Wah, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bangladesh Segera Beroperasi, Terima Kiriman Pertama Uranium
Kompas dunia | 6 Oktober 2023, 08:00 WIBBaca Juga: Bangladesh Diamuk Wabah Dengue, 778 Tewas dan 150 Ribu Tertular
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, turut serta dalam upacara tersebut, keduanya melalui sambungan video.
Putin mengatakan pembangkit ini akan mencakup sekitar 10% konsumsi energi Bangladesh saat diluncurkan. Ia juga menyebut lebih dari 20.000 orang bekerja dalam konstruksinya dan lebih dari 1.000 orang dilatih untuk mengoperasikannya, “Bersama-sama dengan Anda, kami tidak hanya membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tetapi seluruh industri atom,” kata Putin.
Hasina mengatakan Rusia berjanji untuk mengambil kembali bahan bakar bekas dari Rooppur dan dia juga memastikan kepada rakyatnya pembangkit ini dibangun dengan aman dari kerusakan akibat bencana alam.
Pada hari Kamis, Aleksey Likhachev, kepala Rosatom, menyerahkan bahan bakar tersebut dalam sebuah upacara kepada Menteri Sains dan Teknologi Bangladesh, Yeafesh Osman, sesuai dengan laporan agen berita United News of Bangladesh. Laporan tersebut tidak memberikan detail lain mengenai jumlah uranium yang dikirim.
Rafael Mariano Grossi, kepala Badan Pengawas Nuklir PBB, International Atomic Energy Agency, juga turut serta melalui konferensi video, demikian laporan tersebut.
Osman mengatakan unit pertama di Rooppur akan mulai beroperasi pada Juli 2024 dan unit kedua pada Juli 2025. Bahan bakar ini diperkirakan akan memungkinkan reaktor beroperasi selama satu tahun, setelah itu akan harus dimuat dengan bahan bakar lagi.
Uranium tersebut diproduksi di Pabrik Konsentrasi Kimia Novosibirsk di Rusia, sebuah anak perusahaan dari perusahaan pembuatan bahan bakar Rosatom, Tevel.
Bangladesh dan Rusia selama ini menjaga hubungan baik, yang tidak berubah meskipun Rusia melakukan invasi ke Ukraina tahun lalu.
Dhaka menandatangani beberapa kontrak dengan Moskow dalam kerja sama di bidang industri pembangkit listrik tenaga nuklir, perdagangan, keuangan, dan sektor lainnya.
Bangladesh berencana untuk mengurangi ketergantungannya pada gas alam, yang saat ini menyumbang sekitar setengah dari produksi listrik di negara tersebut.
Mereka juga sedang membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara sambil memiliki rencana jangka panjang untuk memperoleh 40% listrik negara dari sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik pada tahun 2041.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press