> >

Terungkap Rincian Upaya AS, Mesir dan Qatar untuk Akhiri Perang, Termasuk Pendirian Negara Palestina

Kompas dunia | 22 Januari 2024, 07:41 WIB
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar sedang mempromosikan usaha bersama untuk memaksa Israel dan Hamas menerima rencana komprehensif yang bertujuan mengakhiri konflik, memastikan pembebasan sandera di Gaza, pada akhirnya membuka jalan normalisasi penuh Israel dan negara Arab serta memulai perundingan tentang pendirian negara Palestina. (Sumber: Times of Israel)

Menurut Menteri Luar Negeri Arab Saudi dalam wawancara yang disiarkan CNN, tidak mungkin terjadi normalisasi hubungan dengan Israel tanpa penyelesaian masalah Palestina.

Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan kepada CNN bahwa "itulah satu-satunya cara kita akan mendapatkan manfaat. Jadi, ya, karena kita membutuhkan stabilitas, dan hanya melalui penyelesaian masalah Palestina, stabilitas dapat tercapai."

Meskipun laporan WSJ tidak menjelaskan nasib Hamas dalam kesepakatan semacam itu, tetapi mencatat bahwa pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, otak di balik serangan 7 Oktober di Israel, dan pemimpin politbiro Hamas yang berbasis di Doha, Ismail Haniyeh, tidak berbicara selama sebulan terakhir dan berselisih mengenai potensi demiliterisasi Wilayah Gaza.

Perang meletus setelah tim yang dipimpin oleh Hamas menyerbu komunitas Israel di selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, dan menculik 253 lainnya.

Baca Juga: Keretakan Antara Biden dan Netanyahu Terkuak saat Bahas Kedaulatan Palestina di Gaza Pasca Perang

PM Israel Benyamin Netanyahu, dalam konferensi pers nasional hari Kamis, (18/1/2024) kembali menegaskan penolakannya terhadap solusi dua negara, berpendapat Israel harus mengendalikan keamanan di seluruh wilayah barat Sungai Yordan untuk melindungi negaranya. (Sumber: Aydinlik Turkiye)

Sebagai respons, Israel meluncurkan operasi militer besar-besaran dengan tujuan mengalahkan Hamas dan membebaskan para sandera.

Lebih dari 25.000 warga sipil Gaza tewas akibat serangan Israel sementara lebih dari 61.000 terluka. Diperkirakan 132 sandera yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober masih berada di Gaza — tidak semuanya masih hidup — setelah 105 warga sipil dilepaskan dari tahanan Hamas selama gencatan senjata seminggu pada akhir November. Seorang di antaranya diselamatkan hidup dan jasad lainnya dievakuasi.

Axios juga melaporkan pada hari Minggu bahwa utusan Timur Tengah Casa Putih, Brett McGurk, akan berada di Mesir dan Qatar pekan ini untuk membahas perang dan negosiasi pembebasan sandera. Beliau sebelumnya berada di Doha awal bulan ini.

Terdapat laporan lain mengenai upaya AS untuk mengakhiri pertikaian ini. Menurut laporan terpisah dari WSJ pada hari Minggu, administrasi Presiden Joe Biden mulai menurunkan ekspektasinya dari konflik ini, dengan penghilangan ancaman keamanan dari Hamas dianggap sebagai tujuan yang lebih dapat dicapai daripada penghancuran total Hamas, seperti yang diumumkan oleh Israel.

Washington semakin menekan Israel untuk segera mengurangi kampanye militer dan beralih dari perang berintensitas tinggi setelah lebih dari tiga bulan kampanye udara dan darat yang menghancurkan, di tengah kecaman internasional yang semakin meningkat terhadap jumlah korban di Gaza dan krisis kemanusiaan yang luas.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa mengakhiri perang antara Israel dan Hamas "secepat mungkin" adalah prioritas utama administrasi Biden dalam tahun mendatang.

Pada bulan Desember, Biden membahas pengurangan ofensif Israel di Gaza dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tetapi tidak meminta menghentikan pertikaian.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : NBC / Times of Israel


TERBARU