> >

Jepang Mau Buang Air Limbah Nuklir ke Laut, China Larang Impor Makanan dari Jepang

Kompas dunia | 8 Juli 2023, 06:20 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi dilihat dari Futabacho, Futabagun, Prefektur Fukushima, Jepang. Pemerintah China mengeluarkan larangan impor produk makanan, terutama makanan laut, dari Jepang pada Jumat (7/72023). Hal itu dilakukan karena Jepang tetap melanjutkan rencananya untuk melepaskan limbah air bekas nuklir ke laut. (Sumber: Antara)

BEIJING, KOMPAS.TV - Pemerintah China mengeluarkan larangan impor produk makanan, terutama makanan laut, dari Jepang pada Jumat (7/72023). Hal itu dilakukan karena Jepang tetap melanjutkan rencananya untuk melepaskan limbah air bekas nuklir ke laut. 

Mengutip dari Antara (7/7), Administrasi Umum Kepabeanan China (GAC) melarang pembelian makanan dari 10 wilayah di Jepang termasuk Fukushima. 

Surat kabar Global Times melaporkan, langkah tersebut bertujuan untuk mencegah impor "makanan terkontaminasi radioaktif" dari Jepang dan memastikan keamanan makanan impor bagi konsumen China.

Larangan itu dikeluarkan setelah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan pelepasan air yang diolah oleh Jepang dari pembangkit listrik Fukushima yang rusak akan memiliki dampak "yang dapat diabaikan" baik bagi manusia maupun lingkungan.

Untuk makanan dari wilayah lain di Jepang, terutama produk akuatik, GAC akan meninjau secara ketat dokumen sertifikasi, meningkatkan pengawasan, menerapkan inspeksi sepenuhnya dengan ketat, dan terus meningkatkan pemantauan bahan radioaktif.

Sementara di Korea Selatan, terjadi panic buying di mana warga memborong garam di toko-toko, karena semakin mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Baca Juga: Xi Jinping Ancam Putin Tak Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Akhirnya Kremlin Buka Suara

Jepang diperkirakan akan mulai membuang sekitar satu juta metrik ton air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang rusak ke laut, pada bulan Juli ini. 

Air tersebut digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak pada pembangkit listrik Fukushima di utara Tokyo setelah diguncang gempa bumi dan tsunami pada 2011.

Jepang berulang kali memberikan jaminan bahwa air tersebut aman dan telah disaring demi menghilangkan sebagian besar isotop. Walaupun air tersebut tetap mengandung jejak tritium yang merupakan isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.

Namun, jaminan ini tak memupus kekhawatiran nelayan dan warga Jepang serta negara tetangga.

"Saya baru saja membeli lima kilogram garam," kata Lee Young-min, ibu dua anak berusia 38 tahun, sewaktu memasak sup rumput laut di dapurnya di Seongnam, tepat di selatan ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Dia mengaku belum pernah membeli begitu banyak garam tetapi sekarang merasa perlu mengambil langkah itu demi melindungi keluarganya.

Baca Juga: Jepang Bakal Buang Air Tercemar Nuklir ke Laut, Warga Korsel Panik, Langsung Borong Garam

"Sebagai ibu yang membesarkan dua anak, saya tidak bisa dia mematung dan tidak berbuat apa-apa. Saya ingin memberi mereka makan dengan aman," tambahnya. 

Selain garam, warga juga menimbun produk hasil laut lainnya. Alhasil, harga barang-barang tersebut. Harga garam di Korea Selatan pada Juni melonjak hampir 27 persen dibandingkan dengan harga dua bulan lalu, meski pemerintah Korsel mengatakan cuaca dan produksi yang lebih rendah juga menjadi penyebabnya.

Wakil Menteri Perikanan Song Sang-keun mengatakan, pemerintah Korsel melepaskan stok garam sekitar 50 metrik ton sehari, dengan diskon 20 persen dari harga pasar.

Penulis : Dina Karina Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Antara


TERBARU