> >

AS Garap Kesepakatan Besar, Gencatan Senjata di Gaza Ditukar Normalisasi Israel dan Dunia Arab

Kompas dunia | 20 Januari 2024, 07:40 WIB
Puing akibat serangan Israel di Gaza City, 11 Oktober 2023. Amerika Serikat hari Jumat, (19/1/2024) dilaporkan tengah menggarap "kesepakatan regional besar", bertujuan untuk "stabilitas jangka panjang sebagai bagian dari realitas pasca-perang" usai konflik Gaza berakhir, mencakup normalisasi Israel dan dunia Arab, pembebasan tawanan, dan pemerintahan baru di Gaza. (Sumber: AP Photo)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah menggarap kesepakatan regional besar, bertujuan untuk menciptakan stabilitas jangka panjang sebagai bagian dari realitas pasca-perang usai konflik Gaza berakhir, Jumat (19/1/2024). Kesepakatan ini mencakup normalisasi Israel dan dunia Arab, pembebasan tawanan, dan pemerintahan baru di Gaza.

Media Israel Hayom, mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bocoran kemungkinan kesepakatan tersebut, "Selain mengakhiri ketegangan saat ini di Gaza, kesepakatan ini juga memvisualisasikan normalisasi antara Israel dan dunia Arab, pembebasan tawanan, dan pemerintahan baru di Gaza."

Kesepakatan ini tampaknya menjadi bagian dari apa yang disebut oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ketika ia mengatakan di Davos (Forum Ekonomi Dunia) pekan ini bahwa Israel perlu mengambil keputusan sulit, tulis surat kabar itu.

Surat kabar tersebut menyatakan bahwa kesepakatan ini masih dalam tahap awal dan tidak jelas sejauh mana sudah dirumuskan ke dalam teks atau rumus yang dapat mengakhiri perang dan menggantikannya dengan proses politik.

Tidak ada pihak yang secara resmi mengomentari laporan tersebut.

Berita ini muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (18/1) mengatakan ia telah memberitahu AS tentang penolakannya terhadap pendirian negara Palestina sebagai bagian dari skenario pasca-perang apa pun - sebuah pertikaian yang dilaporkan antara kedua negara.

Sebelumnya pada Kamis, Financial Times seperti dikutip oleh Hayom melaporkan negara-negara Arab sedang merancang inisiatif untuk mengamankan gencatan senjata dan pembebasan tawanan dari Gaza sebagai bagian dari rencana normalisasi lebih luas antara Arab Saudi dan Israel, jika Israel setuju untuk langkah-langkah menuju pendirian negara Palestina.

Baca Juga: Pertentangan Pejabat Puncak Israel Makin Terbuka soal Penanganan Perang Melawan Hamas di Gaza

PM Israel Benyamin Netanyahu, hari Kamis, (18/1/2024) kembali menegaskan penolakannya terhadap solusi dua negara. Amerika Serikat hari Jumat, (19/1/2024) dilaporkan tengah menggarap "kesepakatan regional besar", bertujuan untuk "stabilitas jangka panjang sebagai bagian dari realitas pasca-perang" usai konflik Gaza berakhir, mencakup normalisasi Israel dan dunia Arab, pembebasan tawanan, dan pemerintahan baru di Gaza. (Sumber: Aydinlik Turkiye)

Media Saudi Al-Hadath melaporkan dari sumbernya bahwa baru-baru ini ada pertemuan antara pejabat Israel, pejabat Amerika, dan pejabat Palestina tingkat tinggi.

Menurut laporan tersebut, pembahasan bertujuan untuk menentukan siapa yang akan memerintah Jalur Gaza setelah perang, dan mentransfer pengelolaan urusannya kepada Otoritas Palestina.

Financial Times juga melaporkan tentang inisiatif ini, menyatakan ini bagian dari rencana lebih luas, yang mungkin menawarkan normalisasi kepada Israel sebagai imbalan langkah-langkah untuk mendirikan negara Palestina.

Pejabat tinggi Arab dikutip media Israel mengatakan mereka berharap dapat menyajikan rencana ini, yang akan mencakup persetujuan negara-negara Arab untuk secara resmi mengakui negara Palestina atau mendukung Palestina, yang akan menerima keanggotaan penuh di PBB, dalam beberapa minggu.

Salah satu pejabat mengatakan, "Isu nyata adalah harus ada harapan bagi rakyat Palestina, bukan hanya manfaat ekonomi atau penghapusan simbol pendudukan." Inisiatif ini muncul saat Israel menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk mengakhiri perang di Gaza.

AS telah lama mendukung solusi dua negara untuk mengakhiri pertumpahan darah dan ketegangan di wilayah tersebut.

Baca Juga: AS dan Israel Makin Tegang, Gedung Putih Tegaskan Solusi Dua Negara Tetap Jalan Keluar Satu-satunya

Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok perlawanan Palestina Hamas. Amerika Serikat hari Jumat, (19/1/2024) dilaporkan tengah menggarap "kesepakatan regional besar", bertujuan untuk "stabilitas jangka panjang sebagai bagian dari realitas pasca-perang" usai konflik Gaza berakhir, mencakup normalisasi Israel dan dunia Arab, pembebasan tawanan, dan pemerintahan baru di Gaza. (Sumber: Anadolu)

Jumlah kematian Palestina akibat serangan terus-menerus Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah mencapai 24.762 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut, Jumat (19/1).

Dalam pernyataannya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menambahkan 62.108 orang lainnya terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober.

"Pendudukan Israel melakukan 12 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, membunuh 142 syuhada dan melukai 278 orang selama 24 jam terakhir," kata kementerian itu.

"Banyak orang masih terperangkap di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan karena penyelamat tidak dapat mencapainya," tambah pernyataan itu.

Israel menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.

Menurut PBB, sekitar 85% warga Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel, sementara semuanya mengalami ketidakamanan pangan.

Ratusan ribu orang tinggal tanpa tempat tinggal, dan kurang dari setengah truk bantuan masuk ke wilayah tersebut dibandingkan sebelum dimulainya konflik.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu / Hayom Israel


TERBARU