> >

Dari Bencana hingga Kiamat, Simak Fakta dari 5 Mitos yang Terjadi Pada Fenomena Solstis

Kompas dunia | 21 Desember 2023, 03:00 WIB
Ilustrasi Fenomena Solstis (Sumber: SHUTTERSTOCK/SN VFX )

JAKARTA, KOMPAS TV - Menjelang tahun 2024, masyarakat kembali dihebohkan oleh fenomena Solstis yang diperkirakan akan terjadi pada tanggal 22 Desember 2023 mendatang.

Fenomena Solstis terjadi setidaknya dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Pada bulan Desember, kita akan mengalami Solstis Desember.

Mengutip dari laman timeanddate.com, istilah Solstis berasal dari kata Latin solstitium"sol" yang berarti matahari, dan "stitium" merupakan bentuk dari kata kerja "sistere" yang artinya berhenti, singgah, atau balik.

Sehingga, Solstis dapat didefinisikan sebagai titik balik matahari, di mana Matahari terlihat berhenti sejenak sebelum mengubah arahnya.

Fenomena Solstis ini menjadi topik perbincangan hangat, dan menciptakan berbagai mitos di kalangan masyarakat.

Lantas, apakah mitos-mitos tersebut benar adanya? Simak faktanya berikut ini, seperti yang dikutip dari Kompas.com.

1. Solstis Datangkan Bencana

Sebelumnya, beredar isu di media sosial yang mengaitkan fenomena Solstis sebagai penyebab beberapa bencana alam di berbagai belahan Bumi.

Kabar tersebut kemudian menjadi viral dan mendesak orang-orang untuk tetap berada di dalam rumah. Padahal sebenarnya, Solstis adalah fenomena astronomi alami yang umumnya tidak membahayakan.

Sehingga dapat disimpulkan, informasi yang berisi Solstis dapat menyebabkan bencana adalah tidak benar atau hanya merupakan mitos semata.

Hal ini didukung oleh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Nasional (Orpa/Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang menjelaskan bahwa informasi Solstis bisa memicu bencana tersebut adalah kabar palsu atau mitos belaka.

"Dampak Solstis bagi manusia tentu tidak berbahaya. Imbauan untuk tidak keluar rumah adalah narasi disinformasi," ujar Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin, Kamis (22/12/2022).

Baca Juga: Geger Fenomena Solstis 21 Desember 2022 Tak Boleh ke Luar Rumah, BRIN Beri Penjelasan

2. Tanda Kiamat

Selain datangkan bencata, terdapat juga informasi yang menggambarkan fenomena Solstis sebagai tanda akhir zaman. Informasi tersebut tersebar di media sosial sejak tahun 2020.

"Sekitar 10.000 SM, akhir Zaman Es, hal yg sebaliknya terjadi: Solstis Juni terjadi di pusat galaksi. Bbrp teks kuno mengisahkan perubahan besar, kehancuran peradaban besar akibat tsunami & perubahan geologis memicu migrasi. Negeri yg ditinggalkan terpecah, berpulau-pulau," tulis pengunggah dalam twit-nya.

Perlu diingat lagi bahwa fenomena ini bukanlah pertanda terjadinya akhir zaman, melainkan fenomena astronomis murni yang mempengaruhi iklim dan musim di Bumi.

Baca Juga: Mitos, Bell’s Palsy Akibat Penggunaan Kipas Angin Terlalu Lama, Ini Penjelasan Kemenkes

3. Akan Terjadi Hal Besar

Narasi serupa juga ditemukan dalam twit para warganet. Namun, Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang Hasanudin, menjelaskan bahwa tidak ada peristiwa besar atau perubahan signifikan yang terjadi selama fenomena Solstis.

Menurutnya, Solstis berdampak langsung pada durasi siang dan malam, seperti untuk belahan Bumi utara, durasi siang akan lebih pendek dibandingkan dengan durasi malamnya.

Sebaliknya, pada solstis Desember, belahan Bumi selatan akan mengalami durasi siang yang lebih panjang daripada durasi malamnya.

Baca Juga: Mitos Awan Panas dan Abu Vulkanik Gunung Merapi Tak Sampai Solo, Ternyata Ada Penjelasan Ilmiah

4. Dapat Diramalkan

Kabar lainnya muncul dengan menyebutkan bahwa Solstis dapat diperamalkan. Hal ini jelas keliru, karena Solstis dijadwalkan terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan bulan Desember.

Perlu diingat juga bahwa fenomena ini merupakan bagian dari siklus rutin tahunan.

5. Mempengaruhi Kondisi Cuaca

Selain itu, fenomena Solstis juga sering dikaitkan dengan kondisi cuaca yang dialami oleh penduduk Bumi.

Sebenarnya, fenomena solstis tidak langsung mempengaruhi kondisi cuaca. Namun, perubahan posisi Matahari selama solstis dapat memengaruhi suhu dan kelembapan udara, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kondisi cuaca.

 

Penulis : Almarani Anantar Editor : Gading-Persada

Sumber : timeanddate.com, Kompas.com


TERBARU