Hamas: Tidak akan Ada Pertukaran Tawanan Sebelum Israel Tarik Pasukan dan Gencatan Senjata Permanen
Kompas dunia | 18 Desember 2023, 20:14 WIBBEIRUT, KOMPAS.TV - Seorang perwakilan Hamas menyatakan pembahasan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan dengan Tel Aviv tidak akan terjadi sampai pasukan Israel mundur dari Jalur Gaza dan menerapkan gencatan senjata permanen.
Khalil Al-Haye, perwakilan Hamas di Lebanon, mengatakan kepada Al Jazeera seperti dikutip Anadolu, Senin (18/12/2023), mereka akan terus melanjutkan perlawanan terhadap Israel di Gaza.
Al-Haye menekankan perlunya gencatan senjata yang komprehensif dan penarikan sepenuhnya pasukan Israel dari Gaza sebelum menangani isu sandera dan tahanan.
Serangan udara dan darat Israel di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah membunuh lebih dari 18.700 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan banyak lainnya terluka.
Perang telah membuat Gaza hancur, dengan setengah dari perumahan di wilayah pantai itu rusak atau hancur. Hampir 2 juta penduduk mengungsi di daerah yang padat penduduk, menghadapi kekurangan makanan dan air bersih.
Dari sekitar 240 orang yang disandera oleh Hamas selama serangan lebih dari dua bulan lalu, sekitar 130 orang masih ditahan setelah yang lain dibebaskan dalam gencatan senjata sementara bulan lalu.
Militer Israel juga menembak dan membunuh tiga sandera Israel di utara Gaza setelah salah mengidentifikasi mereka sebagai ancaman, menurut juru bicara militer.
Menanggapi ungkapan "hari esok," yang umum digunakan di kalangan Israel untuk menunjukkan skenario pasca-perang Gaza dan pasca-Hamas, Al-Haye menyatakan, "Kemenangan kami adalah hari esok di Gaza. Siapa pun yang memikirkan apa yang terjadi setelah Hamas, mereka sedang bermimpi. Kami tidak akan menahan diri untuk membela rakyat kami sampai situs dan tanah suci kami dibebaskan."
Baca Juga: Netanyahu Diserang Oposisi Israel, Diminta Berhenti Jadi PM dan Serukan Pemilu Segera Diadakan
Al-Haye menekankan Gaza, Tepi Barat, dan seluruh Palestina bersatu, dan hanya rakyat yang akan menentukan pemerintahan mereka.
"Masa depan Gaza terkait dengan masa depan Yerusalem dan seluruh Palestina, dan kami adalah bagian dari rakyat kami," kata Al-Haye.
Dia juga menekankan perlunya ratusan truk bantuan mencapai Gaza setiap hari, mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk memberikan tekanan guna bantuan kemanusiaan.
"Pendudukan Israel menyerang Gaza dengan dua senjata: bom dan kelaparan," tambahnya.
Adapun di Tepi Barat Palestina, pasukan Israel menahan 35 warga Palestina tambahan di Tepi Barat yang diduduki pada Senin (18/12/2023), sehingga total menjadi 4.575 orang sejak 7 Oktober, sambil juga membunuh lebih dari 300 warga Palestina selama periode yang sama.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Masyarakat Tahanan Palestina dan Komisi Urusan Tahanan mengatakan jumlah tahanan tidak termasuk mereka yang ditangkap di Jalur Gaza selama periode yang sama.
Sebanyak 301 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel dan para pemukim di Tepi Barat sejak 7 Oktober, ditambah dengan lebih dari 3.100 lainnya yang terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Tegangan tinggi di seluruh Tepi Barat akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Israel melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas, membunuh setidaknya 18.800 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dan melukai 51.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan di enklave pesisir itu.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas, sementara lebih dari 130 sandera masih berada dalam tahanan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu / Al Jazeera