Nigeria Krisis Ekonomi akibat Nilai Tukar Anjlok yang Picu Super Inflasi, Ini Sebabnya
Kompas dunia | 18 Februari 2024, 02:05 WIBABUJA, KOMPAS.TV - Nigeria menghadapi salah satu krisis ekonomi terparah dalam beberapa tahun terakhir, dipicu lonjakan inflasi yang membuat mata uang negara ini merosot ke rekor terendah terhadap dolar.
Data pemerintah terbaru yang dirilis hari Kamis (15/2/2024) menunjukkan tingkat inflasi pada bulan Januari naik menjadi 29,9%, level tertinggi sejak tahun 1996, terutama dipicu oleh kenaikan harga makanan dan minuman non-alkohol.
Situasi ini telah menimbulkan kemarahan dan protes di seluruh negeri.
Mata uang Nigeria, Naira, terus merosot menjadi 1.524 naira per dolar Amerika hari Jumat, mencerminkan penurunan nilai sebesar 230% dalam setahun terakhir, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Sabtu (17/2/2024).
"Keluarga saya sekarang hidup satu hari sekali (dan) bertawakal kepada Tuhan," kata pedagang Idris Ahmed, yang penjualannya di toko pakaian di ibu kota Nigeria, Abuja, turun dari rata-rata $46 per hari menjadi $16.
Penurunan nilai mata uang ini memperburuk situasi yang sudah buruk, lebih lanjut merusak pendapatan dan tabungan. Ini menyulitkan jutaan warga Nigeria yang sudah berjuang menghadapi kesulitan akibat reformasi pemerintah, termasuk penghapusan subsidi gas yang mengakibatkan kenaikan harga gas tiga kali lipat.
Baca Juga: Krisis Ekonomi dan Kekeringan, Warga Tunisia Kesulitan Beli Hewan Kurban untuk Iduladha
Potret Ekonomi Nigeria
Dengan populasi lebih dari 210 juta orang, Nigeria bukan hanya negara paling padat penduduk di Afrika, tetapi juga ekonomi terbesar di benua ini.
Produk Domestik Bruto atau PDB-nya didorong terutama oleh layanan seperti teknologi informasi dan perbankan, diikuti oleh bisnis manufaktur dan pengolahan, dan kemudian pertanian.
Tantangannya adalah ekonomi ini masih jauh dari mencukupi untuk penduduk Nigeria yang berkembang, sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan harian warganya mulai dari mobil hingga peralatan makan, mudah terkena dampak dari guncangan eksternal seperti pasar valuta asing paralel yang menentukan harga barang dan jasa.
Ekonomi Nigeria sangat bergantung pada minyak mentah, sumber pendapatan devisa terbesarnya.
Ketika harga minyak merosot pada tahun 2014, otoritas menggunakan cadangan devisa yang langka untuk mencoba menstabilkan naira di tengah berbagai tingkat pertukaran. Pemerintah juga menutup perbatasan darat untuk mendorong produksi lokal dan membatasi akses ke dolar bagi importir barang tertentu.
Langkah-langkah tersebut, bagaimanapun, membuat nilai tukar Naira makin parah karena memfasilitasi pasar paralel yang melesat untuk dolar. Penjualan minyak mentah yang meningkatkan pendapatan devisa juga turun karena pencurian minyak kronis dan vandalisme pipa.
Ukuran pasar minyak dan gas Nigeria dalam hal volume produksi diperkirakan akan tumbuh dari 4,60 miliar kaki kubik per hari pada 2024 menjadi 4,93 miliar kaki kubik per hari pada 2029, dengan CAGR sebesar 1,39% selama periode perkiraan (2024-2029) menurut Mordor Intelligence.
Regulator minyak hulu Nigeria pada awal Januari 2024 mengumumkan target produksi minyak dan kondensat tahunan sebesar 2,6 juta barel per hari pada 2026, lonjakan ambisius dari tingkat 2023 yang sekitar 1,6 juta barel per hari.
Sebagai eksportir minyak terbesar di Afrika, Nigeria mengalami penurunan produksi akibat pencurian minyak mentah dan vandalisme pipa di Delta Niger serta investasi rendah dalam sektor ini, yang merugikan pendapatan pemerintah.
Komisi Pengatur Minyak dan Gas Hulu Nigeria (NUPRC) mengatakan dalam rencana tindakan 2024-2026 bahwa akan mengarahkan pengembangan aset minyak ke daerah yang kurang rentan terhadap pencurian dan vandalisme, serta memberikan dukungan regulasi untuk jalur evakuasi minyak mentah alternatif.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press