Mahasiswa Asing Kini Dilarang Membawa Keluarga ke Inggris, kecuali Kategori Ini
Kompas dunia | 3 Januari 2024, 23:05 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Sebagian besar mahasiswa internasional kini dilarang membawa anggota keluarga ke Inggris seiring dengan diberlakukannya larangan visa bagi keluarga mahasiswa mulai 1 Januari 2024 guna mengendalikan imigrasi.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (2/1/2024), pemerintah Inggris mengumumkan pembatasan tersebut berlaku sejak 1 Januari. Artinya, sebagian besar mahasiswa internasional sekarang tidak lagi dapat membawa anggota keluarga ke Inggris.
“Mahasiswa internasional yang memulai kuliah bulan ini tidak akan lagi dapat membawa anggota keluarga, kecuali untuk program penelitian postgraduate dan program dengan beasiswa pemerintah,” demikian pernyataan tersebut seperti laporan Anadolu, Rabu, (3/1/2024).
Ini merupakan salah satu langkah terbaru pemerintah untuk menurunkan jumlah migran yang datang ke Inggris menjadi tingkat yang dapat dikelola.
Menteri Dalam Negeri Inggris James Cleverly menyatakan kebijakan ini bertujuan untuk mencegah orang "memanipulasi sistem imigrasi kami".
"Kemarin, sebagian besar dari rencana itu mulai berlaku, mengakhiri praktik yang tidak masuk akal dari mahasiswa luar negeri yang membawa keluarga mereka ke Inggris. Ini akan membuat migrasi turun drastis hingga puluhan ribu dan berkontribusi pada strategi keseluruhan kami untuk mencegah 300.000 orang datang ke Inggris," tambahnya.
Menteri Imigrasi Tom Pursglove mengatakan perguruan tinggi melihat "lonjakan jumlah anggota keluarga yang dibawa oleh mahasiswa, yang menyumbang pada tingkat migrasi yang tidak dapat berkelanjutan".
Pada bulan November, anggota parlemen Tory menuntut tindakan lebih tegas dari PM Inggris Rishi Sunak untuk memotong angka imigrasi. Angka terbaru dari Badan Statistik Nasional mencatat migrasi bersih tahunan mencapai rekor 745.000.
Baca Juga: Suka Duka Mahasiswa Indonesia Jalani Ramadan di Inggris, Puasa 14 Jam dan Kangen Takjil
Menanggapi ini, Cleverly mengumumkan sejumlah pembatasan baru pada awal Desember, termasuk menaikkan ambang batas gaji untuk warga Inggris yang membawa pasangan asing menjadi £38.700.
Meski langkah ini awalnya menuai kritik karena dianggap dapat mengancam stabilitas keluarga, pemerintah Inggris kemudian mengubahnya dengan mengumumkan bahwa ambang batas akan pertama kali dinaikkan menjadi £29.000 dan akan ditingkatkan secara bertahap hingga musim semi 2025.
Paket visa yang berlaku mulai Senin ini, menurut Kementerian Dalam Negeri Inggris, dianggap sebagai pendekatan yang "ketat namun adil". Pemerintah Inggris menegaskan bahwa perubahan pada visa mahasiswa masih memungkinkan perguruan tinggi dan universitas menarik "calon terbaik dan paling cerdas."
Meskipun demikian, pemerintah Inggris menyatakan niat mereka untuk "menghapus kemampuan institusi merusak reputasi Inggris dengan menjual imigrasi, bukan pendidikan."
Beberapa ahli sebelumnya telah menyatakan keprihatinan terkait perubahan visa 1 Januari. Nick Hillman, direktur lembaga pemikiran Higher Education Policy Institute (Hepi), memperingatkan bahwa mahasiswa internasional mungkin akan memilih negara pesaing untuk melanjutkan studi mereka.
"Sebagai negara, kita berisiko merugikan diri sendiri," peringatannya. "Mahasiswa internasional memberikan manfaat besar bagi Inggris... mereka sangat penting untuk menjaga sektor universitas kelas dunia kita karena biaya kuliah mereka menyubsidi pengajaran mahasiswa lokal dan juga membantu mendanai penelitian di Inggris."
Partai Buruh mendukung pembatasan bagi mahasiswa internasional yang terdaftar pada program pendek, meskipun menyatakan bahwa langkah ini belum cukup untuk mengatasi "kegagalan mendasar" dalam keterampilan dan pelatihan di pasar tenaga kerja Inggris, atau untuk mendongkrak ekonomi yang lesu di negara ini.
"Ini tidak lebih dari solusi sementara," kata Yvette Cooper, menteri dalam negeri bayangan dari kubu oposisi.
"Kegagalan total Partai Konservatif dalam menangani masalah keterampilan dan pasar tenaga kerja sedang merusak pertumbuhan serta meningkatkan migrasi."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Anadolu / Sky News