China Bingung Pilih antara Trump atau Biden, Sama-Sama Dianggap Cawan Berisi Buah Simalakama
Kompas dunia | 31 Januari 2024, 04:45 WIBTrump mendapat julukan Chuan Jianguo, atau "Trump, pembangun bangsa (China)," karena kebijakan dan pernyataannya yang dianggap membantu Beijing. Namun, ada juga peringatan dari para ahli bahwa sentimen nasionalis yang berkembang di China dapat bertentangan dengan pandangan pemerintah dan elit.
Menurut Sun Yun, direktur program China di Stimson Center yang berbasis di Washington, "Dengan Trump, tidak ada dasar hubungan AS-China, dan Trump menimbulkan risiko dan ketidakpastian besar, termasuk kemungkinan konflik militer."
Beberapa ahli memperingatkan meskipun ada potensi keuntungan dengan kebijakan Trump yang dapat merusak aliansi dan kemitraan AS, manfaat tersebut mungkin tidak dapat menutupi kerugian yang lebih besar yang dapat ditimbulkannya pada hubungan dengan China.
Baca Juga: China Makin Keras Usai William Lai Jadi Presiden Taiwan, Bakal Ada Hukuman Kasar jika Ingin Merdeka
Dalam hubungan AS - China, sejarah Trump dimulai dengan kontroversi ketika ia menerima ucapan selamat dari Presiden Taiwan tahun 2016 saat menang pemilu presiden, yang membuat Beijing murka. Meskipun hubungan tampaknya membaik tahun 2017 dengan pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping, perang dagang yang dimulai oleh Trump tahun 2018 menjadi puncaknya.
Pandemi Covid-19 tahun 2020 membawa hubungan AS - China ke titik terendah. Upaya Trump menyalahkan China atas penyebaran virus ini menyebabkan ketegangan lebih lanjut. Meski demikian, analis meyakini bahwa China tidak akan campur tangan dalam pemilihan presiden AS tahun ini, baik karena tidak ingin melakukannya maupun karena mereka belum memiliki kapabilitas untuk melakukannya.
Biden, setelah terpilih, melanjutkan kebijakan China yang diterapkan oleh pendahulunya. Dia mempertahankan tarif dan membatasi akses perusahaan China ke teknologi canggih, serta memberlakukan sanksi terhadap pejabat China atas pelanggaran hak asasi manusia.
Ketegangan antara AS dan China mencapai puncaknya awal 2023 ketika AS menembak jatuh balon mata-mata Tiongkok. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengatur pertemuan antara Biden dan Xi, yang menghasilkan beberapa kesepakatan kecil dan komitmen untuk menstabilkan hubungan.
Meskipun ada beberapa preferensi untuk Biden karena kestabilannya, beberapa ahli mengingatkan bahwa China mungkin lebih sulit berurusan dengan pendekatan nilai-nilai yang dipegang oleh Biden, yang berusaha membangun aliansi global untuk menantang pengaruh China.
Dalam pandangan Wang Yiwei, direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin di China, Beijing lebih khawatir tentang sikap Trump yang bermusuhan terhadap globalisasi daripada upaya Biden dalam membangun aliansi global. "Kita tidak mengharapkan salah satu dari mereka akan lebih baik bagi China, tetapi kunci (bagi China) adalah melanjutkan pembukaan dan reformasi, dan pengembangan berkualitas tinggi," ujarnya.
Dengan demikian, walaupun masih ada ketidakpastian dan ketegangan dalam hubungan AS-China, pandangan umum adalah bahwa tidak peduli siapa yang menang, China harus terus berfokus pada pembukaan, reformasi, dan pengembangan kualitas tinggi dalam menghadapi situasi geopolitik yang kompleks ini.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press