> >

Banjir Libya: 2.000 Orang Tewas dan Ribuan Lainnya Masih Hilang, Jam Malam Diberlakukan

Kompas dunia | 12 September 2023, 18:39 WIB
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Libya, mobil dan reruntuhan berada di sebuah jalan di Derna, Libya, Senin (11/9/2023), setelah digenangi oleh hujan deras. Badai Mediterania bernama Daniel menyebabkan banjir dahsyat di Libya yang merusak bendungan, melanda seluruh lingkungan, dan menghancurkan rumah-rumah di berbagai kota pesisir di bagian timur negara Afrika Utara tersebut. Sebanyak 2.000 orang diperkirakan tewas, kata salah satu pemimpin negara itu. (Sumber: Pemerintah Libya melalui AP)

Sementara itu, Dewan Presidensial Libya yang berbasis di Tripoli telah mengumumkan tiga wilayah di provinsi Cyrenaica di timur negara ini sebagai daerah bencana akibat banjir dan meminta bantuan internasional.

Rekaman video dari seluruh wilayah timur Libya menunjukkan orang-orang yang terdampar di atap kendaraan mereka saat badai melanda kota-kota Benghazi, Susa, Bayda, al-Marj, dan Derna pada hari Minggu dan Senin.

Di luar Derna, setidaknya 12 orang dilaporkan tewas di kota timur Bayda, menurut pusat medis utama kota tersebut. Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota pesisir Susa di timur laut Libya, menurut Otoritas Ambulans dan Darurat. Tujuh orang lainnya dilaporkan tewas di kota-kota Shahatt dan Omar al-Mokhtar.

Seorang individu lainnya juga dikonfirmasi meninggal pada hari Minggu. Pria tersebut terperangkap di dalam mobilnya dan terkena banjir di kota timur al-Marj, menurut Walid al-Arfi, juru bicara badan tanggap darurat di Libya bagian timur.

Baca Juga: Pangkalan Wagner Group di Libya Diserang Drone, Pelakunya Tidak Diketahui

Selain itu, banjir besar turut menyapu kendaraan-kendaraan, seperti yang terlihat dalam rekaman yang disiarkan oleh stasiun televisi Almostakbal di Timur Libya. 

Saluran tersebut juga mengunggah gambar jalan yang roboh antara Susa dan Shahat, tempat berdirinya situs arkeologi Cyrene yang didirikan oleh orang Yunani dan terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO.

Parlemen yang berbasis di Timur Libya menyatakan tiga hari berkabung. Abdul Hamid Dbeibah, perdana menteri pemerintahan interim yang diakui secara internasional di Tripoli, juga mengumumkan tiga hari berkabung di semua kota yang terdampak, menyebutnya sebagai "daerah bencana".

Empat pelabuhan minyak utama di Libya - Ras Lanuf, Zueitina, Brega, dan Es Sidra - ditutup mulai Sabtu malam selama tiga hari.

Otoritas menyatakan status darurat ekstrem, menutup sekolah dan toko serta memberlakukan jam malam.

Meskipun pemerintahannya memiliki pengaruh terbatas di Timur Libya, Dbeibah mengatakan pada hari Minggu bahwa ia telah memerintahkan semua lembaga negara untuk "segera menangani" kerusakan dan banjir di kota-kota timur.

Pemerintahan Dbeibah diakui oleh Bank Sentral Libya, yang mendistribusikan dana kepada departemen pemerintah di seluruh negara.

Perwakilan PBB di Libya mengatakan bahwa mereka mengikuti perkembangan badai dengan cermat dan akan "memberikan bantuan bencana yang mendesak untuk mendukung upaya tanggapan di tingkat lokal dan nasional."

Baca Juga: Enam Warga Libya Terancam Hukuman Mati karena Pindah Agama dan Menyiarkannya

 

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Al Jazeera


TERBARU