> >

Mesir Kirim Kapal Induk ke Libya Bantu Korban Banjir, Setara RS Kota Berpenduduk 25 Ribu Jiwa

Kompas dunia | 19 September 2023, 01:05 WIB
Mesir pada hari Minggu (17/9/2023) mengirimkan kapal induk Mistral milik militer Mesir ke pantai Libya untuk memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak banjir mematikan di Libya. (Sumber: DCNS)

ISTANBUL, KOMPAS.TV - Mesir mengirimkan kapal induk Mistral milik militernya ke pantai Libya untuk memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak banjir mematikan di Libya.

Kapal induk ini akan berfungsi sebagai rumah sakit lapangan untuk korban banjir, seperti yang dilaporkan oleh agen berita negara Mesir MENA, Senin (18/9/2023).

MENA menyebut pengiriman kapal induk ini sesuai arahan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi untuk terus memberikan dukungan segera dan bantuan kemanusiaan kepada Libya.

Kapal induk Mistral dilengkapi dengan unit medis dan mampu menjalankan misi kemanusiaan dalam skala besar.

Mistral memiliki fasilitas medis Role 3, setara dengan rumah sakit lapangan divisi militer atau korps militer, atau rumah sakit kota dengan 25.000 penduduk, lengkap dengan fasilitas gigi, diagnostik, kemampuan bedah dan medis khusus, makanan higienis, dan kemampuan psikologis. Sistem telemedis berbasis Syracuse memungkinkan operasi khusus nan kompleks dilakukan.

Rumah sakit seluas 900 meter persegi (m2) ini memiliki 20 ruangan dan 69 tempat tidur rawat inap, di antaranya 7 ruang untuk perawatan intensif. Dua blok operasi dilengkapi dengan ruang radiologi yang menyediakan radiografi digital dan ultrasonografi, serta dapat dipasang dengan pemindai CT mobile.

Terdapat 50 tempat tidur medis yang dapat dipasang di hanggar helikopter untuk memperluas kapasitas rumah sakit dalam situasi darurat.

Setidaknya 11.300 orang telah tewas di Libya dan ribuan lainnya masih hilang akibat banjir yang disebabkan oleh badai Laut Tengah bernama Daniel, menurut data terbaru dari Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA).

Lebih dari 40.000 orang telah mengungsi di berbagai wilayah timur laut Libya akibat banjir mematikan tersebut, demikian laporan kantor PBB tersebut.

Baca Juga: Banjir Besar di Libya Membuat Seruan Persatuan Semakin Menggema

Kerusakan parah di Derna, Libya, 13 September 2023. Mesir hari Minggu, (17/9/2023) mengirimkan kapal induk Mistral milik militer Mesir ke pantai Libya untuk memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak banjir mematikan di Libya. (Sumber: AP Photo)

Kota Derna di timur menjadi yang paling terdampak oleh banjir mematikan ini setelah bendungan kota tersebut jebol, menyapu rumah dan warga. Usai bencana tersebut, Mesir menyatakan tiga hari berkabung sebagai bentuk solidaritas dengan Libya.

Palang Merah Libya pada Kamis (14/9/2023) mengungkap data terbaru, jumlah korban tewas akibat banjir di kota pesisir Derna Libya melonjak menjadi 11.300 orang dan korban hilang mencapai 10.100 orang.

Saat ini upaya pencarian terus berlanjut setelah banjir besar yang disebabkan oleh jebolnya dua bendungan akibat hujan lebat, demikian disampaikan Palang Merah Libya, Kamis (14/9).

Marie el-Drese, sekretaris jenderal kelompok bantuan tersebut, mengatakan kepada The Associated Press melalui telepon bahwa 10.100 orang lainnya dilaporkan hilang di kota di tepi Laut Tengah tersebut. Otoritas kesehatan sebelumnya mencatat jumlah korban tewas di Derna sebanyak 5.500.

Banjir bandang yang dipicu badai topan Daniel yang mengakibatkan dua bendungan jebol itu mengungkap kerentanan negara kaya minyak yang terjerat dalam konflik sejak pemberontakan pada 2011 menggulingkan diktator yang lama berkuasa, Muammar Kaddafi. 

Topan Daniel, badai Mediterania yang luar biasa kuat, menyebabkan banjir mematikan di kota-kota di sepanjang Libya timur, tetapi yang paling parah adalah Derna.

Saat badai menerjang pantai pada malam Minggu, penduduk mengatakan mereka mendengar ledakan keras ketika dua bendungan di luar kota runtuh. Air bah membanjiri Wadi Derna, lembah yang membelah kota ini, merusak bangunan dan menghanyutkan orang-orang ke laut.

Bagi banyak warga Libya, kesedihan atas kematian lebih dari 11.000 orang telah berubah menjadi seruan untuk persatuan nasional di negara yang telah dirusak oleh konflik dan perpecahan selama 12 tahun terakhir. Pada gilirannya, tragedi ini telah meningkatkan tekanan terhadap para politisi terkemuka di negara tersebut, yang dipandang oleh sebagian orang sebagai arsitek bencana.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Anadolu / MENA


TERBARU