> >

Wabah Raja Singa atau Sifilis Amerika Serikat Tertinggi sejak 1950, Terbanyak di Negara Bagian Ini

Kompas dunia | 1 Februari 2024, 01:05 WIB
Foto mikroskop Treponema pallidum berbentuk pembuka botol, berwarna gelap, yang merupakan bakteri yang menyebabkan sifilis. Amerika Serikat menghadapi lonjakan wabah kasus penyakit menular seksual sifilis atau raja singa, angkanya naik 9% tahun 2022, seperti terungkap dalam laporan pemerintah federal terbaru mengenai penyakit menular seksual pada orang dewasa. (Sumber: AP Photo / CDC)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) menghadapi lonjakan wabah kasus penyakit menular seksual sifilis atau raja singa, angkanya naik 9% tahun 2022. Hal ini terungkap dalam laporan pemerintah federal terbaru mengenai penyakit menular seksual pada orang dewasa.

Meskipun tren ini mengkhawatirkan, ada kabar baik tak terduga: angka kasus baru gonore turun untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Belum jelas mengapa kasus sifilis naik 9% sementara gonore turun 9%, kata pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC AS.

Mereka menambahkan, masih terlalu dini untuk mengetahui apakah tren penurunan baru ini muncul untuk kasus gonore atau kencing nanah, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Rabu (31/1/2024).

Perhatian utama saat ini adalah pada sifilis atau raja singa, yang meskipun lebih jarang daripada gonore atau klamidia, dianggap lebih berbahaya.

Meskipun terus punya dampak yang tidak proporsional pada pria gay dan biseksual, penyakit ini semakin meluas di kalangan pria dan wanita heteroseksual, serta semakin memengaruhi bayi yang baru lahir, kata pejabat CDC.

Total kasus melampaui 207.000 tahun 2022, meningkat 17% dan mencapai angka tertinggi di AS sejak 1950, menurut data yang dirilis pada hari Selasa.

Angka ini tidak hanya mencakup tahap paling menular dari penyakit ini, tetapi juga kasus laten dan kasus di mana wanita hamil menularkan sifilis ke bayi mereka.

Baca Juga: Kasus Sifilis Pada Bayi Baru Lahir di AS Meroket, Pejabat Kesehatan Serukan Langkah Pencegahan

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC AS mempublikasikan gambar ini hari Selasa, (7/11/2023). Wilayah yang diberi warna hijau merupakan wilayah yang disarankan untuk melakukan tes sifilis kepada semua orang yang aktif secara seksual dan berusia antara 15 dan 44 tahun. (Sumber: CDC via AP)

Sifilis adalah penyakit bakteri yang dapat muncul sebagai luka genital tanpa rasa sakit tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan kelumpuhan, kehilangan pendengaran, demensia, dan bahkan kematian jika tidak diobati.

Infeksi sifilis baru merosot di AS mulai dari tahun 1940-an ketika antibiotik menjadi luas tersedia dan mencapai titik terendah pada tahun 1998.

Sebanyak 59.000 dari kasus 2022 melibatkan bentuk sifilis paling menular. Dari jumlah itu, sekitar seperempat adalah perempuan dan hampir seperempat adalah pria heteroseksual.

"Saya kira ini menyebar tanpa disadari di kalangan populasi heteroseksual cisgender karena kita sebenarnya tidak menguji untuk itu. Kita sebenarnya tidak mencarinya," kata Dr. Philip Chan, yang mengajar di Universitas Brown dan adalah kepala petugas medis Open Door Health, sebuah pusat kesehatan untuk pasien gay, lesbian, dan transgender di Providence, Rhode Island.

Laporan tersebut juga menunjukkan jenis sifilis paling menular meningkat tidak hanya di seluruh negeri tetapi juga di antara kelompok ras dan etnis yang berbeda, dengan orang Indian Amerika dan suku Alaska memiliki tingkat tertinggi.

South Dakota melampaui negara bagian lain dengan tingkat sifilis menular tertinggi pada 84 kasus per 100.000 orang - lebih dari dua kali lipat dari negara bagian dengan tingkat tertinggi kedua, New Mexico.

Peningkatan South Dakota didorong oleh wabah di komunitas penduduk asli Amerika, kata Dr. Meghan O’Connell, kepala petugas kesehatan masyarakat di Dewan Kesehatan Pemimpin Suku-suku Asli Great Plains yang berbasis di Rapid City, South Dakota.

Baca Juga: Atasi Penyakit Kelamin Kaum Gay dan Biseksual, Aparat Kesehatan AS akan Usulkan Antibiotik Murah Ini

Morning after pill yang dipromosikan aparat kesehatan AS untuk mencoba menghindari beberapa penyakit menular seksual yang semakin marak di Amerika Serikat seperti klamidia, sipilis, dan gonore. (Sumber: AP Photo)

Hampir semua kasus terjadi pada orang heteroseksual, dan O'Connell mengatakan bahwa pengujian dan pengobatan penyakit menular seksual sudah terbatas di komunitas suku yang terisolasi dan semakin buruk selama pandemi.

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS tahun lalu membentuk satuan tugas sifilis yang berfokus pada menghentikan penyebaran penyakit menular seksual, dengan penekanan pada tempat-tempat dengan tingkat sifilis tertinggi, yaitu South Dakota, 12 negara bagian lain, dan Distrik Columbia.

Laporan tersebut juga melihat penyakit menular seksual yang lebih umum seperti klamidia dan gonore. Kasus klamidia relatif stabil dari 2021 hingga 2022, tetap pada tingkat sekitar 495 per 100.000, meskipun terdapat penurunan yang pada pria dan khususnya wanita awal 20-an. Untuk gonore, penurunan yang paling mencolok terjadi pada wanita awal 20-an.

Para ahli mengatakan mereka tidak yakin mengapa tingkat gonore menurun. Ini terjadi di sekitar 40 negara bagian, jadi apa pun yang menjelaskan penurunan tersebut tampaknya terjadi di sebagian besar negara.

Pengujian penyakit menular seksual terhambat selama pandemi Covid-19, dan pejabat meyakini bahwa itulah alasan mengapa tingkat klamidia turun pada tahun 2020.

Mungkin pengujian dan diagnosis masih belum stabil pada tahun 2022, kata Dr. Jonathan Mermin, direktur Pusat Nasional CDC untuk HIV, Hepatitis Viral, Penyakit Menular Seksual, dan Pencegahan TB.

“Kami terbantu oleh besarnya penurunan ini,” kata Mermin, meskipun tingkat gonore masih lebih tinggi sekarang daripada sebelum pandemi. "Kita perlu meneliti apa yang terjadi, dan apakah ini akan terus berlanjut."

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU