> >

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Kunjungi Mesir, Jajaki Peluang Gencatan Senjata dengan Israel

Kompas dunia | 20 Desember 2023, 22:58 WIB
Seorang wanita Palestina yang menggendong seorang anak, berjalan meninggalkan lokasi yang dihantam serangan Israel di Rafah, bagian selatan Gaza, Rabu, 20 Desember 2023. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

 

KAIRO, KOMPAS.TV - Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh mengunjungi Kairo, Mesir pada Rabu (20/12/2023) membahas kemungkinan gencatan senjata dengan Israel.

Haniyeh dilaporkan bertemu dengan kepala intelijen Mesir dan jajaran pejabat lain yang berperan sebagai mediator.

Kunjungan Haniyeh beriringan dengan harapan agar gencatan senjata segera kembali diberlakukan di Jalur Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007.

Serangan Israel ke Gaza yang telah berlangsung selama sepuluh pekan telah membunuh hampir 20 ribu jiwa.

Di lain pihak, pejabat Israel yang berunding dengan perwakilan Qatar dan Amerika Serikat (AS) mengaku berpeluang membuka diri untuk gencatan senjata.

Baca Juga: Israel Bom Masjid dan Permukiman di Rafah Gaza, Korban Luka Dibawa dengan Gerobak Keledai

Meskipun demikian, perbedaan sikap Israel dan Hamas mengenai agresi dan sandera membuat kans gencatan senjata buntu sejauh ini. 

Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji akan meneruskan agresi Israel hingga mencapai "kemenangan penuh" atas Hamas.

Pejabat-pejabat ekstrem kanan di pemerintahan Israel pun menginginkan operasi militer selama berbulan-bulan untuk menaklukkan Hamas.

Sementara Hamas enggan melepaskan orang-orang yang ditahannya selama pengeboman Israel masih berlanjut. Hamas dilaporkan masih menahan 129 orang yang ditangkap dalam serangan ke Israel pada 7 Oktober lalu.

Sebelumnya, pejabat Hamas, Ghazi Hamad, menyebut pihaknya ingin menghentikan agresi sepenuhnya, bukan gencatan senjata sementara. Pasalnya, Hamas beranggapan Israel akan meneruskan pengeboman usai pihaknya membebaskan orang-orang yang ditahannya.

"Kami ingin menghentikan agresi. Apa yang terjadi di lapangan adalah malapetaka yang besar," kata Hamad, Selasa (19/12/2023), dikutip Al Jazeera.

"Israel akan mengambil para sandera dan setelah itu mereka akan memulai pembunuhan massal dan pembantaian baru terhadap rakyat kami. Kami tidak akan terjerumus dalam permainan ini," lanjutnya.

Baca Juga: Serangan Darat Israel di Gaza Selatan Meluas, Warga Bertahan Walau Air dan Makanan Terbatas

Serangan Israel di Gaza terus berlangsung. Serangan udara Israel menghancurkan sebuah masjid dan dua gedung permukiman di Rafah, selatan Jalur Gaza, Rabu. Rumah yang menjadi target serangan udara Israel disebut dipenuhi warga Palestina saat kejadian.

Belum diketahui berapa jumlah korban jiwa dan luka akibat serangan Israel ini.

Jurnalis Al Jazeera di lapangan melaporkan, setidaknya 25 korban luka dibawa ke Rumah Sakit Kuwait di dekat lokasi kejadian.

"Orang-orang membawa seorang korban luka ke rumah sakit dengan gerobak keledai karena tidak ada ambulans yang tersedia, sambil melakukan CPR (resusitasi jantung-paru) kepadanya," kata jurnalis Al Jazeera di Gaza, Hani Mahmoud, Rabu.

Tim paramedis dilaporkan telah berada di lokasi kejadian dan mengevakuasi korban luka. Namun, Rumah Sakit Kuwait dilaporkan tidak bisa menerima banyak korban luka.

"Inilah situasi di setiap tempat (di Gaza) di mana pengeboman tanpa ampun terjadi," kata Mahmoud.

Sebelum terjadi serangan udara, drone-drone Israel dilaporkan mengelilingi sekitar area target selama lima hari belakangan.

Pasukan Israel sebelumnya juga mengebom kamp pengungsian Jabaliya di utara Gaza dan membunuh 46 orang serta melukai puluhan lain. 

Di tempat terpisah, pasukan darat Israel dilaporkan terlibat pertempuran dengan pejuang Palestina di Beit Hanun, utara Gaza. Pertempuran disebut berlangsung dahsyat dan melibatkan senapan mesin.

Sejak 7 Oktober lalu, serangan Israel ke Jalur Gaza telah membunuh lebih dari 19.667 orang, termasuk 7.729 anak dan 5.153 perempuan.

Sementara di Israel, menurut otoritas setempat, sebanyak 1.139 orang tewas, kebanyakan pada 7 Oktober saat Hamas menyerang.

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Al Jazeera


TERBARU