> >

Raja Yordania Sebut Situasi Gaza Hasil Mentalitas Israel selama 7 Dekade terhadap Warga Palestina

Kompas dunia | 12 November 2023, 12:35 WIB
Raja Yordania Raja Abdullah II. Raja Abdullah II menyudutkan Israel atas situasi di Gaza saat ini. (Sumber: Anadolu Agency)

RIYADH, KOMPAS.TV - Raja Yordania, Raja Abdullah II menyudutkan Israel atas situasi yang terjadi di Gaza saat ini.

Pada pertemuan darurat Arab-Islam di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (12/11/2023), Raja Abdullah II mengatakan bahwa ketidakadilan di Gaza bukan baru terjadi pada bulan lalu.

Ia menegaskan, situasi Gaza merupakan hasil mentalitas Israel selama tujuh dekade terhadap warga Palestina.

Pernyataan Raja Abdullah itu merujuk pada perang di Gaza yang menyusul serangan yang dilakukan Hamas ke wilayah Israel, 7 Oktober lalu.

Baca Juga: Netanyahu Lawan AS: Menentang Otoritas Palestina Memimpin Gaza saat Perang Israel-Hamas usai

“Ini merupakan kelanjutan dominasi mentalitas benteng, tembok pemisah dan pelanggaran terhadap tempat-tempat suci dan hak-hak, yang sebagian besar korbannya adalah warga sipil yang tak bersalah selama tujuh dekade,” ujarnya dikutip dari Anadolu Agency.

“Ini adalah mentalitas yang sama untuk mengubah Gaza menjadi tempat yang tak bisa ditinggali. Mereka menargetkan masjid, gereja dan rumah sakit. Membunuh dokter, paramedis dan pekerja perbaikan, bahkan anak-anak, orang tua dan perempuan,” tambahnya.

Raja Abdullah mengatakan, mereka berkumpul hari ini untuk Gaza dan rakyatnya.

“Karena mereka terus menghadapi kematian dan kehancuran dalam perang buruk yang harus segera dihentikan,” katanya.

“Jika tidak, wilayah kami akan berputar pada konflik besar dengan harga orang-orang tak bersalah dari kedua belah pihak yang harus membayarnya, dan dampaknya akan mempengaruhi dunia,” lanjut Raja Abdullah.

Ia juga mengatakan, ketidakadilan yang menimpa rakyat Palestina mencerminkan kegagalan komunitas internasional.

Baca Juga: Israel Bantah Lakukan Serangan ke Rumah Sakit Gaza, tapi Akui Pertempuran Berlangsung di Dekatnya

Hal itu terkait memberikan keadilan dan menjamin hak-hak rakyat Palestina atas martabat, penentuan nasib sendiri, serta pembentukan negara merdeka sesuai garis 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Yordania menolak menetapkan penyerangan Israel ke Gaza sebagai perang mempertahankan diri.

Langkah itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Al-Safadi saat pertemuan dengan Menlu Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Pertemuan gabungan Arab-Islam darurat dilakukan di Riyadh untuk membicarakan bahaya perkembangan di Gaza dan wilayah Palestina.

Penulis : Haryo Jati Editor : Deni-Muliya

Sumber : Anadolu Agency


TERBARU