Kim Jong Un dan Putin Disebut akan Bertemu, Apa yang Dibutuhkan Korut dari Rusia dan Sebaliknya?
Kompas dunia | 6 September 2023, 07:05 WIBSEOUL, KOMPAS.TV - Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mungkin akan ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin.
Jika benar terjadi, pertemuan itu akan menegaskan kerja sama yang semakin dalam antara kedua pemimpin terisolasi yang terlibat dalam konfrontasi terpisah dengan AS tersebut.
Dilansir Associated Press, Selasa (5/9/2023), pejabat-pejabat AS juga menuding Rusia sedang mencari cara membeli amunisi dari Korea Utara untuk mengisi kembali persediaan persenjataannya yang habis karena perang di Ukraina.
Sebagai imbalan, Korea Utara diduga akan menginginkan pengiriman makanan dan energi serta transfer teknologi senjata canggih.
Pertemuan dengan Putin akan menjadi pertemuan pertama Kim dengan seorang pemimpin asing sejak Korea Utara menutup perbatasannya pada Januari 2020.
Mereka pertama kali bertemu pada April 2019, dua bulan setelah diplomasi nuklir berisiko tinggi Kim Jong Un dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump, runtuh.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melakukan perjalanan ke Pyongyang pada Juli 2023 dan meminta Kim mengirim lebih banyak amunisi ke Rusia, menurut pejabat-pejabat AS.
Shoigu mengatakan Moskow dan Pyongyang sedang mempertimbangkan menggelar latihan militer untuk pertama kalinya.
Berikut tinjauan mengenai apa yang mungkin menjadi makna perjalanan Kim Jong Un ke Rusia.
Baca Juga: Putin dan Kim Jong-Un Makin Mesra, Potensi Kesepakatan Senjata Rusia-Korea Utara Terus Maju
Apa yang Diinginkan Rusia dari Korea Utara?
Sejak tahun lalu, pejabat-pejabat AS mencurigai Korea Utara memberikan Rusia peluru artileri, roket, dan amunisi lainnya, banyak di antaranya diduga adalah salinan dari amunisi era Soviet.
"Rusia sangat membutuhkan persediaan perang. Jika tidak, bagaimana mungkin menteri pertahanan dari negara yang kuat dalam perang, datang ke negara kecil seperti Korea Utara?" kata Kim Taewoo, mantan kepala Institut Unifikasi Nasional Korea di Seoul.
Dia mengatakan Shoigu adalah menteri pertahanan Rusia pertama yang mengunjungi Korea Utara sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Membeli amunisi dari Korea Utara akan menjadi pelanggaran terhadap resolusi PBB, yang didukung oleh Rusia, yang melarang semua perdagangan senjata dengan negara terisolasi tersebut.
Tetapi sekarang, karena menghadapi sanksi internasional dan kendali ekspor atas perangnya di Ukraina, Rusia mencari senjata dari negara-negara yang juga dijatuhi sanksi seperti Korea Utara dan Iran.
Korea Utara punya cadangan amunisi yang sangat besar, tetapi Du Hyeong Cha, seorang analis di Institut Studi Kebijakan Asan di Seoul, meragukan mereka dapat dengan cepat mengirimkan jumlah yang signifikan ke Rusia.
Pasalnya, jalur darat yang sempit antara kedua negara hanya mampu menangani volume transportasi kereta api yang terbatas.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press