Perang Israel vs Hamas dan Potensi Dampak Ekonomi ke Indonesia
Kompas dunia | 11 Oktober 2023, 23:05 WIBPerang Israel vs Hamas pun diperkirakan dapat memicu penguatan nilai tukar dolar AS dalam jangka pendek. Hal tersebut dapat memengaruhi biaya impor beras dan bahan bakar minyak.
"Dollar indeks, misalnya, menguat ke level 106. Rupiah bersiap mengalami depresiasi terhadap dollar AS," kata Bhima.
"Tentu pilihan pemerintah apakah alokasi subsidi energinya naik atau diteruskan ke masyarakat membayar BBM lebih tinggi," lanjutnya.
Bhima menuturkan, situasi tersebut membuat inflasi menjadi ancaman serius bagi daya beli domestik.
Sementara itu, ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin menyampaikan bahwa perang Israel vs Hamas berpotensi menghambat pemulihan global. Hal tersebut membuat risiko resesi semakin besar.
Eddy pun menyebut pemerintah Indonesia perlu berhati-hati. Pemerintah disebutnya perlu mengurangi defisit fiskal hingga maksimal tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan mengusahakan agar utang tidak bertambah.
"Cadangan devisa perlu dijaga dan dinaikkan, inflasi perlu dikendalikan dengan ketat, suku bunga perlu dijaga stabil dan kalau bisa diturunkan perlahan," kata Eddy.
"Jadi, misalnya pertumbuhan ekonomi terhambat, paling tidak indikator-indikator fundamental ekonomi lain tetap sehat dan bisa menopang di masa tidak menentu," lanjutnya.
Eddy juga menyampaikan bahwa pemerintah seharusnya melakukan upaya antisipatif untuk menjaga stabilitas kurs rupiah. Hal ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan devisa hasil ekspor, mengendalikan repatriasi dividen ke luar negeri, mengendalikan konsumsi BBM, serta mencegah impor pangan berlebihan. "
"Produksi pangan dalam negeri bisa terus didorong, sehingga beban impor yang berdampak ke fluktuasi rupiah bisa diredam," kata Eddy.
Baca Juga: Pembangkit Listrik Gaza Terancam Berhenti Beroperasi karena Blokade, Palestina: Pembunuhan Massal
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas.com