> >

Arab Saudi Murka ke Israel, Ancam Akan Ada Konsekuensi Serius jika Zionis Invasi Rafah

Kompas dunia | 11 Februari 2024, 16:55 WIB
Warga Palestina tiba di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza, sementara sebuah tank Israel mengintai, Jumat, 26 Januari 2024. Mereka terpaksa meninggalkan Kota Khan Younis karena serangan darat dan udara Israel. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

RIYADH, KOMPAS.TV - Arab Saudi akhirnya murka dan mengancam Israel akan ada konsekuensi serius jika menginvasi Rafah di Gaza.

Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada awal pekan ini mengumumkan telah memerintahkan pasukannya untuk bergerak ke Rafah.

Saat ini kota tersebut telah dipenuhi oleh warga Palestina yang dipindahkan secara paksa saat serangan dimulai pada 7 Oktober.

Baca Juga: Donald Trump Akan Biarkan Putin Serang Negara NATO jika Kembali Terpilih Jadi Presiden AS, Kenapa?

Netanyahu menegaskan, hal itu dilakukan demi mengejar pihak yang bertanggung jawab atas serangan ke selatan Israel.

Arab Saudi pun tak bisa menyembunyikan kemarahannya atas pernyataan Netanyahu itu.

“Menginvasi Gaza, yang merupakan pengungsian terakhir ratusan ribu warga sipil yang dipindahan karena agresi brutal Israel, akan ada konsekuensi serius,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi dikutip dari Al-Arabiya.

Mereka juga menegaskan, penolakan dan ancaman keras yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi terhadap pengusiran paksa dan memperbarui seruannya untuk gencatan senjata segera.

“Pelanggaran (terus menerus) terhadap hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional (membuat) Dewan Keamanan (PBB) perlu mengadakan sidang mendesak,” tutur kementerian itu.

“Hal itu untuk mencegah Israel menyebabkan bencana kemanusiaan yang akan segera terjadi dan setiap orang yang mendukung agresi itu akan bertanggung jawab atas tindakannya,” sambungnya.

Selain Arab Saudi, Mesir juga sudah memberikan peringatan terhadap upaya Israel itu.

Baca Juga: Gadis Perempuan 6 Tahun yang Sempat Minta Pertolongan saat Diserang Tank Israel Ditemukan Tewas

Pengumuman Netanyahu juga membuat sejumlah negara sekutunya termasuk Amerika Serikat (AS) khawatir akan semakin meningkatnya krisis kemanusiaan karena perang itu.

Pihak PBB mengatakan, saat ini setengah dari 2,4 juta populasi Gaza kini berlindung di Rafah, dengan banyak yang tidur di luar tenda dan penampungan.

Selain itu kekhawatiran akan kurangnya makanan, air, dan sanitasi.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Al-Arabiya


TERBARU