> >

Korban Jiwa Bombardir Israel 2.384 Orang, Bisa Bertambah Ribuan jika Blokade Total Tak Dicabut

Kompas dunia | 15 Oktober 2023, 20:33 WIB
Seorang anak yang terluka akibat serangan udara Israel mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir Al-Balah, tengah Jalur Gaza, Minggu (15/10/2023). (Sumber: Adel Hana/Associated Press)

GAZA, KOMPAS.TV - Tenaga kesehatan di Gaza memperingatkan, korban jiwa Palestina bisa bertambah ribuan seiring blokade total Israel terhadap wilayah tersebut.

Hingga hari kesembilan bombardir Israel, rumah sakit-rumah sakit Gaza semakin dipenuhi pasien dan kehabisan bahan bakar untuk listrik serta kebutuhan pokok.

Warga Palestina di Gaza kesulitan mendapatkan makanan dan air bersih akibat blokade total Israel, merespons serangan kelompok perlawanan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza pun berhenti beroperasi dan generator di rumah sakit-rumah sakit mulai kehabisan bahan bakar minyak.

Sebelum milisi Hamas menyerbu wilayah Israel akhir pekan lalu, Israel sebenarnya telah memblokade Gaza dan mengurung jutaan warga Palestina di wilayah itu sejak 2007.

Baca Juga: Blokade Israel: Rumah Sakit Gaza Hampir Kehabisan Listrik, Banyak Pasien Terancam Kehilangan Nyawa

Korban bombardir Israel di Gaza pun bertambah hingga tidak bisa ditampung kamar mayat rumah sakit.

Per Minggu (15/10/2023), Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan setidaknya 2.384 terbunuh akibat bombardir Israel. Mayoritas korban adalah warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Sedangkan korban luka mencapai 10.250 orang.

Di Tepi Barat, wilayah Palestina lainnya yang juga berada di bawah pendudukan Israel, korban jiwa mencapai 55 orang dan lebih dari 700 terluka.

Jumlah korban Palestina selama gempuran Israel sejak akhir pekan lalu sudah lebih banyak dibanding perang 51 hari di Gaza pada 2014 silam.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahan bakar generator rumah sakit akan habis dalam kurun dua hari. PBB menyebut matinya generator akan membahayakan nyawa ribuan pasien.

Di tengah blokade, militer Israel memerintahkan sekitar 1,1 juta penduduk utara Gaza untuk mengungsi ke selatan jelang invasi darat potensial ke wilayah tersebut.

Namun, rumah sakit-rumah sakit enggan mengevakuasi diri karena membahayakan nyawa pasien.

Kepala pediatrik di Rumah Sakit Kamal Adwan, di utara Gaza, Hussam Abu Safiya, menyebut para korban luka tidak bisa dievakuasi. Ia menyebut banyak pasien yang mengalami luka parah seperti lengan putus dan luka bakar parah akibat bom Israel.

Abu Safiya menambahkan, terdapat tujuh bayi baru lahir yang bergantung pada ventilator di rumah sakit tersebut.

"Kami tidak bisa mengevakuasi, itu akan berarti kematian bagi mereka dan pasien lain dalam perawatan kami. Ini mengerikan," kata Hussam, dilansir Associated Press, Minggu.

Sementara Rumah Sakit Al Shifa, terbesar di Jalur Gaza, menggelar penguburan massal 100 jenazah sebagai tindakan darurat karena kamar mayat rumah sakit itu penuh. Puluhan ribu orang pun dilaporkan berlindung di kompleks rumah sakit dari serangan udara Israel.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun mengecam perintah evakuasi Israel dan menyebutnya "setara hukuman mati" bagi sekitar 2.000 pasien di rumah sakit-rumah sakit di utara Gaza.

Militer Israel memperbarui ultimatum evakuasi pada Minggu (15/10), mengaku tidak akan menyerang satu koridor ke selatan antara pukul 10.00 hingga 01.00 waktu setempat.

Tel Aviv mengeklaim ratusan ribu penduduk Gaza telah pergi ke selatan.

Baca Juga: Arab Saudi Disebut Tangguhkan Perundingan Normalisasi dengan Israel, Iran Serukan Persatuan Islam

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU