Mesir Tegaskan Tetap Setia pada Perjanjian Damai dengan Israel meski Rafah Diserang Habis
Kompas dunia | 13 Februari 2024, 07:29 WIBMeski demikian, Mesir dilaporkan menentang langkah apa pun yang dapat mendorong warga Palestina melarikan diri ke wilayahnya. Rafah juga merupakan jalur utama masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan serangan Israel dapat menghambat pengiriman pasokan penting.
Populasi Rafah meningkat dari 280.000 menjadi sekitar 1,4 juta karena ratusan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan di kamp tenda yang tersebar luas di Rafah.
Netanyahu memerintahkan militer untuk merencanakan evakuasi semua warga sipil Palestina sebelum serangan dimulai. Namun, belum jelas ke mana mereka akan diungsikan.
Baca Juga: Bantah Biden, Mesir Tegaskan Perbatasan Rafah Selalu Terbuka Tanpa Syarat bagi Bantuan Kemanusiaan
Meskipun Netanyahu menyatakan mereka dapat kembali ke area terbuka lebih ke utara, area tersebut telah rusak parah akibat serangan Israel.
Bila Mesir membatalkan perjanjian tersebut, ini dapat membuat Israel kehilangan kestabilan di perbatasan selatan. Meski begitu, ini juga akan berdampak serius bagi Mesir yang menerima bantuan militer besar dari AS.
Paige Alexander dari Carter Center menyatakan serangan Israel di Rafah dapat "menyeret dan melibatkan Mesir dalam konflik, yang dapat menjadi bencana bagi seluruh wilayah."
Saat ini, serangan Israel di Gaza membuat 85% penduduk mengungsi dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sekitar 60% infrastruktur di Gaza rusak atau hancur, menurut PBB.
Pada akhir 2023, Afrika Selatan mengajukan gugatan di Mahkamah Internasional, menuduh Israel melanggar Konvensi Genosida 1948.
Dalam putusan sementara pada Januari, pengadilan PBB menyatakan klaim Afrika Selatan layak. Pemerintah Israel diinstruksikan untuk menghentikan tindakan genosida dan menjamin bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu