> >

Houthi Membajak dan Menyandera Kapal Kargo Israel di Laut Merah, Singgung Serangan ke Gaza

Kompas dunia | 20 November 2023, 08:56 WIB
Kelompok Houthi Yaman menyerang kapal kargo terkait Israel, Galaxy Leader, di rute pengiriman Laut Merah yang penting hari Minggu, (19/11/2023) dan menyandera 25 awaknya, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan regional yang meningkat akibat perang Israel-Hamas kini bermain di medan maritim baru. (Sumber: AP Photo)

JERUSALEM, KOMPAS.TV — Kelompok Houthi Yaman menyerang kapal kargo terkait Israel di rute pengiriman Laut Merah yang penting hari Minggu, (19/11/2023) dan menyandera 25 awaknya, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan regional yang meningkat akibat perang Israel-Hamas kini bermain di medan maritim baru.

Kelompok Houthi yang didukung Iran mengatakan mereka menyandera kapal tersebut karena keterkaitannya dengan Israel dan akan terus menargetkan kapal di perairan internasional yang terkait atau dimiliki oleh warga Israel hingga akhir serangan Israel terhadap Gaza, seperti laporan Associated Press, Senin, (20/11/2023).

"Semua kapal milik musuh, yaitu Israel, atau berurusan dengannya adalah sasaran yang sah," ujar kelompok Houthi.

Mohammed Abdul-Salam, juru bicara dan negosiator utama Houthi, kemudian menambahkan dalam pernyataan daring bahwa orang Israel hanya memahami "bahasa kekerasan."

"Penyanderaan kapal Israel ini adalah langkah nyata yang membuktikan seriusnya pasukan bersenjata Yaman dalam melancarkan pertempuran laut, terlepas dari biaya dan konsekuensinya," ujarnya. "Ini baru awal."

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Houthi atas serangan terhadap kapal bernama Galaxy Leader yang berbendera Bahama, sebuah kapal pengangkut kendaraan yang terafiliasi dengan seorang miliarder Israel.

Baca Juga: Lebih 30 Bayi Prematur Dievakuasi dari RS Al Shifa Gaza ke Mesir, Nasib Pasien Kritis Belum Pasti

Kelompok Houthi Yaman menyerang kapal kargo terkait Israel, Galaxy Leader, di rute pengiriman Laut Merah yang penting hari Minggu, (19/11/2023) dan menyandera 25 awaknya, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan regional yang meningkat akibat perang Israel-Hamas kini bermain di medan maritim baru. (Sumber: AP Photo)

Netanyahu mengatakan 25 awak kapal memiliki berbagai kewarganegaraan, termasuk Bulgaria, Filipina, Meksiko, dan Ukraina, tetapi tidak ada warga Israel di kapal tersebut.

Houthi mengklaim mereka memperlakukan awak kapal "sesuai dengan nilai-nilai Islam," tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Kantor Netanyahu mengutuk penyanderaan tersebut sebagai "tindakan teror Iran." Militer Israel menyebut pembajakan ini sebagai "insiden global yang sangat serius."

Pejabat Israel bersikeras kapal tersebut dimiliki Inggris dan dioperasikan Jepang. Namun, data kepemilikan dalam basis data pelayaran umum terkait pemilik kapal dengan Ray Car Carriers, yang didirikan oleh Abraham "Rami" Ungar, yang dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Israel.

Ungar mengatakan kepada Associated Press, ia mengetahui insiden tersebut tetapi tidak dapat memberikan komentar karena menunggu detail lebih lanjut.

Dua pejabat pertahanan AS mengonfirmasi bahwa pemberontak Houthi merebut Galaxy Leader di Laut Merah hari Minggu sore waktu setempat.

Baca Juga: Delegasi Menlu Arab-Islam Termasuk Retno Marsudi ke China untuk Hentikan Perang di Gaza

Kelompok Houthi Yaman menyerang kapal kargo terkait Israel, Galaxy Leader, di rute pengiriman Laut Merah yang penting hari Minggu, (19/11/2023) dan menyandera 25 awaknya, memunculkan kekhawatiran bahwa ketegangan regional yang meningkat akibat perang Israel-Hamas kini bermain di medan maritim baru. (Sumber: AP Graphics)

Houthi menyerang kapal kargo dengan cara turun menggunakan tali dari helikopter, kata pejabat AS yang dikonfirmasi oleh laporan NBC News.

Pernyataan ini mirip dengan penyitaan kapal yang dilakukan oleh Iran, yang lama membantu Houthi.

Data pelacakan satelit dari MarineTraffic.com yang dianalisis oleh AP menunjukkan Galaxy Leader berlayar di Laut Merah di barat daya Jeddah, Arab Saudi, lebih dari satu hari yang lalu.

Kapal ini berangkat dari di Korfez, Turki, dan dalam perjalanan ke Pipavav, India, pada saat penyitaan yang dilaporkan oleh Israel.

Sistem Identifikasi Otomatis kapal atau AIS dimatikan sementara kapal seharusnya menjaga AIS mereka aktif karena alasan keamanan, tetapi awak kapal akan mematikannya jika terlihat mungkin menjadi target atau untuk menyelundupkan barang yang dilarang, yang tidak ada bukti langsungnya untuk Galaxy Leader.

United Kingdom Maritime Trade Operations militer Inggris menempatkan pembajakan itu sekitar 150 kilometer dari pantai kota pelabuhan Yaman, Hodeida, dekat pantai Eritrea.

Baca Juga: Israel Serang Sekolah PBB yang Jadi Pengungsian Warga Palestina di Gaza, 50 Orang Tewas

Laut Merah, yang membentang dari Terusan Suez Mesir hingga Selat Bab el-Mandeb yang memisahkan Semenanjung Arab dari Afrika, tetap menjadi jalur perdagangan kunci bagi pengiriman global dan pasokan energi. Itulah mengapa Angkatan Laut AS menempatkan beberapa kapal di laut tersebut sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.

Sejak 2019, serangkaian kapal telah diserang di laut karena Iran mulai melanggar semua batasan kesepakatan nuklirnya yang hancur dengan kekuatan dunia.

Sementara Israel melanjutkan serangan militer mengerikan terhadap Gaza, timbul kekhawatiran operasi militer ini dapat berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas.

Houthi berulang kali mengancam akan menyerang kapal Israel di perairan lepas Yaman.

Serangan semacam itu mendukung sekutu Iran dan memperkuat posisi Houthi di Yaman seiring dengan meningkatnya kemarahan terhadap pemerintahan mereka dalam beberapa bulan terakhir, karena perang saudara di negara itu terus berlanjut tanpa penyelesaian, demikian diungkapkan Gregory D. Johnsen, seorang pakar Yaman dengan Arabian Gulf States Institute di Washington.

"Houthi melihat perang antara Israel dan Hamas sebagai kesempatan untuk meredam beberapa kritik domestik ini," tulis Johnsen dalam analisisnya awal bulan ini. "Jika mereka menyerang Israel, rival lokal mereka akan kurang bersedia menyerang mereka."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU