Ditanya Tudingan Monopoli Konser Taylor Swift, Begini Pembelaan Perdana Menteri Singapura
Kompas dunia | 6 Maret 2024, 23:45 WIBMELBOURNE, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong menanggapi tudingan melakukan monopoli konser Taylor Swift yang disebut membuat negara-negara tetangganya di Asia Tenggara kecewa.
Lee mengakui bahwa pemerintahannya ikut membayar insentif yang diberikan kepada Taylor Swift untuk membuat Singapura menjadi satu-satunya tujuan di Asia Tenggara dalam tur dunianya.
Namun Lee menegaskan bahwa hal itu bukan tindakan yang bertujuan untuk bermusuhan terhadap tetangganya.
“[Kami] negosiasi dengan dia untuk datang ke Singapura dan tampil serta membuat Singapura menjadi satu-satunya tujuan di Asia Tenggara,” kata Lee dalam konferensi pers KTT ASEAN-Australia, di Melbourne, dikutip dari Associated Press, Selasa (5/3/2024).
“Ternyata ini adalah sebuah pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihat hal itu sebagai sesuatu yang tidak bersahabat," ucapnya.
Seperti yang diketahui, Swift saat ini sedang menjalani sebagian dari enam konser yang bertajuk The Eras Tour yang tiketnya telah terjual habis di Singapura.
Perdana Menteri Thailand mengeklaim bulan lalu bahwa promotor konser AEG telah memberitahunya bahwa pemerintah Singapura menawarkan subsidi sebesar US$2 juta hingga US$3 juta (Rp31 miliar hingga Rp47 miliar) per pertunjukan sebagai bagian dari perjanjian eksklusivitas.
Pemerintah Singapura sebelumnya mengatakan, mereka memberikan hibah kepada Swift untuk tampil di negara kota itu, tanpa menyebutkan syarat-syarat perjanjian tersebut.
Namun, pada hari Selasa Lee mengkonfirmasi bahwa Swift diberikan "insentif tertentu" dari dana pemerintah yang didirikan untuk membangun kembali pariwisata setelah pandemi, namun tidak menyebutkan berapa biaya kesepakatan tersebut.
Baca Juga: Universal Music Group yang Naungi Taylor Swift hingga Billie Ellish akan PHK Ratusan Pegawai
Beberapa negara tetangga Asia Tenggara pun mengeluh bahwa mereka telah kehilangan lonjakan wisatawan yang dibawa oleh konser Taylor Swift yang hanya digelar di Singapura.
Bulan lalu, salah seorang anggota parlemen Filipina mengatakan bahwa tindakan Singapura itu "bukan seharusnya dilakukan oleh tetangga yang baik".
Lee tidak secara langsung menjawab ketika ditanya apakah ia telah mengalami "ketidakcocokan" di antara pemimpin lain karena kesepakatan tersebut.
Namun ia berpendapat, jika Singapura tidak mencapai kesepakatan eksklusif, negara tetangga yang mungkin bakal melakukannya.
"Terkadang satu negara melakukan kesepakatan, terkadang negara lain melakukannya. Saya tidak secara eksplisit mengatakan 'kamu akan datang ke sini hanya dengan syarat kamu tidak pergi ke tempat lain,'" tutur Lee.
Perwakilan Swift belum menanggapi permintaan komentar dari agen berita Associated Press.
Lee kemudian mengatakan, Australia mungkin juga melakukan "pengaturan yang saling diterima, masuk akal" dengan Swift ketika dia tampil di Sydney dan Melbourne sebelum terbang ke Singapura. Meski ia tidak tahu apa kesepakatan tersebut.
"Jika itulah yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang saling menguntungkan dan yang, dari sudut pandang Singapura, tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan ekonomi tetapi juga untuk membawa pengunjung dan kebaikan dari seluruh wilayah, saya tidak melihat mengapa tidak," jelas Lee.
Banyak penggemar Swift di Asia Tenggara sangat kecewa ketika diumumkan tahun lalu bahwa penyanyi solo asal Amerika Serikat itu hanya akan mampir di Singapura selama turnya.
Bahkan bagi penggemar yang mampu untuk pergi ke Singapura, mereka tetap sulit untuk mendapatkan tiket konser Taylor Swift.
Baca Juga: Singapura Kontrak Eksklusif Konser Taylor Swift, Sandiaga: Negara Perlu Terlibat di Konser Musisi
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya
Sumber : The Guardian/Associated Press