> >

Kenyataan Memilukan Sekaligus Mengerikan Rumah Sakit Gaza: Tiada Pasokan, Tempat Tidur, dan Anestesi

Kompas dunia | 22 Oktober 2023, 15:37 WIB
Kaki-kaki mungil jenazah anak-anak Palestina yang tewas dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, tergeletak di tanah di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir Al-Balah, Jalur Gaza, Minggu, 22 Oktober 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Moussa)

"Ini adalah mimpi buruk. Jika lebih banyak bantuan tidak masuk, saya khawatir kita akan sampai pada titik di mana pergi ke rumah sakit akan lebih merugikan daripada bermanfaat," kata Mehdat Abbas, seorang pejabat Kementerian Kesehatan yang dijalankan oleh Hamas.

Di seluruh rumah sakit di wilayah tersebut, inovasi dan kreativitas diuji. Misalnya, Abed menggunakan cuka rumahan dari toko di sudut jalan sebagai disinfektan hingga stoknya habis karena terlalu banyak dokter yang punya ide sama.

Sekarang, dia membersihkan luka dengan campuran larutan garam dan air yang tercemar karena pasokan air dari Israel, pihak yang menduduki Gaza sejak 1967, diputus. Di bawah hukum internasional, Israel wajib menyediakan kebutuhan dasar bagi warga sipil yang hidup di wilayah yang didudukinya.

Kekurangan persediaan alat pembedahan mengharuskan beberapa staf menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka, yang bisa merusak jaringan.

Selain itu, kekurangan perban memaksa petugas medis untuk membungkus luka bakar yang besar dengan kain pakaian, yang dapat menyebabkan infeksi.

Implan ortopedi yang langka memaksa Abed untuk menggunakan sekrup yang tidak sesuai dengan tulang pasien.

Karena adanya kekurangan antibiotik parah, Abed terpaksa memberikan satu pil daripada satu resep yang terdiri dari serangkaian antibiotik, untuk pasien yang menderita infeksi bakteri mengerikan.

Baca Juga: Israel Tolak Bahan Bakar Masuk Gaza, Nyawa Korban Luka di Rumah Sakit dalam Bahaya

Seorang ibu Palestina di Khan Younis menggendong jasad keluarganya yang sudah terbungkus kafan usai menjadi korban serangan udara Israel pada Sabtu (21/10/2023). (Sumber: AP Photo)

"Kami melakukan apa yang kami bisa untuk menstabilkan pasien, untuk mengendalikan situasi," katanya.

"Orang-orang meninggal dalam keadaan ini."

Ketika Israel memutus pasokan bahan bakar ke pembangkit listrik utama di wilayah tersebut dua minggu yang lalu, generator di Gaza mulai beroperasi untuk menjaga peralatan penopang hidup berjalan di rumah sakit-rumah sakit.

Otoritas setempat tengah berusaha keras untuk mencari bahan bakar diesel agar generator tetap beroperasi.

Badan PBB membagikan stok bahan bakar yang tersisa. Pengemudi mobil juga ikut membantu dengan mengosongkan tangki bensin mereka.

Di beberapa rumah sakit, lampu sudah padam. Di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, minggu ini, perawat dan asisten bedah menggunakan lampu senter ponsel mereka di atas meja operasi, yang membantu dokter dalam melakukan operasi.

Di Rumah Sakit Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza tempat Abed juga bekerja, minggu ini, unit perawatan intensif mengandalkan generator, tetapi sebagian besar ruang lainnya tanpa daya.

AC adalah sesuatu yang sudah tidak ada lagi. Abed mengusap tetes keringat yang menetes dari dahi pasien saat dia sedang menjalani operasi.

Korban serangan udara terus membanjiri fasilitas medis. Rumah sakit tidak memiliki cukup tempat tidur untuk para korban.

"Bahkan rumah sakit biasa dengan peralatan medis tidak akan mampu menangani apa yang sedang kita hadapi," kata Abed

 "Itu akan kolaps."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU