Kim Jong-un Ungkap Dukungan Penuh kepada Rusia, Putin Tak Buru-Buru Bahas Kerja Sama Militer
Kompas dunia | 13 September 2023, 21:10 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Rusia, berjanji memberi dukungan penuh kepada Rusia selama pertemuan di pusat peluncuran roket Rusia, Rabu (13/6/2023).
Usai mengunjungi lapangan peluncuran bersama Putin di sebuah pangkalan antariksa terpencil di Timur Jauh Rusia, Kim menyatakan dukungan penuh dan tanpa syarat. Kim mengatakan Pyongyang akan selalu berdiri bersama Moskow dalam front anti-imperialisme.
Melansir Associated Press, kedua pemimpin bertemu di Vostochny Cosmodrome dalam pertemuan yang menunjukkan bagaimana kepentingan mereka sejalan menghadapi konfrontasi yang terpisah dan semakin intensif dengan Amerika Serikat (AS).
Pembicaraan berlangsung selama empat hingga lima jam, seperti laporan RIA Novosti. Putin mengatakan kepada TV negara Rusia bahwa Kim Jong Un akan mengunjungi dua kota lainnya di Timur Jauh Rusia setelah pertemuan.
Menurut pengamat, Korea Utara mungkin punya puluhan juta peluru artileri dan roket desain Soviet yang dapat memberikan dorongan besar bagi pasukan Rusia di Ukraina.
AS menuduh Korea Utara menyediakan senjata kepada Rusia, termasuk menjual peluru artileri kepada kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner. Baik pejabat Rusia maupun Korea Utara membantah klaim tersebut.
Hal itu akan menjadi pembalikan peran yang mencolok: Uni Soviet memberikan amunisi, pesawat tempur, dan pilot untuk mendukung invasi Korea Utara yang komunis ke Selatan selama Perang Korea 1950-1953, dan Korea Utara bergantung pada bantuan ekonomi dari Uni Soviet selama beberapa dekade setelahnya.
Baca Juga: Moskow Pastikan Kim Jong-un akan Kunjungi Rusia atas Undangan Vladimir Putin
Keputusan untuk bertemu di kosmodrome, pusat peluncuran terpenting Rusia di tanahnya sendiri, menunjukkan Kim sedang mencari bantuan Rusia untuk mengembangkan satelit pemantauan militer. Satelit itu dianggap Kim sangat penting untuk menaikkan tingkat ancaman dari rudalnya yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara beberapa kali gagal dalam upaya untuk mengorbitkan satelit mata-mata militer pertamanya.
Tetapi baik membeli senjata dari maupun memberikan teknologi roket kepada Korea Utara akan melanggar sanksi internasional yang selama ini didukung oleh Rusia.
Putin di pintu masuk fasilitas peluncuran menyambut Kim yang membawa mobil kepresidenan sendiri dari Pyongyang dalam kereta khusus lapis baja.
Dalam sambutan pembukaannya, Putin berbicara tentang dukungan Uni Soviet selama perang bagi Korea Utara dan mengatakan pembicaraan akan mencakup kerja sama ekonomi, masalah kemanusiaan, dan situasi di wilayah tersebut.
Kim, pada gilirannya, menyatakan dukungan terhadap Moskow, dengan merujuk pada perang di Ukraina.
"Rusia saat ini terlibat dalam perjuangan yang adil melawan kekuatan hegemonik untuk membela hak-hak berdaulat, keamanan, dan kepentingannya," kata pemimpin Korea Utara.
"Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengonfirmasi bahwa kami akan selalu berdiri bersama Rusia di front anti-imperialisme dan front kemerdekaan."
Kedua pemimpin memulai pertemuan mereka dengan tur fasilitas peluncuran roket antariksa Soyuz-2, di mana Kim mengajukan pertanyaan kepada pejabat antariksa Rusia tentang roket.
Kim dan Putin kemudian bertemu bersama dengan delegasi mereka dan kemudian secara perorangan, menurut juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Setelah pertemuan, media Rusia melaporkan bahwa presiden Rusia mengadakan makan siang resmi untuk Kim.
Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Kapal Selam Bersenjata Nuklir, Ingin Tandingi Kekuatan AL AS
Setelah meninggalkan kosmodrome, Putin mengatakan Kim akan terbang ke Komsomolsk-on-Amur, di mana ia akan mengunjungi pabrik pesawat, dan kemudian pergi ke Vladivostok untuk menghadiri demonstrasi kemampuan Pasukan Pasifik Rusia. Kim juga dijadwalkan mengunjungi sebuah universitas.
Pertemuan ini terjadi beberapa jam setelah Korea Utara melepaskan dua rudal balistik ke laut, memperpanjang rangkaian uji senjata yang sangat provokatif oleh Korea Utara sejak awal 2022, saat Kim memanfaatkan gangguan yang disebabkan oleh perang Putin di Ukraina untuk mempercepat pengembangan senjatanya.
Staf Gabungan Korea Selatan belum secara langsung mengatakan sejauh mana rudal Korea Utara terbang. Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno, mengatakan rudal tersebut mendarat di perairan di luar zona ekonomi eksklusif negara tersebut dan tidak ada laporan tentang kerusakan pada kapal atau pesawat.
Foto resmi menunjukkan bahwa Kim didampingi oleh Pak Thae Song, ketua komite ilmu dan teknologi antariksa Korea Utara, dan Laksamana Kim Myong Sik, yang terkait dengan upaya Korea Utara untuk memperoleh satelit mata-mata dan kapal selam rudal nuklir, menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan.
Ketika ditanya apakah Rusia akan membantu Korea Utara membangun satelit, Putin dikutip oleh media negara Rusia mengatakan, "Itulah mengapa kami datang ke sini. Pemimpin Korea Utara menunjukkan minat yang kuat dalam teknologi roket. Mereka juga mencoba mengembangkan teknologi antariksa."
Namun, saat ditanya tentang kerja sama militer antara dua negara, Putin mengatakan, "kita akan berbicara tentang semua masalah tanpa terburu-buru. Masih ada waktu."
Kim juga membawa Jo Chun Ryong, pejabat partai penguasa yang bertanggung jawab atas kebijakan amunisi, yang ikut dengannya dalam tur pabrik-pabrik yang memproduksi peluru artileri dan rudal-barang yang akan diekspor ke Rusia, menurut Korea Selatan.
Baca Juga: Kim Jong-un Dilaporkan Naik Kereta ke Rusia untuk Temui Vladimir Putin, Ada Apa?
Selama makan siang -- yang konon menampilkan hidangan lezat dari Siberia dan Timur Jauh Rusia, seperti dim sum kepiting Kamchatka dan lingonberry taiga dengan kacang pinus dan susu kental -- Kim mengatakan ia dan Putin setuju memperdalam kerja sama strategis dan taktis mereka. Kim percaya Rusia akan mencapai kemenangan, tampaknya merujuk pada perang di Ukraina.
"Kami dengan yakin percaya tentara dan rakyat Rusia akan mencapai kemenangan besar dalam perjuangan yang adil untuk menghukum kekuatan jahat yang mengejar ambisi hegemonik dan ekspansionis dan menciptakan lingkungan yang stabil untuk pengembangan nasional," kata pemimpin Korea Utara.
Meskipun frekuensi peluncuran rudal Korea Utara cukup sering, peluncuran hari Rabu tepat sehari sebelum pertemuan, terbilang cukup mengejutkan.Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antara Korea Utara, mengatakan ini adalah pertama kalinya Korea Utara meluncurkan rudal saat Kim bepergian ke luar negeri.
Kim mungkin memerintahkan peluncuran untuk menunjukkan kepada Putin tentang postur pertahanan Korea Utara dan menunjukkan ia tetap memegang kendali ketat terhadap aktivitas militer negaranya bahkan saat berada di luar negeri, kata Moon Seong Mook, seorang analis dengan Korea Research Institute for National Strategy yang berbasis di Seoul.
Moon, seorang mantan brigadir jenderal Korea Selatan yang pernah ikut serta dalam perundingan militer antar-Korea, mengatakan bahwa dengan peluncuran ini, Korea Utara juga bisa bermaksud untuk mengungkapkan kemarahannya terhadap AS, setelah juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan dalam konferensi pers bahwa Putin sedang bertemu dengan "paria internasional untuk meminta bantuan dalam perang."
Spekulasi tentang kerja sama militer berkembang setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Korea Utara pada Juli lalu. Kim kemudian melakukan tur ke pabrik senjatanya, yang menurut para ahli memiliki tujuan ganda untuk mendorong modernisasi senjata Korea Utara dan menguji senjata artileri dan persediaan lain yang dapat diekspor ke Rusia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press