> >

Rencana Israel Banjiri Terowongan Hamas dengan Air Laut Dinilai Bakal Bikin Gaza Krisis Air Bersih

Kompas dunia | 6 Desember 2023, 10:32 WIB
Di bawah tanah Gaza, yang menanti pasukan darat Israel adalah jaringan terowongan mematikan Hamas, membentang ratusan kilometer dengan kedalaman hingga 80 meter. Salah satu mantan sandera menyebutnya sebagai sarang laba-laba. (Sumber: NPR)

GAZA, KOMPAS.TV - Rencana Israel untuk membanjiri terowongan milik Hamas dengan air laut dinilai akan membuat wilayah Jalur Gaza mengalami krisis air bersih di masa depan.

Seperti diketahui, pasukan Israel saat ini masih terus melakukan agresi ke Gaza dalam upaya mereka untuk menumpas kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Dan sekarang, Israel disebut tengah berupaya untuk membanjiri terowongan milik Hamas di Jalur Gaza dengan air laut.

Menurut laporan The Wall Street Journal, Senin (4/12/2023), pasukan Israel diketahui telah memasang lima pompa air besar di dekat kamp pengungsi al-Shat pada bulan lalu.

Pompa tersebut mampu membanjiri terowongan dalam waktu beberapa minggu dengan memompa ribuan meter kubik air per jam ke dalam terowongan.

Di Gaza sendiri, pasokan air alami berasal dari air hujan yang turun dan merembes ke tempat penyimpanan bawah tanah, atau akuifer. Air tanah ini dipompa ke dalam sumur untuk memasok air minum.

Satu-satunya pasokan air tawar di daerah kantong ini berasal dari akuifer dangkal yang sejajar dengan pantai Mediterania.

Baca Juga: Hamas Klaim Tewaskan 10 Tentara Israel di Gaza, 50 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel

Air yang terus-menerus dipompa membuat permukaan air di bawah tanah telah turun sedemikian rupa sehingga air laut telah memasuki akuifer dan bercampur dengan sedikit air tawar yang tersisa.

Selain itu, kualitas air akuifer juga semakin terkikis oleh limbah dan limpasan bahan kimia pertanian.

Alhasil, 97 persen air tawar Gaza tidak lagi memenuhi standar kualitas air Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Bahkan sebelum perang berlangsung, sebagian besar warga Gaza bergantung pada tanker air swasta dan hasil pabrik desalinasi kecil untuk digunakan sebagai air minum.

Dengan situasi perang yang masih berlanjut, warga Gaza pun semakin krisis air bersih.

Prof. (Emer.) Eilon Adar dari Zuckerberg Institute for Water Research di Ben-Gurion University of The Negev mengatakan bahwa ada potensi kerusakan ekologis lebih lanjut pada akuifer Gaza jika membanjiri terowongan dengan air laut.

Menurutnya, jika jutaan meter kubik dipompa ke dalam terowongan dan meresap ke dalam akuifer, maka Gaza akan mengalami krisis air dalam waktu yang lama.

Baca Juga: Erdogan: Israel Harus Tanggung Jawab Kejahatan Perang dan Kejahatan Kemanusiaan di Gaza Palestina

"Dampak negatif terhadap kualitas air tanah akan berlangsung selama beberapa generasi, tergantung pada jumlah yang meresap ke dalam bawah permukaan,” kata Adar dikutip dari Times of Israel, Rabu (6/12/2023).

Adar menambahkan, dia “ragu-ragu untuk menghancurkan sumber daya alam yang sangat besar.”

“Sebagai warga negara, terlepas dari bencana yang kita alami pada tanggal 7 Oktober, saya masih berpikir bahwa dalam jangka panjang – dan kita harus memikirkan masa depan – adalah tindakan yang tidak benar secara politik dan moral jika memiliki tetangga yang kehausan,” ucapnya.

Prof Hadas Mamane, yang memimpin Program Teknik Lingkungan di Universitas Tel Aviv, mengatakan dampak lingkungan dari semua opsi untuk menghancurkan terowongan harus dipertimbangkan.

Apalagi, ada pula kemungkinan dampaknya terhadap udara, air, tanah, hidrologi dan ekologi sehingga harus dikaji ulang lagi.

Meledakkan terowongan dengan senjata juga dapat menimbulkan dampak lingkungan, tambah Mamane, jika bahan beracun berbahaya dan logam berat meresap ke dalam air tanah.

“Anda tidak melihat apa yang terbaik, namun solusi yang paling buruk,” kata dia.

Baik tentara pertahanan Israel (IDF) maupun Kementerian Pertahanan Israel mengatakan mereka tidak memberikan komentar mengenai laporan ini. 

Baca Juga: Menlu Iran Desak Pemberlakuan Sanksi terhadap Israel akibat Pembantaian Warga Sipil di Gaza

 

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Wall Street Journal/Times of Israel


TERBARU