> >

Peringatan PBB ke Dunia: Setengah Populasi Gaza Kelaparan karena Perang Tak Juga Usai

Kompas dunia | 10 Desember 2023, 08:42 WIB
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA dalam laporan yang dirilis hari Senin, (4/12/2023) mengungkapkan hampir 1.9 juta jiwa di Gaza, setara dengan lebih dari 80% populasi, terusir dari tempat tinggal mereka sejak 7 Oktober. Selain itu, perangkat medis mulai melaporkan penyebaran penyakit menular di kalangan pengungsi Gaza. (Sumber: Anadolu)

GAZA, KOMPAS.TV - PBB memperingatkan dunia bahwa setengah populasi di Gaza kelaparan karena perang terus berlanjut di sana.

Wakil Direktur Program Pangan Dunia PBB (WFP) Carl Skau mengatakan, hanya sebagian kecil dari pasokan yang dibutuhkan yang bisa masuk ke Gaza.

Selain itu, sembilan dari 10 orang di Gaza tidak bisa makan setiap hari.

Skau mengatakan, kondisi di Gaza membuat pengiriman bantuan pangan hampir mustahil.

Baca Juga: Dunia Ramai-Ramai Kecam AS usai Veto Resolusi Gencatan Senjata Kemanusiaan Gaza di DK PBB

Israel menegaskan akan terus melanjutkan serangan ke Gaza untuk menghancurkan Hamas dan membawa sandera pulang.

Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letnan Kolonel Richard Hect mengatakan, pada Sabtu (9/12/2023), setiap kematian dan luka untuk warga sipil itu menyakitkan, tapi mereka tak memiliki alternatif lain.

“Kami akan melakukan apa yang kami bisa secepat mungkin di dalam Gaza,” ujarnya dikutip dari BBC.

Pergerakan keluar dan masuk Gaza telah diperketat sejak 7 Oktober, saat Hamas melakukan serangan ke Israel.

Israel menutup perbatasan dengan Gaza, dan meluncurkan serangan udara berkelanjutan, memperketat pengiriman bantuan yang dibutuhkan warga Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan, Israel telah membunuh lebih dari 17.700 warga Gaza, termasuk lebih dari 7.000 anak-anak.

Hanya perbatasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir yang dibuka, mengizinkan kuantitas bantuan terbatas untuk mencapai Gaza.

Pada pekan ini, Israel setuju untuk membuka perbatasan Kerem Shalom ke dalam Gaza untuk beberapa hari ke depan.

Namun, hal itu dilakukan hanya untuk inspeksi truk bantuan.

Setelahnya truk tersebut harus menuju perbatasan Rafah untuk masuk ke Gaza.

Skau sendiri tak ada yang mempersiapkannya akan kengerian, kekacauan dan rasa putus asa, yang ia dan timnya rasakan saat melakukan perjalanan ke Gaza pekan ini.

“Kami menyaksikan kebingungan di Gudang, titik distribusi dengan ribuan orang yang kelaparan, supermarket dengan rak-rak yang kosong, dan tempat penampungan yang penuh sesak dengan kamar mandi yang pecah,” tuturnya.

Tekanan internasional dan gencatan senjata sementara selama tujuh hari pada bulan lalu telah memungkinkan sejumlah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk masuk Gaza,

Namun, WFP menegaskan, penyeberangan perbatasan kedua kini diperlukan untuk memenuhu permintaan.

Menurut Skau, sembilan dari 10 keluarga di beberapa daerah menghabiskan sehari semalam penuh tanpa makanan sama sekali.

Baca Juga: Menlu Retno: 1 WNI Kembali Berhasil Dievakuasi dari Gaza

Penduduk di Khan Younis di selatan Gaza mengatakan, situasi di kota yang dikepung tank Israel tersebut sangat buruk.

Kepala Unit Operasi Plastik di satu-satunya fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Nasser Dr Ahmed Moghrabi mengungkapkan kurangnya makanan.

“Saya memiliki putri, berusia tiga tahun, ia selalu meminta permen, apel, beberapa buah ke saya. Saya tak bisa memberikannya, saya merasa tak berdaya,” ucapnya menahan tangis.

“Tak ada cukup makanan, hanya ada beras. Hanya beras, anda bisa percaya hal itu? Kami makan sekali dalam sehari.” Tambahnya.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : BBC


TERBARU