> >

Presiden Jokowi di Georgetown University Paparkan Pancasila, Keberagaman, dan Kebijakan Luar Negeri

Kompas dunia | 14 November 2023, 22:00 WIB
Presiden Indonesia Joko Widodo hari Senin, (14/11/2023) sebelum bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan kuliah umum di Georgetown University, dimana Presiden Jokowi memaparkan berbagai pencapaian, termasuk posisi, sikap, dan pendekatan praktik politik luar negeri Indonesia, terutama pada persaingan sengit antara berbagai kekuatan besar dunia. (Sumber: Kemlu RI)

WASHINGTON DC, KOMPAS.TV - Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi sebelum bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Senin (14/11/2023) memberikan kuliah umum di Georgetown University, dimana Presiden Jokowi memaparkan berbagai pencapaian, termasuk posisi, sikap, dan pendekatan praktik politik luar negeri Indonesia, terutama pada persaingan sengit antara berbagai kekuatan besar dunia, baik di Asia, Pasifik, Timur-Tengah, maupun di Eropa.

Dalam pemaparannya Presiden Jokowi memberi pesan, seluruh kebijakan politik luar negeri Indonesia, yaitu mendapatkan berbagai hal yang berada di luar perbatasan negara untuk mewujudkan kepentingan nasional, berpanduan pada ideologi Pancasila dan merujuk pada konstitusi, UUD 1945. 

Presiden Jokowi dalam kuliah umum menyatakan Indonesia diberkati dengan perbedaan dan keberagaman yang dapat menyatukan bangsa, menyiratkan dari sudut pandang itulah Indonesia melihat berbagai hal di luar perbatasannya dalam mencapai kepentingan nasional.

Dalam mengelola keberagaman, Indonesia memiliki ideologi Pancasila yang berfungsi sebagai panduan dalam kehidupan negara.

"Dalam mengelola keberagamannya, Indonesia memiliki panduan, memiliki ideologi, yaitu Pancasila, kesatuan dalam keragaman yang menginspirasi dalam setiap aspek kehidupan termasuk kehidupan negara," ujar Presiden saat memberikan kuliah umum yang dihadiri oleh hampir 500 peserta terdiri dari kalangan akademisi dan mahasiswa di Gaston Hall, Healy Building, Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin (13/11).

Presiden Jokowi melanjutkan, bagi Indonesia, perbedaan yang berakhir dengan persaingan antarnegara adalah hal yang alami. Namun, Jokowi menekankan pentingnya mengelola perbedaan tersebut agar tidak menghasilkan ketidakstabilan regional yang ujungnya bisa menyebabkan konflik terbuka.

Baca Juga: Kolombia Segera Usul ke PBB agar Palestina Dapat Pengakuan Penuh Jadi Negara Merdeka dan Berdaulat

Presiden Indonesia Joko Widodo hari Senin, (14/11/2023) sebelum bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan kuliah umum di Georgetown University. (Sumber: Kemlu RI)

"Komunikasi, ruang untuk dialog, kolaborasi, kerjasama adalah kunci untuk mencapai stabilitas dan perdamaian, baik di kawasan maupun di dunia," tegas Presiden Jokowi, menyiratkan pentingnya musyawarah untuk mufakat, nilai yang dipegang teguh Indonesia, untuk menyelesaikan perbedaan antar negara.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menekankan Indonesia terbuka untuk menjalin kerja sama dengan semua negara.

Jokowi juga menjelaskan sikap Indonesia untuk tidak memihak kepada kekuatan manapun kecuali perdamaian dan kemanusiaan.

Ia juga menambahkan, kepemimpinan Indonesia dalam G20 dan ASEAN dilakukan dalam situasi di mana dunia terpecah oleh rivalitas tajam dan geopolitik yang memanas.

Saat ini, menurut Presiden, dunia menghadapi masalah kemanusiaan dengan perang berkepanjangan di Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Palestina.

Presiden Jokowi meyakini solidaritas dan kepemimpinan global adalah kunci untuk keluar dari konflik kemanusiaan yang berkepanjangan. Ia juga menekankan kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan kita harus memenuhi tanggung jawab ini sekarang.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kemlu RI / Kompas TV


TERBARU