB di Gaza, untuk melakukan pengiriman ke utara, dan kelompok bantuan lain mengatakan pengiriman konvoi truk ke utara terlalu berbahaya karena kegagalan militer untuk memastikan jalur aman.
UNRWA mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa 173 pekerjanya telah tewas di Gaza. Angka tersebut tidak termasuk pekerja untuk lembaga bantuan lain.
Jenazah para pekerja bantuan telah dibawa ke rumah sakit di kota selatan Rafah di perbatasan Mesir, menurut seorang reporter Associated Press di rumah sakit. Jenazah orang asing akan dievakuasi dari Gaza dan jenazah sopir Palestina akan diserahkan kepada keluarganya di Rafah untuk dimakamkan.
Setidaknya 32.845 warga Palestina tewas, sekitar dua pertiga di antaranya perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kelompok bantuan berkali-kali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, mengatakan itu adalah satu-satunya cara untuk mencapai orang-orang yang membutuhkan. Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah menghabiskan berbulan-bulan mencoba untuk mengedarkan gencatan senjata tetapi pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas tetap terhenti.
Hamas diyakini masih menyandera sekitar 100 sandera dan sisa dari 30 lainnya setelah membebaskan sebagian besar yang lain selama gencatan senjata pada November sebagai bagian dari pertukaran untuk membebaskan Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press