> >

Ini Alasan Afrika Selatan Mengutuk Israel dan Mendukung Palestina

Kompas dunia | 15 November 2023, 01:01 WIB
Rakyat Afrika Selatan berunjuk rasa mengutuk tindakan Israel yang membantai rakyat Gaza. Afrika Selatan hari Senin, (6/11/2023) secara resmi menarik duta besar dan misi diplomatik dari Israel sebagai tindakan protes terhadap serangan terhadap Jalur Gaza, yang mereka sebut sebagai genosida. (Sumber: AP Photo)

JOHANNESBURG, KOMPAS.TV - Pemerintah Afrika Selatan menyatakan dukungannya terhadap Palestina di tengah serangan terus-menerus oleh Israel di Jalur Gaza.

Namun demikian, Afrika Selatan juga mengutuk kelompok perlawanan Hamas karena menyerang dan menculik warga sipil Israel.

"Kami yang menikmati kebebasan dari rezim Apartheid sama sekali tidak boleh menjadi bagian dari mereka yang setuju dengan bentuk penindasan seperti apartheid. Ini tidak bisa ditoleransi. Kebrutalan ini tidak boleh diterima," ujar Menteri Luar Negeri, Naledi Pandor dalam sidang parlemen, Rabu lalu saat menyampaikan pernyataan tentang konflik Israel-Palestina.

Pandor mengatakan, Afrika Selatan bersama dunia merasa ngeri melihat kejahatan perang yang dilakukan Israel di Palestina.

Di sana terjadi pembantaian warga sipil, infrastruktur, gedung PBB, dan sasaran rentan lainnya, seperti yang dilaporkan oleh Anadolu, Selasa (14/11/2023).

"Tindakan ini mengingatkan kami pada pengalaman kami sebagai orang kulit hitam Afrika Selatan yang hidup di bawah rezim Apartheid. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa orang Afrika Selatan, seperti orang di berbagai kota di seluruh dunia, turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan dan kekhawatiran mereka terhadap apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat," katanya.

Minggu lalu, Afrika Selatan menarik semua diplomatnya dari Tel Aviv untuk konsultasi terkait serangan Israel di Gaza.

"Genosida di bawah pengawasan komunitas internasional tidak bisa ditoleransi. Holocaust lain dalam sejarah umat manusia tidak dapat diterima," kata Khumbudzo Ntshavheni, Menteri di kantor presiden kepada wartawan.

Pemerintah Afrika Selatan juga memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk mengambil langkah-langkah diplomatis yang diperlukan terkait perilaku Duta Besar Israel untuk Afrika Selatan, Eliav Belotserkovsky yang dianggap tidak dapat diterima.

Belotserkovsky dituduh membuat komentar merendahkan orang-orang yang menyuarakan protes terhadap serangan warga Palestina.

Afrika Selatan adalah salah satu dari sedikit negara di Afrika yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel maupun Palestina.

Negara ini dengan tegas menyuarakan kemerdekaan Palestina dan mendukung solusi dua negara.

Baca Juga: Afrika Selatan Tuduh Israel Lakukan Genosida, Tarik Dubes dan Semua Staf Diplomatiknya dari Tel Aviv

Hubungan Sejarah

Lesiba Teffo, seorang ilmuwan politik dari Universitas Afrika Selatan mengatakan, Afrika Selatan dan Palestina punya hubungan sejarah selama beberapa dekade dan penting bagi mereka untuk mendukung perjuangan Palestina merdeka.

"Palestina bersama Afrika Selatan selama perjuangan melawan apartheid, sementara Inggris dan Amerika Serikat tidak pernah mendukung kami tetapi selalu mendukung Israel. Konteks ini penting," ujar Lesiba kepada Anadolu.

Teffo mengatakan, Afrika Selatan konsisten dalam mendukung Palestina selama bertahun-tahun.

Dirk Kotze, seorang profesor politik di universitas yang sama, juga mencatat partai penguasa Afrika Selatan, African National Congress (ANC), punya hubungan sejarah panjang dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sejak zaman pahlawan anti-apartheid dan Presiden Afrika Selatan pertama yang berkulit hitam, Nelson Mandela.

Baca Juga: Menteri Israel Ucapkan Seruan Genosida, Sebut Pihaknya Mungkin Jatuhkan Bom Nuklir di Gaza

Perang Israel - Hamas Sebabkan Perpecahan di Politik Afrika Selatan

Posisi Afrika Selatan dalam konflik Israel-Palestina menimbulkan perpecahan di antara politisi oposisi dan organisasi Yahudi.

Partai oposisi utama, Aliansi Demokrat (DA) mengkritik pemerintah karena mendukung Palestina dan menarik kembali diplomatnya. 

Dengan mengatakan hal ini membuat warga Afrika Selatan di Israel rentan tanpa layanan konsuler.

Partai Kebebasan Inkatha (IFP) dan Partai Demokratik Kristen Afrika juga menentang keputusan pemerintah untuk menarik kembali diplomatnya dari Tel Aviv.

Anggota parlemen dari partai IFP, Mkhuleko Hlengwa mengatakan di parlemen, menarik kembali duta besar merupakan diplomasi yang merugikan dan berpendapat itu adalah kesalahan.

Kotze mengatakan, DA atau Aliansi Demokrat punya banyak pendukung keturunan Yahudi.

Sementara partai lain, seperti Aliansi Patriotik (PA) mendukung Israel atas dasar kepercayaan agama mereka.

Dua minggu lalu, pemimpin Aliansi Patriotik, Gayton McKenzie mengatakan, partainya bersedia untuk menghentikan kerja sama dalam koalisi pemerintahan dengan partai ANC di Johannesburg, setelah diminta untuk mengubah sikapnya terkait Israel demi Palestina.

Kotze mengatakan, banyak orang Kristen di Afrika Selatan yang mendukung Israel karena keyakinan agama mereka.

Baca Juga: Menterinya Keceplosan Rencana Nakba Gaza 2023, Netanyahu Tegur Anggota Kabinet Supaya Jaga Mulut

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Menlu Naledi Pandor. Pemerintah Afrika Selatan dengan sangat jelas menyatakan dukungannya terhadap Palestina, "Genosida di bawah pengawasan komunitas internasional tidak bisa ditoleransi. Holocaust lain dalam sejarah umat manusia tidak dapat diterima," kata Khumbudzo Ntshavheni, menteri di kantor presiden Afrika Selatan. (Sumber: AP Photo)

Namun, Iqbal Jassat, anggota eksekutif Media Review Network yang berbasis di Afrika Selatan mengatakan kepada Anadolu, "Kami menyambut baik keputusan pemerintah Afrika Selatan untuk menarik staf diplomatik dari kedutaan besar Afrika Selatan di Tel Aviv."

Jassat mengatakan, mereka senang mendengar pengumuman oleh presiden bahwa warga Afrika Selatan yang ditempatkan di tentara Israel akan dianggap melanggar hukum Afrika Selatan, khususnya Undang-Undang Bantuan Militer Asing, dan akan diadili.

Jassat mengatakan juga, kelompoknya terus mendesak agar utusan Israel diusir dan kedutaan di Johannesburg ditutup.

"Kami yakin menutup keberadaan rezim Israel kolonial yang rasialis dan memutus semua hubungan dengannya adalah hal yang sangat penting," katanya.

Dia juga mengatakan, mereka mengutuk organisasi pro-Israel yang berusaha membenarkan pembantaian yang mengerikan.

Seiring serangan Israel di Jalur Gaza memasuki hari ke-39, setidaknya 11.180 warga Palestina tewas.

Termasuk lebih dari 7.700 perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 28.200 lainnya terluka, menurut data terbaru dari otoritas Palestina.

Ribuan bangunan termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja juga rusak atau hancur dalam serangan udara dan darat Israel yang tanpa henti terhadap daerah yang terkepung sejak bulan lalu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Deni-Muliya

Sumber : Anadolu


TERBARU