> >

Laporan PBB: Lebih dari 570.000 Orang di Gaza Kini Kelaparan akibat Serangan Israel

Kompas dunia | 22 Desember 2023, 07:32 WIB
Warga Palestina berduka atas kematian kerabatnya dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di rumah sakit Rafah, Gaza selatan, Kamis, (21/12/2023), Lebih dari setengah juta orang di Gaza, seperempat dari total populasi, mengalami kelaparan akibat jumlah makanan yang sangat tidak mencukupi yang masuk Gaza. (Sumber: AP Photo)

RAFAH, KOMPAS.TV - Lebih dari setengah juta orang di Gaza, seperempat dari total populasi, mengalami kelaparan akibat "jumlah makanan yang sangat tidak mencukupi" yang masuk Gaza sejak militer Israel melakukan serangan besar-besaran, seperti kata laporan PBB yang dirilis hari Kamis, (21/12/2023).

Laporan tersebut menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza setelah lebih dari 10 minggu serangan dan pertempuran tanpa henti. Menurut data dalam laporan tersebut, tingkat kelaparan penduduk melebihi bahkan kondisi hampir kelaparan di Afghanistan dan Yaman dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press, Jumat, (22/12/2023).

Arif Husain, ekonom utama Program Pangan Dunia PBB, mengatakan, "Ini tidak bisa lebih buruk." "Saya belum pernah melihat sesuatu sebesar ini terjadi di Gaza. Dan secepat ini. Betapa cepatnya ini terjadi, hanya dalam waktu dua bulan."

Laporan yang dirilis hari Kamis, (21/12/2023) oleh 23 lembaga PBB dan non-pemerintah menemukan seluruh populasi di Gaza mengalami krisis pangan, dengan 576.600 orang berada pada tingkat kritis, atau kelaparan. "Ini adalah situasi di mana hampir semua orang di Gaza lapar," kata Husain, ekonom Program Pangan Dunia.

Kekurangan makanan dan air melemahkan sistem kekebalan, membuat populasi lebih rentan terhadap penyakit, kata Husain. "Orang sangat mendekati wabah penyakit besar karena sistem kekebalan mereka telah menjadi sangat lemah karena kurangnya gizi," katanya.

Husain mengatakan bahwa perlintasan perbatasan perlu beroperasi untuk mendapatkan pasokan penting, termasuk makanan dan air. Dan dia mengatakan bahwa kelompok kemanusiaan membutuhkan akses aman ke seluruh Jalur Gaza.

Israel mengklaim berada di tahap akhir membersihkan militan Hamas dari utara Gaza, tetapi menyatakan masih perlu beberapa bulan menyelesaikan serangan di selatan. Sejak 7 Oktober, sudah hampir 20.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel.

Baca Juga: WHO Ungkap Sudah Tidak Ada Lagi Rumah Sakit yang Berfungsi di Utara Gaza

Lebih dari setengah juta orang di Gaza, seperempat dari total populasi, mengalami kelaparan akibat jumlah makanan yang sangat tidak mencukupi yang masuk Gaza sejak militer Israel melakukan serangan besar-besaran, seperti kata laporan PBB yang dirilis hari Kamis, (21/12/2023). (Sumber: AP Photo)

Sebanyak 1,9 juta penduduk Gaza, lebih dari 80% populasi, terpaksa meninggalkan rumah mereka, dengan lebih dari satu juta kini mengungsi di tempat penampungan PBB.

Perang ini juga membuat sektor kesehatan Gaza hancur. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang masih berfungsi sebagian, dan semuanya terletak di selatan.

Pekerja bantuan WHO melaporkan peristiwa sangat memilukan di dua rumah sakit di utara Gaza: pasien terbaring dengan luka yang tidak diobati meminta air, dokter dan perawat yang tersisa tidak punya persediaan, dan jenazah korban serangan Israel bergeletakan di halaman.

Pada awal perang, Israel menghentikan semua pengiriman makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar ke wilayah tersebut. Setelah tekanan AS, mereka mulai mengizinkan sedikit bantuan melalui Mesir, tetapi lembaga-lembaga PBB mengatakan itu masih jauh dari cukup.

Pekan ini, Israel mulai mengizinkan bantuan masuk melalui perbatasannya di Kerem Shalom ke Gaza. Namun, ledakan pada Kamis pagi melanda sisi Palestina dari perbatasan tersebut, memaksa PBB untuk menghentikan pengambilan bantuan di sana, kata Juliette Touma, juru bicara UNRWA, lembaga PBB untuk pengungsi Palestina.

Setidaknya empat orang tewas, demikian laporan rumah sakit terdekat. Pihak berwenang Palestina menyalahkan Israel atas ledakan itu, tetapi penyebabnya belum dapat dikonfirmasi dengan segera.

Pengiriman bantuan ke sebagian besar Jalur Gaza menjadi sulit atau tidak mungkin karena terus berlanjutnya pertempuran, kata pejabat PBB.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU