Netanyahu Larang Perwakilan Israel ke Mesir untuk Negosiasi Pertukaran Sandera dengan Hamas
Kompas dunia | 15 Februari 2024, 19:05 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Tindakan keras dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang melarang perwakilan negaranya kembali ke Mesir.
Sebelumnya, perwakilan Israel dijawadlkan ke Mesir untuk pertemuan empat hari demi negosiasi pertukaran sandera dengan Hamas.
Penolakan Netanyahu tersebut diungkapkan saluran TV Israel Channel 12.
Baca Juga: Pemilu 2024 Usai Digelar, Menlu Australia Tak Sabar Mulai Kerja Sama dengan Presiden Baru Indonesia
“Netanyahu tak membiarkan tim negosiasi kembali ke Mesir pada Kamis (15/2/2024) untuk melanjutkan pembicaraan terkait kesepakatan sandera,” bunyi laporan Channel 12 dikutip dari Middle East Monitor.
“Netanyahu percaya Hamas harus menerima syarat yang ditetapkan Israel untuk membuat perkembangan,” tambahnya.
Pejabat Israel, Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS) melakukan pertemuan di Kairo, Selasa (13/2/2024), untuk membicarakan gencatan senjata di Gaza.
Selain itu juga mendiskusikan mengenai pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina antara Hamas dan Israel.
“Posisi Hamas tak berubah, dan menekankan agar perang berakhir, yang mana tak akan diterima Israel,” seperti dilaporkan KAN, mengutip pejabat Israel yang namanya menolak disebut.
Pekan lalu, Hamas menawarkan tiga tahap rencana untuk gencatan senjata di Gaza. Termasuk di dalamnya penundaan selama 135 hari pertempuran demi pembebasan sandera.
Namun, Netanyahu menolak tawaran Hamas untuk gencatan senjata dan melanjutkan perang di Gaza, hingga kemenangan didapatnya atas kelompok perlawanan Palestina.
Baca Juga: AS Respons Pemilu Indonesia, Beri Selamat dan Sebut Bukti Kuatnya Komitmen atas Proses Demokrasi
Israel meyakini masih ada 134 warga Israel yang ditahan di Gaza, setelah tentara Israel pada Senin (12/2/2024), membebaskan dua sandera di Rafah.
Menurut PBB, serangan Israel ke Gaza telah mendorong 85 persen populasi wilayah itu dipindahkan secara paksa di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sedangkan 60 persen dari bangunan Gaza telah rusak atau hancur.
Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Middle East Monitor