> >

Geng Bersenjata Berat Haiti Serbu Bandara Utama, AS Perintahkan Evakuasi Seluruh Warganya

Kompas dunia | 6 Maret 2024, 09:55 WIB
Tentara menjaga pintu masuk bandara internasional di Port-au-Prince, Haiti, Senin, 4 Maret 2024. Geng bersenjata berat menyerbu dan berusaha menguasai bandara internasional utama di Port-au-Prince, Haiti hari Senin, (4/3/2024, bandara dan penerbangan langsung dihentikan. (Sumber: AP Photo)

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Geng bersenjata berat menyerbu dan berusaha menguasai bandara utama di Port-au-Prince, Haiti hari Senin, (4/3/2024). Mereka  saling tembak dengan polisi dan tentara dalam serangan terbaru ke situs-situs pemerintahan. 

Bandara Internasional Toussaint Louverture ditutup saat serangan terjadi, tanpa pesawat beroperasi dan tanpa penumpang bisa masuk bandara, seperti yang dilaporkan ssociated Press, Rabu, (6/3/2024).

Jurnalis Associated Press melihat truk lapis baja di landasan menembaki geng bersenjata berat untuk mencegah mereka memasuki area bandara saat puluhan karyawan dan pekerja lainnya melarikan diri dari peluru yang berdesing.

Tidak jelas sejauh mana serangan tersebut berhasil, hingga Senin malam.

Setelah geng membuka tembakan di bandara internasional Haiti pekan lalu, Kedutaan Besar AS mengatakan akan menghentikan semua perjalanan resmi ke negara itu. Pada malam hari, mereka mendorong semua warga Amerika Serikat untuk pergi secepat mungkin.

Pemerintahan Biden, yang menolak untuk menugaskan pasukan berkekuatan multinasional untuk Haiti,  sambil menawarkan uang dan dukungan logistik, mengatakan mereka memantau situasi keamanan yang memburuk dengan kekhawatiran serius.

Minggu lalu, bandara sempat terkena tembakan selama serangan geng yang berkelanjutan, tetapi geng tidak masuk ke bandara atau menguasainya.

Serangan terjadi usai otoritas Haiti memberlakukan jam malam menyusul penyerbuan geng bersenjata atas dua penjara terbesar dan membebaskan ribuan tahanan selama akhir pekan.

Baca Juga: Konflik di Haiti Memanas, KBRI Havana Sampaikan 7 WNI dalam Keadaan Aman

Tentara menjaga pintu masuk bandara internasional di Port-au-Prince, Haiti, Senin, 4 Maret 2024. Geng bersenjata berat menyerbu dan berusaha menguasai bandara internasional utama di Port-au-Prince, Haiti hari Senin, (4/3/2024, bandara dan penerbangan langsung dihentikan. (Sumber: AP Photo)

"Sekretaris jenderal sangat prihatin dengan memburuknya situasi keamanan di Port-au-Prince, di mana geng bersenjata berat meningkatkan serangan mereka terhadap infrastruktur kritis selama akhir pekan," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

Keadaan darurat selama 72 jam dimulai Minggu malam. Pemerintah Haiti mengatakan akan berusaha melacak tahanan yang melarikan diri, termasuk dari penjara di mana sebagian besar berada dalam tahanan praperadilan, dengan beberapa dituduh melakukan pembunuhan, penculikan, dan kejahatan lainnya.

"Polisi diperintahkan untuk menggunakan semua cara hukum yang mereka miliki untuk memberlakukan jam malam dan menangkap semua pelanggar," kata pernyataan dari Menteri Keuangan Patrick Boivert, yang menjadi perdana menteri ad interim.

Geng diperkirakan sudah menguasai hingga 80% Port-au-Prince, ibu kota. Mereka semakin mengkoordinasikan aksi mereka dan memilih target yang sebelumnya tidak terpikirkan, seperti Bank Sentral.

Perdana Menteri Ariel Henry pergi ke Kenya pekan lalu untuk mencoba menyelamatkan dukungan bagi pasukan keamanan yang didukung PBB untuk membantu menstabilkan Haiti dalam konfliknya dengan kelompok kejahatan yang semakin kuat.

Dujarric mengatakan sekretaris jenderal menekankan perlunya tindakan segera, terutama dalam memberikan dukungan keuangan untuk misi tersebut, "untuk mengatasi kebutuhan keamanan mendesak rakyat Haiti dan mencegah negara itu semakin terperosok ke dalam kekacauan."

Polisi Nasional Haiti memiliki sekitar 9.000 petugas untuk memberikan keamanan bagi lebih dari 11 juta penduduk, menurut PBB. Mereka secara rutin kewalahan dan kalah senjata.

Akhir pekan yang mematikan menandai titik terendah baru dalam gelombang kekerasan Haiti. Setidaknya sembilan orang tewas sejak hari Kamis, empat di antaranya polisi, ketika geng meningkatkan serangan terkoordinasi terhadap lembaga-lembaga negara di Port-au-Prince, termasuk bandara internasional dan stadion sepak bola nasional.

Tetapi serangan terhadap Penjara Nasional pada akhir pekan menggemparkan warga Haiti. Hampir semua dari 3.798 tahanan yang ditahan di penjara itu melarikan diri, menurut Kantor Perlindungan Warga. Sementara itu, di penjara Croix-des-Bouquets, 1.033 melarikan diri, termasuk 298 narapidana.

Baca Juga: Ratusan Tahanan Kabur usai Geng Bersenjata Serang Penjara Utama Haiti, Mayat Bergeletakan

Warga sipil melintas di luar bandara internasional Port-au-Prince, Haiti, Senin, 4 Maret 2024. Geng bersenjata berat menyerbu dan berusaha menguasai bandara internasional utama di Port-au-Prince, Haiti hari Senin, (4/3/2024, bandara dan penerbangan langsung dihentikan. (Sumber: AP Photo)

Kantor itu hari Senin malam mengatakan mereka sangat prihatin tentang keselamatan para hakim, jaksa, korban, pengacara, dan orang lain setelah pelarian massal tersebut.

Mereka menambahkan bahwa mereka "menyesalkan dan mengutuk kebijakan acuh tak acuh" yang ditunjukkan oleh pejabat pemerintah di tengah serangan.

Setelah serangan di penjara, tiga mayat dengan luka tembak tergeletak di pintu masuk penjara pada hari Minggu.

Di lingkungan lain, jasad dua pria yang tangan mereka terikat di belakang tergeletak tengkurap saat warga berjalan melewati barikade jalan yang dibuat dari ban bekas yang terbakar.

Di antara beberapa puluh orang yang memilih tetap di penjara adalah 18 mantan tentara Kolombia yang dituduh bekerja sebagai tentara bayaran dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moïse pada Juli 2021, "Tolong, tolong bantu kami," kata salah satu dari mereka, Francisco Uribe, dalam pesan yang banyak dibagikan di media sosial. "Mereka membantai orang secara sembarangan di dalam sel."

Kementerian luar negeri Kolombia telah meminta Haiti untuk memberikan "perlindungan khusus" bagi para pria itu.

Baca Juga: Presiden Kenya Sambut Keputusan DK PBB Kirim Tentara Pimpinan Nairobi Tumpas Geng Kriminal di Haiti

Dua polisi Haiti tampak bertempur di jalanan Haiti hari Jumat, (1/3/2024). Ratusan tahanan melarikan diri dari penjara utama Haiti setelah geng bersenjata menyerang fasilitas tersebut dalam ledakan kekerasan semalam yang melibatkan sebagian besar ibu kota. Setidaknya lima orang tewas pada hari Minggu (3/3/2024). (Sumber: AP Photo)

Penjara kedua di Port-au-Prince yang berisi sekitar 1.400 tahanan juga diserbu.

Tembakan dilaporkan di beberapa lingkungan di ibu kota. Layanan internet untuk banyak warga mati pada hari Minggu karena jaringan seluler terkemuka Haiti mengatakan koneksi kabel serat optik terputus selama kerusuhan.

Lonjakan serangan ini menyusul protes berdarah yang semakin mematikan dalam beberapa hari terakhir ketika perdana menteri pergi ke Kenya mencari kemajuan pada misi keamanan yang diusulkan yang didukung PBB yang akan dipimpin oleh negara Afrika Timur itu.

 

Henry mengambil alih sebagai perdana menteri setelah pembunuhan Moise dan telah menunda rencana untuk mengadakan pemilihan parlemen dan presiden, yang belum terjadi dalam hampir satu dekade.

Jimmy Chérizier, mantan perwira polisi elit yang dikenal sebagai Barbecue dan sekarang memimpin federasi geng, mengaku bertanggung jawab atas lonjakan serangan.

Dia mengatakan tujuannya adalah menangkap kepala polisi Haiti dan menteri pemerintah serta mencegah kembalinya Henry. Perdana menteri mengabaikan seruan untuk mundur dan tidak memberikan komentar saat ditanya apakah dia merasa aman untuk pulang.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU