Hamas Terbitkan Laporan Resmi tentang Alasan Serang Israel dalam Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober
Kompas dunia | 23 Januari 2024, 07:30 WIBKOTA GAZA, KOMPAS.TV - Hamas mengeluarkan pernyataan, mengungkap motif serangan 7 Oktober ke Israel, Minggu (21/1/2024).
Hamas menekankan, Operasi Banjir Al-Aqsa adalah langkah strategis mengatasi blokade atas Gaza, melepaskan diri dari pendudukan Israel, mengembalikan hak-hak nasional, mencapai kemerdekaan, menentukan sendiri nasib Palestina, dan mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kota, sekaligus membantah tuduhan Israel.
Pernyataan itu ada dalam laporan berjudul "Naratif Kami...Operasi Banjir Al-Aqsa". Laporan itu ditujukan untuk menyanggah klaim Israel, menyatakan Operasi Banjir Al-Aqsa merupakan langkah yang diperlukan dan reaksi alami terhadap rencana Israel untuk menghapus isu Palestina, merebut tanah, meyahudikan tanah Palestina, dan mendirikan kendali penuh atas Masjid Al-Aqsa dan situs suci.
Melansir Anadolu, Senin (22/1), selama operasi, Hamas mengakui terdapat "beberapa kesalahan" yang mungkin terjadi dalam pelaksanaannya karena cepatnya sistem keamanan dan militer Israel runtuh, yang menyebabkan kekacauan di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza.
"Seperti yang banyak dinyatakan, Gerakan Hamas berurusan dengan cara yang positif dan ramah dengan semua warga sipil yang ditahan di Gaza serta mencoba sejak awal agresi untuk membebaskan mereka, dan itulah yang terjadi selama gencatan senjata kemanusiaan seminggu di mana warga sipil dilepaskan sebagai pertukaran pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel," demikian pernyataan Hamas dalam laporan tersebut.
Menanggapi tuduhan bahwa Hamas menargetkan warga sipil Israel selama Operasi Banjir Al-Aqsa, laporan itu menegaskan bahwa anggota Hamas diwajibkan secara moral dan agama untuk tidak menyakiti warga sipil, terutama perempuan, anak-anak, dan lansia.
Baca Juga: Intelijen AS Perkirakan Israel Hanya Mampu Membunuh Sekitar 30% Pasukan Hamas dalam Perang di Gaza
Tentang tuduhan bahwa Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menargetkan warga sipil pada 7 Oktober, laporan itu menyatakan, "Apa yang dipromosikan pendudukan Israel tentang tuduhan bahwa Brigade Al-Qassam pada 7 Oktober menargetkan warga sipil Israel hanyalah kebohongan dan rekayasa belaka. Sumber tuduhan ini berasal dari narasi resmi Israel, dan tidak ada sumber independen yang membuktikan salah satunya."
"Video yang diambil pada hari itu, 7 Oktober, bersamaan dengan kesaksian para warga Israel sendiri yang dirilis kemudian, menunjukkan bahwa para pejuang Brigade Al-Qassam tidak menargetkan warga sipil, dan banyak warga Israel tewas oleh tentara dan polisi Israel sendiri akibat kebingungan mereka," kata laporan tersebut.
Laporan tersebut mengundang Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa untuk mendukung proses peradilan guna menyelidiki semua kejahatan yang dilakukan di Palestina jika mereka benar-benar percaya pada keadilan, meskipun mereka menolak Israel diadili di Mahkamah Internasional PBB, tambahnya.
Sebanyak 190 orang telah tewas dan 340 lainnya terluka di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir hingga Senin (22/1), membawa total jumlah kematian warga Palestina akibat dibunuh serangan mematikan Israel menjadi 25.295 orang warga sipil, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Pernyataan dari kementerian tersebut menyebutkan bahwa 63.000 orang lainnya telah terluka dalam serangan selama periode yang sama. "Banyak orang masih terperangkap di bawah reruntuhan karena penyelamat tidak dapat mencapai mereka," tambahnya.
Serangan Israel membuat 85% penduduk Gaza mengungsi secara internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di kawasan tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu