Sekjen PBB Kritik Dewan Keamanan soal Gaza: Kredibilitasnya Semakin Diremehkan
Kompas dunia | 11 Desember 2023, 14:21 WIBDOHA, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengkritik keras Dewan Keamanan (DK) PBB terkait Gaza.
Guterres, Minggu (10/12/2023), mengungkapkan kredibilitas dan otoritas DK PBB semakin rusak secara signifikan.
Hal itu diungkapkannya setelah resolusi gencatan senjata yang diajukan setelah dirinya mengaktifkan pasal 99 Piagam PBB, tidak lolos setelah diveto oleh Amerika Serikat (AS).
Padahal, 13 anggota DK PBB sudah setuju agar resolusi tersebut diluncurkan.
Baca Juga: Pasukan Khusus Afghanistan Terancam Dideportasi dari Pakistan, Merasa Dikhianati Inggris
AS merupakan satu dari lima anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto terhadap resolusi yang diajukan. Selain AS, ada China, Inggris, Prancis, dan Rusia.
Veto yang dilakukan AS pun membuat negara itu dihujani kritik keras dari berbagai pihak, dan semakin memperlihatkan lemahnya DK PBB dalam mengurusi permasalahan kemanusiaan di Gaza.
“Penundaan ini menimbulkan dampak buruk, otoritas dan kredibilitas dewan sangat diremehkan dan resolusi tak dilaksanakan,” kata Guterres yang berbicara dalam Forum Doha di Qatar, dikutip dari Anadolu Agency.
Dia juga mengkritik diamnya DK PBB terhadap serangan Israel ke Gaza, wilayah Palestina yang telah diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, yang dimulai pada 7 Oktober. Serangan itu dilancarkan setelah Hamas menyerang Israel.
“Seranga mengerikan oleh Hamas pada 7 Oktober, yang dilanjutkan pengeboman Israel ke Gaza disambut dengan keheningan yang nyaring dari Dewan,” tuturnya.
“Setelah lebih dari satu bulan, Dewan Keamanan akhirnya meloloskan resolusi tersebut, dan saya menyambutnya dengan baik,” katanya.
Namun, ia sangat menyayangkan resolusi tersebut tak dilaksanakan karena veto AS.
Guterres pun menggarisbawahi "tak ada perlindungan efektif bagi warga sipil di Gaza."
Ia menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza mengingat Israel terus membombardir wilayah Palestina itu.
“Jumlah korban warga sipil di Gaza dalam waktu sesingkat itu benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pria asal Portugal itu.
Ia juga mencatat sistem perawatan kesehatan saat ini di wilayah berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa itu telah hancur.
Sekjen PBB memperkirakan ketertiban umum akan segera rusak dan situasi yang lebih buruk pun bisa terjadi.
Baca Juga: China dan Filipina Kian Tegang, Saling Tuduh Penyebab Tabrakan Kapal di Laut China Selatan
Hal itu termasuk penularan penyakit epidemi dan meningkatnya tekanan untuk pengungsian massal ke Mesir.
Guterres meminta Dewan Keamanan PBB melakukan sesuatu untuk mencegah bencana kemanusiaan.
Ia juga menegaskan kembali seruannya agar gencatan senjata kemanusiaan diumumkan.
“Sayangnya Dewan Keamanan gagal melakukan hal ini tetapi juga tak membuatnya menjadi kurang penting, jadi saya berjanji tak akan menyerah,” tuturnya.
Sementara dilansir Al Jazeera, jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza per Senin (11/12/2023) pukul 12.00 WIB, mencapai sedikitnya 17.997 orang, termasuk 7.729 anak-anak, dan 5.153 wanita.
Sementara ada sedikitnya 49.229 korban luka, dan sedikitnya 7.780 orang hilang.
Adapun di Tepi Barat, wilayah Palestina lainnya yang diduduki Israel sejak 1967, jumlah korban tewas sedikitnya 275 orang, termasuk sedikitnya 63 anak-anak.
Di Israel, jumlah korban tewas sebanyak 1.147 orang. Israel merevisi jumlah korban tewas dari sebelumnya 1.405, menjadi "sekitar 1.200", lalu menjadi "1.147 warga sipil."
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Anadolu Agency