> >

Kisah Ferdinand Marcos, Diktator Filipina yang Anaknya Naik ke Tampuk Kekuasaan

Kompas dunia | 14 Oktober 2023, 06:00 WIB
Mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan keluarga (Sumber: Kompas.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Salah satu kisah kediktatoran di dunia yang kerap menjadi rujukan berasal dari Presiden Filipina Ferdinand Marcos yang berkuasa selama 21 tahun (30 Desember 1965-25 Februari 1986). Marcos adalah presiden terlama yang berkuasa di Filipina, sekaligus presiden pertama yang menjabat berturut-turut secara penuh.

Sejak tahun 1972, ia mendirikan rezim otoriter yang memperbolehkannya tetap berkuasa dengan menggunakan hukum darurat militer. Hukum inilah yang digunakan untuk menekan kelompok oposisi, menindas rakyat yang protes dan memenjarakan para lawan politik.

Di era kekuasannya, pemimpin oposisi Benigno Aquino, Jr., yang baru tiba dari pengasingan di Amerika Serikat (AS), dibunuh pada tahun 1983. Hal ini mulai memicu ketidakpuasan publik terhadap pemerintahannya yang sudah lama memendam kecewa.

Baca Juga: Bongbong Marcos Bongkar Penghalang China: Kami Tidak Cari Masalah, tapi Lindungi Nelayan Filipina

Sebagai penguasa, Marcos disebut banyak memutarbalikan fakta. Misalnya, di masanya Filipina disebut memasuki era kejayaan. Sebuah tulisan di laman berita Rappler.com bertajuk ”Marcos Golden Age” menyebutkan, Marcos adalah kepala negara terkorup kedua dalam sejarah. 

Bahkan Kantor berita ABS-CBN dalam program A Fact Check Life Under Marcos tayangan 21 September 2014 mengungkapkan serangkaian kebohongan dan pemutarbalikan fakta yang dijadikan bahan menipu masyarakat Filipina, terutama generasi muda pemilih pemula yang tidak mengalami rangkaian pembunuhan dan penculikan tahun 1970-1980. 

Dikutip dari Kompas.id 22 Oktober 2022, salah satu kenyataan yang diungkap adalah produk domestik bruto (PDB) Filipina tahun 1965 ketika Marcos pertama kali menjabat adalah 257 dollar AS.

Namun, memasuki periode kedua kepresidenannya, tahun 1970, PDB Filipina turun menjadi 244 dollar AS dan lantas ambles menjadi 214 dollar AS pada kurun 1972-1981. Sebuah tragedi, mengingat saat Marcos pertama kali berkuasa di tahun 1965, ekonomi Filipina terbesar kedua di Asia sesudah Jepang.

Kejahatan lain yang jadi sorotan adalah korupsinya yang besar-besaran. Sampai-sampai Komisi Antikorupsi Filipina harus melakukan perburuan kekayaan sang diktator itu yang dilaporkan  telah dituduh menjarah sekitar US$10 miliar (Rp 144 triliun) dari Filipina.

Salah satunya yang menjadi sorotan adalah sang isteri, Imelda Marcos yang senang barang-barang mewah. Koleksi sepatunya mencapai 3.000 pasang.

Namun, publik Filipina seperti melupakan kisah tragis itu, ketika anak Ferdinand Marcos, Ferdinan Marcos Jr alias Bongbong, memenangi pemilihan presiden. Bongbong dilantik menjadi presiden ke-17 Filipina pada Kamis 30 Juni 2022.

Baca Juga: Resmi PSG Dapatkan Marcos Asensio, Diperkenalkan dengan Cara Unik dan Berdayakan Anak-anak

Wahyu Prasetyawan, Mengajar Ekonomi-Politik di UIN Syarif Hidayatullah, saat menuliskan pandangannya yang dimuat di Kompas.id, Jumat (13/10/2023) menyebutkan bahwa apa yang terjadi di Filipina berbeda dengan kondisi di Indonesia. Namun hal itu disebutnya memberikan peringatan bagi proses demokrasi di Indonesia, terutama tentang dinasti politik.

"Pada akhirnya, jika ini sungguh terjadi, dinamika politik di Indonesia akan ditentukan oleh klan-klan politik. Dalam jangka panjang, klan-klan politik akan berseteru satu sama lain dan akan bekerja sama untuk mencapai tujuannya. Kebijakan publik akan didesain untuk menguntungkan klan-klan tersebut dan semakin jauh meninggalkan kepentingan warga," kata Wahyu.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, Kompas.id


TERBARU