> >

Tentara Israel Menyerbu Masuk Kompleks Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Korban Sipil Berjatuhan

Kompas dunia | 15 November 2023, 10:15 WIB
Dua anak Palestina menangisi kematian orang tua yang tewas dibunuh Israel di Rumah Sakit kawasan Khan Younis, Selasa, (14/11/2023). Tentara Israel hari Rabu dini hari, (15/11/2023) menyerbu masuk kompleks RS Al Shifa di Gaza, mengklaim melakukan operasi yang tepat dan terarah melawan Hamas di area tertentu fasilitas tersebut, yang Israel tuding menjadi lokasi markas bawah tanah kelompok perlawanan Hamas. (Sumber: AP Photo)

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV - Tentara Israel pada Rabu dini hari tadi waktu setempat, (15/11/2023) menyerbu masuk kompleks RS Al Shifa di Gaza.

Mereka mengklaim sedang melakukan operasi yang tepat dan terarah melawan Hamas di area tertentu fasilitas tersebut, yang Israel tuding menjadi lokasi markas bawah tanah kelompok perlawanan Hamas.

Otoritas Israel mengklaim Hamas menyembunyikan markas operasi militer di bawah Rumah Sakit Shifa. Namun, dengan ratusan pasien dan personel medis di dalamnya, militer Israel mengklaim menahan diri untuk tidak merangsek masuk.

Walau begitu, ratusan warga sipil Palestina berjatuhan tewas ditembaki dan dibom saat berada di luar gedung rumah sakit. 

"Dalam beberapa minggu terakhir, pasukan pertahanan Israel secara terbuka memperingatkan penggunaan rumah sakit tersebut mengancam status perlindungannya di bawah hukum internasional," kata militer.

Hari Selasa (14/11) kemarin, pejabat militer kembali menyampaikan kepada otoritas Gaza bahwa semua aktivitas militer di rumah sakit harus dihentikan dalam waktu 12 jam, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Rabu (15/11).

“Sayangnya, itu tidak terjadi,” kata militer.

Hamas membantah tuduhan Israel mereka menggunakan rumah sakit sebagai perisai. Pejabat militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mengatakan mereka sedang mengambil langkah-langkah untuk menghindari kerusakan pada warga sipil.

Operasi ini terjadi setelah militer merebut kendali lebih luas di utara Gaza hari Selasa, termasuk merebut gedung legislatif dan markas polisi di wilayah tersebut, pencapaian yang menurut media Barat punya nilai simbolis tinggi dalam upaya Israel menghancurkan Hamas.

Sementara itu, pejabat pertahanan Israel mengatakan mereka kini setuju memperbolehkan beberapa pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza untuk operasi kemanusiaan. Ini adalah kali pertama Israel mengizinkan bahan bakar masuk ke wilayah yang terkepung sejak invasi melintas batas berdarah oleh Hamas pada 7 Oktober.

Baca Juga: Sekjen PBB Terguncang atas Serangan ke Rumah Sakit Gaza, Desak Gencatan Senjata Demi Kemanusiaan

Anak-anak Palestina melihat jenazah seorang anak lain berupaya mengidentifikasi jenazah yang tewas dalam serangan Israel. Tentara Israel hari Rabu dini hari, (15/11/2023) menyerbu masuk kompleks RS Al Shifa di Gaza. (Sumber: AP Photo)

Di dalam beberapa bangunan yang direbut, tentara Israel terlihat girang mengibarkan bendera Israel dan bendera militer untuk merayakannya. Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Hamas telah kehilangan kendali di utara Gaza dan Israel telah mencapai kemajuan signifikan di Kota Gaza.

Namun, ketika ditanya tentang jangka waktu perang, Gallant mengatakan, "Kita berbicara tentang bulan-bulan panjang, bukan satu atau dua hari."

Seorang komandan Israel di Gaza, hanya diidentifikasi sebagai Letkol. Gilad, dalam sebuah video mengklaim pasukannya di dekat Rumah Sakit Shifa telah merebut bangunan pemerintah, sekolah, dan bangunan hunian tempat mereka menemukan senjata dan membunuh kombatan Hamas.

Militer mengatakan mereka menduduki gedung legislatif, markas polisi Hamas, dan kompleks yang menjadi markas besar intelijen militer Hamas. Bangunan-bangunan ini memiliki nilai simbolis yang kuat, tetapi nilai strategisnya tidak jelas. Pejuang Hamas diyakini berada di bunker bawah tanah.

Selama beberapa hari terakhir, pasukan Israel mengepung dan menembaki Rumah Sakit AL Shifa. Ratusan pasien, staf, dan orang yang mencari perlindungan terperangkap di dalamnya, dengan pasokan yang semakin menipis dan tanpa listrik untuk menjalankan inkubator dan peralatan penyelamatan lainnya.

Setelah beberapa hari tanpa pendinginan, staf kamar mayat pada Selasa menggali kuburan massal di halaman untuk memakamkan lebih dari 120 jenazah, kata pejabat rumah sakit.

Di tempat lain, Bulan Sabit Merah Palestina hari Selasa mengatakan mereka telah mengevakuasi pasien, dokter, dan keluarga pengungsi ke rumah sakit lain di Kota Gaza, Al-Quds.

Baca Juga: Ini Alasan Afrika Selatan Mengutuk Israel dan Mendukung Palestina

Warga Palestina yang terluka dalam pemboman Israel di Jalur Gaza dibawa ke rumah sakit di Deir al-Balah pada Selasa, (14/11/2023). (Sumber: AP Photo)

Israel bersumpah menghabisi Hamas di Gaza setelah serangan 7 Oktober oleh para militan di mana mereka membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang. 

Serangan Israel, salah satu pengeboman terintensif abad 21, menjadi bencana bagi 2,3 juta penduduk Palestina di Gaza.

Jumlah korban tewas akibat serangan terus-menerus Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 11.320 orang, demikian disampaikan oleh kantor media pemerintah Palestina, Selasa (14/11)

"Dari jumlah tersebut, 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan menjadi korban, sementara 29.200 lainnya mengalami luka," demikian disampaikan dalam pernyataan kantor tersebut.

Menurut pernyataan tersebut, 3.600 orang lainnya belum dapat dipastikan keberadaannya, termasuk 1.755 anak-anak.

"Sebanyak 198 tenaga medis, 22 personel pemadam kebakaran, dan 51 jurnalis juga tewas dalam serangan tersebut," tambahnya.

"Agresi Israel telah membuat 25 rumah sakit dan 52 pusat kesehatan menjadi tidak berfungsi, sementara 55 ambulans menjadi target serangan pasukan Israel," demikian pernyataan tersebut.

Kantor media tersebut menyatakan bahwa 40 pasien meninggal di dalam Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dalam lima hari terakhir akibat pengepungan serta penembakan Israel dan kekurangan bahan bakar.

Baca Juga: WHO Beri Penghormatan Kepada Staf RS Al Shifa Gaza, Heroik Bantu Warga Sipil Walau Digempur Israel

Operasi bantuan ke Gaza dihentikan

Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan fasilitas penyimpanan bahan bakar mereka di Gaza kosong dan mereka akan segera mengakhiri operasi bantuan, termasuk membawa persediaan makanan dan obat terbatas dari Mesir untuk lebih dari 600.000 orang yang tinggal di sekolah dan fasilitas lain di selatan.

"Tanpa bahan bakar, operasi kemanusiaan di Gaza akan berakhir. Banyak orang akan menderita dan kemungkinan besar akan mati," kata Philippe Lazzarini, pemimpin UNRWA yang berada di bawah PBB, Selasa (14/11).

Pejabat pertahanan Israel, yang secara berulang kali menolak mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza dengan alasan Hamas akan mengalihkannya untuk penggunaan militer, mengubah kebijakan Rabu dini hari. Israel mengatakan akan mengizinkan sekitar 24.000 liter (6.340 galon) bahan bakar masuk ke Jalur Gaza untuk operasi kemanusiaan, kata pejabat.

Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah, lembaga pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan Palestina, mengatakan akan memperbolehkan truk PBB mengisi ulang BBM di perlintasan Rafah sisi perbatasan Mesir hari Rabu sore. Mereka mengatakan keputusan itu sebagai tanggapan atas permintaan dari AS.

Pertempuran berkecamuk selama beberapa hari di sekitar kompleks Rumah Sakit Shifa di pusat Kota Gaza yang kini "berubah menjadi kuburan," kata direktur rumah sakit dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Kesehatan mengatakan 40 pasien, termasuk tiga bayi, telah meninggal sejak generator darurat Shifa kehabisan bahan bakar hari Sabtu. Sebanyak 36 bayi berisiko meninggal karena tidak ada listrik untuk inkubator.

Militer Israel mengatakan mereka memulai upaya untuk mengirim inkubator ke Rumah Sakit Shifa, Namun inkubator tidak akan berguna tanpa listrik, kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Christian Lindmeier.

Baca Juga: Israel Berulang Kali Serang Rumah Sakit, HRW: Harus Diinvestigasi sebagai Kejahatan Perang

Kehancuran Gaza akibat pengeboman Israel, dilihat dari Israel Selatan, Selasa, (14/11/2023). (Sumber: AP Photo)

Kementerian Kesehatan Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit dengan pengawasan Komite Internasional Palang Merah dan mengirim pasien ke rumah sakit di Mesir, tetapi belum menerima tanggapan, kata juru bicara kementerian, Ashraf al-Qidra.

Sementara Israel mengatakan bersedia membiarkan staf dan pasien mengungsi, beberapa warga Palestina yang berhasil keluar mengatakan pasukan Israel menembaki para pengungsi yang mencoba menyelamatkan diri dari rumah sakit Al Shifa.

Israel mengatakan klaim mereka tentang pusat komando Hamas di dan di bawah Shifa didasarkan pada informasi intelijen, tetapi mereka tidak memberikan bukti visual untuk mendukungnya. Menolak klaim tersebut, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan telah mengundang organisasi internasional untuk menyelidiki fasilitas tersebut.

Di Rumah Sakit Al-Quds, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan evakuasi baru terjadi setelah "lebih dari 10 hari pengepungan, selama mana pasokan medis dan kemanusiaan dicegah mencapai rumah sakit,".

Bulan Sabit Merah menyalahkan tentara Israel atas pemboman rumah sakit dan penembakan terhadap mereka di dalamnya.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS punya intelijen yang tidak jelas bahwa Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya menggunakan Rumah Sakit Al Shifa dan rumah sakit lain serta terowongan di bawahnya untuk mendukung operasi militer dan menyandera.

Intelijen ini didasarkan pada beberapa sumber, dan AS mengumpulkan informasi tersebut secara independen, kata pejabat AS secara anonim.

Kirby mengatakan AS tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit dan tidak ingin melihat "pertempuran di rumah sakit di mana orang-orang tidak bersalah" berusaha mendapatkan perawatan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU