> >

Berbagai Peristiwa Terbaru Menunjukkan Iklim Bumi Masuk ke Wilayah Tidak Diduga Sebelumnya

Kompas dunia | 7 Juli 2023, 06:10 WIB
Para ilmuwan mengatakan berbagai rekor catatan tertinggi yang baru, walau masih secara tidak resmi tentang suhu rata-rata planet merupakan pertanda jelas bahwa polutan yang dilepaskan oleh manusia sedang memanaskan lingkungan mereka. Namun, panas atau peningkatan suhu hanyalah salah satu cara di mana planet ini memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang sangat salah, kata mereka. (Sumber: SHUTTERSTOCK/ParabolStudio)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Para ilmuwan mengatakan berbagai rekor catatan tertinggi yang baru, walau masih secara tidak resmi tentang suhu rata-rata planet, merupakan pertanda jelas bahwa polutan yang dilepaskan oleh manusia sedang memanaskan lingkungan mereka. Namun, panas atau peningkatan suhu hanyalah salah satu cara di mana planet ini memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang sangat salah.

"Panas menentukan laju iklim kita dalam begitu banyak cara ... itu tidak pernah hanya panas atau kenaikan suhu semata," kata Kim Cobb, seorang ilmuwan iklim di Brown University seperti dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (7/6/2023).

Terumbu karang yang mati, badai Nor'easter yang lebih intens, dan asap kebakaran hutan yang menghimpit sebagian besar Amerika Utara musim panas ini, adalah beberapa sinyal lain dari penderitaan iklim.

"Penyusutan planet kita yang semakin panas akibat penggunaan bahan bakar fosil sungguh tidak terduga, tetapi berbahaya bagi kita manusia dan bagi ekosistem yang kita butuhkan. Kita harus menghentikannya dengan cepat," kata Stefan Rahmstorf dari Potsdam Institute for Climate Impact Research.

Berikut ini beberapa "pertama" dan peristiwa terbaru yang menunjukkan bahwa perubahan iklim memasuki wilayah yang belum dikenal sebelumnya oleh manusia.

Kenaikan Suhu Air Laut

Sebagian besar planet ini dibungkus oleh lautan, menyerap 90% pemanasan terkini yang disebabkan oleh gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana. Pada bulan April, suhu laut global melonjak menjadi 21,1 derajat Celsius, yang disebabkan oleh kombinasi emisi gas rumah kaca dan pembentukan El Nino awal.

Data terbaru yang diterbitkan oleh Copernicus Climate Change Service mendokumentasikan suhu laut yang "luar biasa panas" di Samudra Atlantik Utara dengan gelombang panas laut yang "ekstrem" di dekat Irlandia, Inggris, dan Laut Baltik.

Baca Juga: Indonesia-Brasil Punya Hutan Luas, Jokowi dan Lula Jajaki Kemitraan Hadapi Perubahan Iklim

Para ilmuwan mengatakan berbagai rekor catatan tertinggi yang baru, walau masih secara tidak resmi tentang suhu rata-rata planet merupakan pertanda jelas bahwa polutan yang dilepaskan oleh manusia sedang memanaskan lingkungan mereka. Namun, panas atau peningkatan suhu hanyalah salah satu cara di mana planet ini memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang sangat salah, kata mereka. (Sumber: thefanatic)

Asap Kebakaran Hutan

Beberapa putaran asap kebakaran hutan yang berasal dari Kanada utara membawa tingkat kualitas udara yang berbahaya ke Amerika Utara bagian timur. Tingkat asap kebakaran hutan yang tinggi telah menjadi hal yang biasa di Pantai Barat, tetapi para ilmuwan mengatakan perubahan iklim akan membuat kebakaran hutan dan asapnya lebih mungkin terjadi dan lebih intens, dan Pantai Timur akan mengalaminya lebih banyak.

El Nino Datang Kepagian

El Nino saat ini, yaitu periode pemanasan air Samudra Pasifik, terbentuk satu atau dua bulan lebih awal dari biasanya, menggantikan La Nina yang dengan pendinginannya pada air Samudra Pasifik berperan sebagai pengendali suhu global. Itu berarti El Nino akan punya lebih banyak waktu dari biasanya untuk menguat.

Organisasi Meteorologi Dunia memprediksi ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya salah satu dari lima tahun mendatang akan menjadi tahun terhangat yang tercatat, mengalahkan tahun 2016 ketika El Nino yang sangat kuat hadir.

Penyusutan Es Laut Antartika

Para ilmuwan mengamati es laut Antartika menyusut ke level terendah yang pernah ada. Data dari National Snow and Ice Data Center menunjukkan bahwa pada tanggal 27 Juni, luas es mencapai 4,5 juta mil persegi (11,7 juta kilometer persegi), hampir 1 juta mil persegi (2,6 juta kilometer persegi) di bawah rata-rata untuk tanggal tersebut dalam periode 1981-2010.

Dengan kata lain, luas area hampir empat kali ukuran Texas telah hilang dari lembaran es.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU