> >

Moskow Pastikan Kim Jong-un akan Kunjungi Rusia atas Undangan Vladimir Putin

Kompas dunia | 11 September 2023, 21:54 WIB
Kereta kenegaraan Korea Utara di perbatasan dengan Rusia tampak pada Senin (11/9/2023). Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, akan mengunjungi Rusia, seperti dipastikan Moskow dan Pyongyang. (Sumber: AP Photo/Ng Han Guan)

Baca Juga: Kim Jong-un Dilaporkan Naik Kereta ke Rusia untuk Temui Vladimir Putin, Ada Apa?

Kim Jong-un dan Vladimir Putin di Vladivostok pada 2019. (Sumber: AP Photo)

Sebagai imbalan, Kim bisa mencari bantuan energi dan makanan yang sangat dibutuhkan, serta teknologi senjata canggih, termasuk yang terkait dengan rudal balistik antarbenua, kapal selam peluru kendali nuklir, dan satelit pengintaian militer, demikian menurut para analis.

Ada kekhawatiran bahwa transfer teknologi Rusia akan meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh arsenal senjata nuklir dan rudal Kim yang terus berkembang, yang dirancang untuk mengincar Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.

Setelah hubungan yang rumit, bergantian panas dan dingin selama beberapa dekade, Rusia dan Korea Utara semakin mendekat sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Hubungan ini didorong oleh kebutuhan Putin akan bantuan perang dan upaya Kim untuk meningkatkan kerja sama dengan sekutu-sekutu tradisionalnya, Moskow dan Beijing, ketika ia mencoba untuk keluar dari isolasi diplomatik dan membuat Korea Utara menjadi bagian dari front bersatu melawan Washington.

Sambil menggunakan gangguan yang disebabkan oleh konflik Ukraina untuk meningkatkan pengembangan senjatanya, Korea Utara berkali-kali menyalahkan Washington atas krisis di Ukraina, dengan mengeklaim "kebijakan hegemonik" Barat membenarkan serangan Rusia di Ukraina untuk melindungi dirinya sendiri.

Korea Utara adalah satu-satunya negara selain Rusia dan Suriah yang mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis yang didukung oleh Rusia di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk.

Pyongyang juga mengisyaratkan minat untuk mengirim pekerja konstruksi ke wilayah-wilayah tersebut untuk membantu upaya pembangunan kembali.

Rusia, bersama China, menghentikan upaya yang dipimpin Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB untuk memperkuat sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal yang semakin intens.

Mereka menuduh Washington memperburuk ketegangan dengan Pyongyang karena memperluas latihan militer bersama Korea Selatan dan Jepang.

Baca Juga: Kim Jong-Un Muncul dengan Putrinya di Ulang Tahun ke-75 Korea Utara, Putin-Xi Jinping Kirim Pesan

Stasiun kereta Vladivostok, Rusia. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dilaporkan akan mengunjungi Rusia, seperti dipastikan Moskow dan Pyongyang. (Sumber: AP Photo)

Sejak tahun lalu, Amerika Serikat menuduh Korea Utara memasok senjata kepada Rusia, termasuk peluru artileri yang dijual kepada kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner. Pejabat Rusia dan Korea Utara membantah tuduhan tersebut.

Namun, spekulasi tentang kerja sama militer kedua negara tersebut meningkat setelah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Korea Utara Juli lalu.

Kim mengundangnya ke pameran senjata dan parade militer besar-besaran di Pyongyang yang memamerkan rudal balistik antarbenua yang ditujukan ke daratan Amerika Serikat.

Setelah kunjungan itu, Kim mengunjungi pabrik senjata Korea Utara, termasuk fasilitas yang memproduksi sistem artileri di mana ia mendesak para pekerja untuk mempercepat pengembangan dan produksi besar-besaran jenis amunisi yang baru.

Para ahli menduga kunjungan Kim ke pabrik-pabrik tersebut bertujuan ganda untuk mendorong modernisasi persenjataan Korea Utara dan memeriksa senjata artileri dan pasokan lainnya yang mungkin diekspor ke Rusia.

Jon Finer, Deputi Penasihat Keamanan Nasional Presiden Amerika Serikat Joe Biden, mengatakan kepada para wartawan pada Minggu (10/9), membeli senjata dari Korea Utara "mungkin merupakan opsi terbaik dan mungkin satu-satunya opsi" yang tersedia bagi Moskow.

Beberapa analis mengatakan pertemuan antara Kim dan Putin berkemungkinan akan membahas lebih banyak tentang keuntungan simbolis daripada kerja sama militer yang substansial.

Mereka berpendapat Rusia, yang selalu menjaga ketat teknologi senjatanya yang paling penting, bahkan dari sekutu utamanya seperti China, mungkin tidak bersedia untuk melakukan transfer teknologi besar-besaran dengan Korea Utara sebagai imbalan atas apa yang mungkin akan menjadi pasokan perang terbatas yang diangkut melalui jalur kereta kecil antara kedua negara.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press/TASS


TERBARU