Kremlin Sepakat Pernyataan Biden soal Dunia Perlu Tatanan Baru: tapi Bukan di Bawah Hegemoni AS
Kompas dunia | 24 Oktober 2023, 06:45 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Kremlin mendukung pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bahwa dunia perlu tatanan baru, namun tidak setuju tatanan itu dibangun di bawah hegemoni Washington semata. Hal ini diungkapkan juru bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov kepada media, Senin (23/10/2023).
"Kami sepenuhnya setuju dengan Pak Biden. Ini adalah momen langka ketika kita sepenuhnya setuju dengan apa yang dikatakannya. Memang, dunia memerlukan tatanan baru, [tapi] yang berdasarkan prinsip-prinsip yang berbeda [dari yang dipromosikan AS]," katanya seperti dilaporkan oleh TASS, Senin (23/10).
Pertukaran ini mencerminkan persaingan yang berlangsung di tengah perang di Ukraina dan Gaza, di mana Rusia mencoba meyakinkan negara-negara berkembang untuk bergabung dengannya dalam membangun dunia baru yang bebas dari hegemoni AS.
Kremlin meyakini tatanan dunia di masa depan harus bebas dari upaya untuk mengonsentrasikan semua mekanisme kendali dalam genggaman satu negara, dan dari upaya satu kekuatan untuk memaksakan kehendak dan keputusannya pada negara-negara lain.
"Harus ada tatanan dunia yang didasarkan pada hukum internasional, bukan pada 'aturan atau rules based'. Ini harus didasarkan pada prinsip saling menghormati, saling menguntungkan, tanpa campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing, dan sebagainya," ungkap Peskov.
Namun, Kremlin tidak setuju dengan bagian lain dari pernyataan Biden, lanjut Peskov, "Biden juga mengatakan Amerika Serikat mampu membangun tatanan seperti itu. Kami tidak setuju dengan bagian pernyataannya ini," kata Peskov.
Peskov menekankan bahwa AS, "dalam satu cara atau lainnya, apa pun tatanan dunia yang mungkin dibicarakannya, berpikir dalam konteks tatanan dunia yang berpusat pada AS."
"Artinya, dunia yang berputar di sekitar Amerika Serikat. Ini tidak akan pernah terjadi lagi," katanya.
Baca Juga: Putin: Indonesia Salah Satu Motor Lahirnya Dunia Multipolar Bersama Rusia, China, India dan Brasil
Dalam pidato Jumat lalu, Biden mengatakan tatanan yang telah berjalan baik selama 50 tahun setelah Perang Dunia II telah "cukup lesu" dan tatanan baru diperlukan.
Dia mengatakan warga Amerika punya "kesempatan untuk melakukan hal-hal, jika kita cukup berani dan cukup percaya diri pada diri kita sendiri, untuk menyatukan dunia dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya."
Rusia adalah salah satu pendukung utama dan promotor dunia multipolar yang baru, sebagaimana terlihat dalam pembentukan BRICS dan kemajuan saat ini terlihat dalam perluasan BRICS. BRICS sendiri adalah aliansi ekonomi yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Banyak pihak menyebut BRICS adalah tandingan forum negara-negara maju G8 yang beranggotakan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (16/10) mengatakan perluasan kelompok BRICS didasarkan pada realitas yang objektif.
"Dalam inti dari proses perluasan ini, ada realitas objektif. Dunia multipolar sebenarnya sedang terbentuk. Kita dapat mempercepat proses ini atau seseorang bisa mencoba melambatkannya, bahkan mungkin mencoba mengurangi kecepatan pembentukan dunia multipolar. Bagaimanapun, pembentukan ini tak terhindarkan," katanya, ketika ditanya tentang proses sejarah apa yang tercermin dalam perluasan BRICS.
Putin menekankan, "India tumbuh di Asia, Indonesia juga tumbuh, banyak negara lain di Amerika Latin seperti Brasil, dan Rusia bangkit dan menguat. Negara-negara kami memang memiliki masalah sendiri-sendiri, dan negara mana yang tidak? Selalu ada masalah-masalah tertentu. Tetapi ini bukan tentang itu, ini tentang pertumbuhan potensi kita, dan pertumbuhan ini terlihat, termasuk dalam ranah ekonomi."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : TASS