> >

Menhan AS dan Israel Bahas Gaza Pasca-Perang, Kepercayaan Washington terhadap Netanyahu Kian Merosot

Kompas dunia | 10 Februari 2024, 00:24 WIB
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, Jumat (9/2/2024), mengumumkan bahwa ia berbicara dengan rekan sejawatnya dari Israel, Yoav Gallant, hari Kamis (8/2/2024) mengenai perencanaan pasca-konflik untuk Gaza. Ini menjadi tamparan bagi Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu yang selalu menolak pembahasan di kabinet terkait masalah tersebut. (Sumber: Times of Israel)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, Jumat (9/2/2024) mengumumkan bahwa ia berbicara dengan rekan sejawatnya dari Israel, Yoav Gallant, Kamis (8/2/2024) mengenai "perencanaan pasca-konflik untuk Gaza". Ini menjadi tamparan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang selalu menolak pembahasan di kabinet terkait masalah tersebut.

Seorang pejabat AS, seperti yang dilaporkan oleh Times of Israel menyatakan, "Menhan Austin menegaskan perlunya melindungi warga sipil saat Israel melancarkan operasi melawan Hamas". Sumber itu juga menyebut keduanya "membahas respons AS terhadap serangan kelompok milisi yang bersekutu dengan Iran terhadap pasukan AS."

Sumber pejabat AS sebelumnya menyampaikan kepada Times of Israel awal pekan ini bahwa pemerintahan Biden tidak punya kepercayaan yang besar terhadap cara Netanyahu mengatasi perang, mengutip penolakannya terhadap Otoritas Palestina yang ingin mengendalikan kembali Jalur Gaza.

Para mitra koalisi sayap kanan perdana menteri mendorong untuk memukimkan kembali Gaza dengan warga Israel, mendorong penduduk Palestina di sana untuk beremigrasi, dan mempertahankan pendudukan militer bagi mereka yang tetap tinggal. Kebijakan-kebijakan ini dianggap oleh Netanyahu sebagai kebijakan yang ia tolak, dan akan mencabut dukungan Washington terhadap Yerusalem.

Karenanya, Netanyahu sengaja tidak membahas "hari esok" di Gaza dalam kabinet, meskipun Kepala Staf Tentara Pendudukan Israel (IDF) Herzi Halevi memperingatkan ini dapat merusak kemajuan militer Israel di Gaza.

Pejabat AS menyatakan bahwa Netanyahu menghalangi upaya regional untuk mendirikan pemerintahan baru di utara Gaza, sehingga Hamas bisa kembali mengambil kendali. Akibatnya, militer Israel harus kembali ke area tersebut untuk melawan kegiatan Hamas.

Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Militer Siapkan Pengosongan Rafah di Gaza Selatan, Serbuan Israel Mengintai

Menhan AS Lloyd Austin, hari Jumat, (9/2/2024) mengumumkan bahwa ia berbicara dengan rekan sejawat Israel, Yoav Gallant, hari Kamis (8/2/2024) mengenai perencanaan pasca-konflik untuk Gaza, menjadi tamparan bagi Perdana Menteri Benyamin Netanyahu yang selalu menolak pembahasan di kabinet terkait masalah tersebut. (Sumber: Aydinlik Turkiye)

Selain itu, dalam pembicaraan Austin dan Gallant, mereka juga membahas perlunya meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza dan upaya stabilisasi di Tepi Barat.

Sementara itu Netanyahu dilaporkan telah memerintahkan militer untuk menyiapkan rencana evakuasi penduduk Rafah sebelum invasi Israel yang diperkirakan akan terjadi di kota selatan Gaza tersebut.

Pernyataan tersebut muncul menyusul kritik internasional terhadap rencana Israel untuk menyerbu kota yang padat penduduk di perbatasan Mesir ini.

Israel menyebut Rafah sebagai benteng terakhir Hamas yang perlu diserang dengan mengirim pasukan untuk menyelesaikan rencananya melawan kelompok militan Islam ini.

Namun, sekitar 1,5 juta warga Palestina telah memadati kota tersebut setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain di Gaza.

Netanyahu menyatakan bahwa diperlukan "operasi besar" di Rafah dan telah meminta pejabat keamanan untuk menyajikan "rencana ganda" yang mencakup evakuasi warga sipil dan operasi militer untuk "menghancurkan" unit milisi Hamas yang tersisa.

 

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Times of Israel


TERBARU